CARI TARIKH LAHIR ANDA DALAM TAQWIM HIJRAH

Sultan Mahmud mangkat dijulang

7 Mei 2009 DUN Perak(Malaysia Kini)

Kemelut di Perak


Hukum Perempuan Memakai Minyak Wangi

Al-Ustadz Abdul Hakim bin Amir Abdat hafidzahullah

————————————————————————————

Hadits Pertama :

من عرض عليه طيب فلا يرد ه فإ نه خفيف المحمل و طيب الرائحة

“Barangsiapa yang diberi harum-haruman, maka janganlah ia menolaknya, sesungguhnya ia itu ringan bebannya (ringan dibawa) dan harum baunya.” [Shahih riwayat Ahmad, Nasa’i, Muslim dan Abu Dawud dari jalan Abu Hurairah]

Hadits Kedua :

حبب الي من دنيا كم : النساء و الطيب ، وجعلت قرة عيني فى الصلا ة

“Diberi kecintaan kepadaku dari (urusan) dunia kamu, ialah : wanita, harum-haruman/wangi-wangian dan dijadikan kesejukan dimataku di dalam sholat.” [Shahih riwayat ahmad, Nasa’i, Hakim dan Baihaqi dari jalan Anas bin Malik]

Hadits Ketiga :

أطيب الطيب المسك

“Sebaik-baik harum-haruman (buat kamu) ialah : misk/kasturi.” [Shahih riwayat Ahmad, Muslim, Abu Dawud, Nasa’i dari jalan Abi Sa’id al Khudriy]

Hadits Keempat :

إذ ا شهدت احد ا كن العشاء فلا تمس طيبا

“Apabila salah seorang dari kamu (kaum wanita) menghadiri (sholat) isya’ (dimasjid) maka janganlah ia memakai wangi-wangian.” [Shahih riwayat Muslim, Ahmad, Nasa’I dari jalan Zainab]

Hadits Kelima :

أيما امرأ ة أصابت بخورا فلا تشهد معنا العشاء الآخر ة

“Siapa saja perempuan yang memakai harum-haruman, maka janganlah ia menghadiri (sholat) isya’ di (masjid) bersama kami.” [Shahih riwayat Ahmad, Muslim, Abu Dawud dan Nasa’I dari jalan Abi Hurairah]

Hadits Keenam :

إذ ا خرجت المرأ ة إلى المسجد فلتغتسل من الطيب كماتغسل من الجنابة

“Apabila seseorang perempuan keluar ke masjid, maka hendaklah ia mandi (membersihkan diri) dari wangi-wangian sebagaimana ia mandi dari janabat.” [Shahih riwayat Nasa’i dari jalan Abi Hurairah]

Hadits Ketujuh :

أيما امرأ ة تطيبت ثم خرجت إلى المسجد ، لم تقبل لها صلا ة حتى تغتسل

“Siapa saja perempuan yang memakai minyak wangi kemudian keluar ke masjid niscaya tidak diterima sholatnya sehingga ia mandi terlebih dahulu (membersihkan dirinya dari wangi-wangian tersebut).” [Shahih riwayat Ibnu Majah dari jalan Abu Hurairah]

Hadits Kedelapan :

أيما امرأ ة استعطرت ثم خرجت فمرت على قوم ليجد و ا ريحها فهي زانية

“Siapa saja perempuan yang memakai minyak wangi, kemudian ia keluar, lalu ia melewati satu kaum (orang banyak) supaya mereka mendapati (mencium) baunya, maka dia itu adalah perempuan zina / tuna susila.” [Hasan riwayat Ahmad, Nasa’i, Abu Dawud, Tirmidzi, Ibnu Hibban, Hakim, Ibnu Khuzaimah dan Thahawi dari jalan Abu Musa]

Keterangan :

1. Hadits ke-1, 2 dan 3 itu dengan jelas menyatakan : sangat disukainya kita memakai harum-haruman/wangi-wangian. Dan hukum ini bersifat umum, yakni terkena kepada kaum laki-laki dan wanita, karena dihadits-hadits itu tidak dibedakan sama sekali antara laki-laki dan wanita. Bahkan dihadits ke-1 itu ada larangan menolak pemberian harum-haruman. Sedangkan hadits ke-2 itu menunjukkan bahwa Nabi Shallallahu ’alaihi wa sallam amat menyukai wangi-wangian. Padahal telah kita maklumi dari firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا

” Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.” ( Al Ahzab : 21 )

Nabi Shollallahu alaihi wa sallam menjadi suri tauladan (uswatun hasanah) bagi kaum muslimin dan muslimat. Sedangkan hadits ke-3 itu menyatakan bahwa misk adalah harum-haruman yang paling baik buat kita pakai. Demikian keterangan Nabi Shollallahu alaihi wa sallam.

2. Hadits ke-4 dan 5 itu menegaskan : haram hukumnya bagi kaum wanita keluar ke masjid untuk menghadiri sholat isya’ dengan memakai harum-haruman. Disebutnya sholat isya’ disini tidak berarti menghadiri sholat-sholat lainnya diperbolehkan. Tidak sekali-kali demikian ! karena hadits ke-6 dan 7 bersifat umum mencakup seluruh macam sholat, baik sholat fardhu maupun sholat-sholat sunat ( seperti sholat tarawih dan sholat hari raya ). Disebutkan sholat isya’ dihadits ke-4 dan 5 itu bisa jadi karena fitnahnya lebih besar karena sholat isya itu dikerjakan di waktu malam.

3. Hadits ke-6 itu menunjukkan : Wajib hukumnya bagi kaum yang hendak keluar ke masjid membersihkan dirinya dari wangi-wangian sebagaimana halnya ia mandi janabat.

4. Hadits ke-7 itu mengandung hukum : Siapa saja perempuan yang keluar ke masjid dengan memakai wangi-wangian, maka sholatnya tidak diterima oleh Allah Azza wa Jalla. Demikianlah dzahirnya sabda Nabi Shollallahu alaihi wa sallam. Hendaklah hadits tersebut menjadi perhatian betuk-betul, karena telah kita saksikan umumnya kaum wanita di masa kita sekarang ini kalau mereka keluar ke tanah lapang untuk sholat hari raya mereka memakai wangi-wangian yang baunya tersebar kemana-mana. Inna lillahi wa inna ilaihi raaji’un !

5. Dari hadits ke- 4, 5, 6, dan 7 serta keterangan-keterangan dapatlah dengan mudah kita ketahui : kalau ’keluar’ ke tempat-tempat ibadah saja dilarang keras bagi kaum wanita memakai wangi-wangian, apalagi ke tempat-tempat lain seperti pergi ke pesta perkawinan dan lain-lain. Sudah barang tentu larangannya lebih keras lagi. Sebagai contoh :

وَقَضَى رَبُّكَ أَلا تَعْبُدُوا إِلا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلاهُمَا فَلا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلا كَرِيمًا

” Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau Kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya Perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang mulia.” ( Al Israa’ : 23 )

Dalam ayat diatas kita dilarang berkata ’ah’ terhadap kedua orang tua. Tentu mencaci maki keduanya lebih keras lagi larangannya. Dan memukul keduanya akan lebih keras lagi larangannya dan begitulah seterusnya.

قُلْ لِلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا مِنْ أَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُوا فُرُوجَهُمْ ذَلِكَ أَزْكَى لَهُمْ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا يَصْنَعُونَ وَقُلْ لِلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ وَلا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلا مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَلْيَضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلَى جُيُوبِهِنَّ وَلا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلا لِبُعُولَتِهِنَّ أَوْ آبَائِهِنَّ أَوْ آبَاءِ بُعُولَتِهِنَّ أَوْ أَبْنَائِهِنَّ أَوْ أَبْنَاءِ بُعُولَتِهِنَّ أَوْ إِخْوَانِهِنَّ أَوْ بَنِي إِخْوَانِهِنَّ أَوْ بَنِي أَخَوَاتِهِنَّ أَوْ نِسَائِهِنَّ أَوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُهُنَّ أَوِ التَّابِعِينَ غَيْرِ أُولِي الإرْبَةِ مِنَ الرِّجَالِ أَوِ الطِّفْلِ الَّذِينَ لَمْ يَظْهَرُوا عَلَى عَوْرَاتِ النِّسَاءِ وَلا يَضْرِبْنَ بِأَرْجُلِهِنَّ لِيُعْلَمَ مَا يُخْفِينَ مِنْ زِينَتِهِنَّ وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَا الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

”Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang mereka perbuat”. Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka Menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah Menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak- budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. dan janganlah mereka memukulkan kakinyua agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, Hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung. ( An Nuur : 30-31 )

Allah Azza wa Jalla perintahkan kaum mu’minin dan mu’minat supaya menundukkan pandangan-pandangan mereka. Tentu saling membelalakkan pandangan-pandangan mata, berdekat-dekatan, berpegang-pegangan, berciuman, berdansa-dansi akan lebih keras lagi larangannya.

Kalau disuatu tempat dilarang meludah, tentu berkemih disitu lebih dilarang lagi.

Kalau bagi kaum wanita telah dilarang keluar dengan memakai wangi-wangian meskipun bukan untuk pamer, tentu keluar dengan maksud pamer supaya orang-orang mencium baunya lebih keras lagi larangannya. Dan perempuan yang demikian Nabi Shollallahu alaihi wa sallamkita menamakannya sebagai perempuan zina ( lihat hadits ke-8 , dan hadits ke-8 itu bersifat umum yakni keluar kemana saja baik ke masjid maupun ke tempat-tempat lainnya.)

Kesimpulan :

1. Perempuan dibolehkan bahkan sangat disukai memakai wangi-wangian didalam rumahnya khususnya untuk suami (jika ada)

2. Perempuan yang hendak keluar rumah, maka wajib hukumnya membersihkan dirinya dari wangi-wangian sebersih mungkin.

3. Haram hukumnya bagi perempuan yang keluar rumah, baik keluar ke masjid apalagi ke tempat-tempat lain dengan memakai minyak wangi/harum-haruman/wangi-wangian.

Kemudian datang satu pertanyaan dari saudara kita, ” Apakah hukum diatas terkena juga kepada perempuan-perempuan yang keluar rumah dengan memakai ’sesuatu obat’ untuk menghilangkan bau badannya yang tidak enak?”

Saya jawab, kalau ’sesuatu obat’ yang dimaksud itu tidak menyebarkan bau wangi, maka tidaklah terlarang, bahkan musti dipakai untuk menghindari rasa jijik, orang yang sering membuat perempuan-perempuan rendah diri. Kalau ’sesuatu obat’ itu menyebarkan bau wangi, maka tetap hukumnya terlarang. Akan tetapi kalau ’sesuatu obat’ itu hanya sebentar saja menyebarkan bau harum/wanginya. Hendaklah ditunggu sampai hilang, kemudian baru boleh keluar rumah. Demikianlah jawaban saya.

——————–

Di salin dari buku al-Masaail jilid 2 cetakan ke-3 halaman 151

http://aliph.wordpress.com/2007/01/08/hukum-perempuan-memakai-minyak-wangi/

Dakwah penduduk Bario

Oleh ROHANA MAN rohana.man@kosmo.com.my PENEMPATAN penduduk suku kaum Kelabit di Bario dikelilingi kawasan tanah tinggi yang indah. DALAM bahasa Kelabit, Bario bermaksud 'angin'. Maksud itu sesuai bagi merujuk suasana sebenar kawasan penempatan suku kaum Kelabit yang terkenal dengan cuaca yang nyaman. Ia terletak di Tanah Tinggi Kelabit, timur laut Sarawak. Terletak pada ketinggian 1,150 meter dari aras laut, sudah lama penulis mahu ke Bario untuk melihat sendiri kawasan penempatan yang dikelilingi bukit-bukau dan gunung-ganang itu. Justeru, misi menjejaki Bario menerusi program Eksplorasi Murud-Bario 2009 yang disertai bersama 10 rakan pendaki baru-baru ini benar-benar mengujakan. Selain dapat menikmati sendiri buah nanas dan beras Bario yang terkenal, penulis sempat meluangkan masa beramah mesra dengan sekumpulan ahli Jemaah Tabligh yang ketika itu 'berkampung' di Bario selama tiga hari untuk berdakwah. Ketua kumpulan itu, Ustaz Mohd Zulkifli Mohd Adnan, 35, berkata, terdapat kira-kira 30 penduduk Muslim di Bario. Menurutnya, sungguhpun jumlah penduduk Muslim itu sedikit berbanding dengan jumlah keseluruhan penduduk Bario iaitu kira-kira 900 orang, namun usaha dakwah akan terus dilakukan di kawasan penempatan terpencil itu. "Terdapat lima keluarga yang sudah memeluk agama Islam di sini. Keluarga pertama yang memilih Islam adalah keluarga Mustafa yang membuka sebuah rumah penginapan di Bario. Yang lain adalah guru-guru dari Semenanjung yang bertugas di sekolah rendah dan menengah di situ," katanya kepada Kosmo! ketika ditemui di Mustafa Lodge, Bario, Sarawak baru-baru ini. Mengikut sejarah, penduduk Bario menerima kedatangan ajaran Kristian terlebih dahulu iaitu pada tahun 1940-an. Ajaran itu dibawa oleh Guru Paul yang dikenali juga sebagai Nimang Tepun. Faktor kedatangan Kristian di situ yang lebih awal mungkin menjadi antara sebab kenapa tidak ramai penduduk Bario mahu memilih Islam. Ini memandangkan kehidupan mereka sudah sebati dengan budaya nenek moyang dan ajaran Kristian yang tiba lebih awal itu. Sungguhpun begitu, faktor itu tidak menjadi masalah kepada kumpulan Jemaah Tabligh untuk terus berdakwah tanpa jemu di bumi Bario yang terletak di Tanah Tinggi Kelabit itu. Bario sebenarnya boleh dianggap sebagai ibu negeri tidak rasmi bagi kawasan-kawasan penempatan di tanah tinggi tersebut. Mengulas lanjut, Mohd Zulkifli berkata, biasanya jumlah ahli dalam satu kumpulan dakwah Jemaah Tabligh yang bergerak di satu-satu kawasan adalah di antara 10 hingga 12 orang. Masa yang diperuntukkan pula adalah sekitar tiga hari dan pengisian program banyak menjurus kepada meningkatkan takwa dan keimanan para penduduk Muslim. "Ada beberapa aktiviti yang biasa dilakukan seperti sesi bercerita mengenai kisah-kisah sahabat Nabi, membaca hadis selama dua hingga tiga jam di surau, ziarah ke rumah dan ceramah tentang kepentingan iman serta amal soleh," ujarnya yang merupakan bekas pelajar di Madrasah Tafiz Al-Quran, Kubang Bujuk, Serada, Kuala Terengganu, Terengganu. Beliau kini bertugas sebagai Imam 1 di Masjid An Naim, Lutong, Miri, Sarawak. Tinjauan Kosmo! mendapati, mereka turut mengagih-agihkan makanan ringan kepada kanak-kanak di Bario. Kehadiran mereka juga disenangi penduduk walaupun majoriti penduduk bukan Muslim. "Saya pernah datang ke sini bersama kumpulan Jemaah Tabligh pada tahun 2007. Ketika itu, kami memakai jubah putih dan ia membuatkan banyak mata memandang pelik kepada kami. USTAZ MOHD. ZULKIFLI "Menyedari itu, kali ini kami datang dengan pakaian biasa iaitu baju-T dan seluar panjang yang sesuai. Mungkin ini lebih memberikan keselesaan kepada mereka untuk beramah mesra dengan kami," kata Mohd Zulkifli ketika mengimbas pengalaman pertama beliau berdakwah di Bario, kira-kira dua tahun lalu. Menggunakan pendekatan kasih sayang untuk memikat hati penduduk Bario terhadap Islam, beliau menegaskan dalam apa cara sekali pun kaedah dakwah dilaksanakan, tindakan susulan yang dibuat dari semasa ke semasa adalah penting. "Ini tanggungjawab semua orang Islam. Ia bukan hanya dipikul oleh pendakwah bertauliah sahaja, sebaliknya setiap orang Islam perlu melakukannya agar kerja-kerja penguatkuasaan dapat dilakukan bersama," katanya yang menjelaskan penguatkuasaan yang dimaksudkan itu adalah memerhati sama ada dakwah yang disebarkan itu menjadi amalan penduduk atau sebaliknya. Sebarang pembetulan perlu dilakukan jika didapati penduduk tidak lagi mengamalkan Islam. "Ini kita kena sedia maklum. Mereka (penduduk) masuk Islam kerana dakwah, bukannya sebab keturunan. Untuk itu, banyak kerja perlu dilakukan supaya mereka tidak berasa diri mereka tidak dipedulikan dan terpinggir. "Justeru, selepas satu program dakwah dilakukan...mesti ada program susulan untuk meningkatkan kefahaman mereka terhadap Islam," ulasnya panjang lebar. Sehubungan itu, beliau mencadangkan agar lebih banyak kumpulan dakwah daripada pelbagai pertubuhan bukan kerajaan khususnya dari Semenanjung datang menjenguk 'saudara' mereka di kawasan-kawasan terpencil di Bumi Kenyalang. Apatah lagi katanya, jumlah ustaz yang bertauliah amat kurang di negeri itu sekali gus menjejaskan usaha dakwah dilakukan berterusan. "Kena hantar dari Semenanjung sebab jumlah pendakwah bertauliah ada banyak di sana. Begitu juga, kalau menteri-menteri beragama Islam melawat Sarawak, singgahlah sekejap di kawasan-kawasan pedalaman agar penduduk berasa diri mereka tidak dipinggirkan," katanya. Berdakwah dengan bajet sendiri, ia tidak meninggalkan sekelumit kesal di hati mereka yang sanggup meneroka kawasan pedalaman untuk tujuan murni itu.

Kronologi Kes-kes Ragut

· 5 Mei 2009 - Wanita mengandung dua bulan, Jamilah Selamat, 31, meninggal dunia selepas koma tiga hari akibat terjatuh daripada motosikal, diragut dua lelaki, 70 meter dari rumahnya di Johor Bahru.

· 29 April 2009 - Pelajar Tingkatan Dua, Lee Chee Wai, 14, hampir kehilangan dua jari tangan kiri selepas dilibas pisau peragut di Subang Jaya kerana mahu merampas kembali alat permainannya.

· 28 April 2009 - Dua pelajar sekolah menengah yang lengkap berpakaian seragam sekolah memukul seorang wanita sehingga cedera sebelum meragut beg tangannya di Desa Setapak, Kuala Lumpur, kelmarin.

· 29 Mac 2009 - Nurul Fatimah Ali, 19, koma selepas nekad menunggang motosikal melawan arus untuk mengejar motosikal dinaiki dua lelaki yang meragut beg tangannya di bawah Jambatan Sultan Mahmud, Kuala Terengganu.

· 21 Februari 2009 - Wanita warga Singapura cedera di lutut dan rugi kira-kira S$5,300 (RM13,000) selepas beg tangannya diragut dua lelaki di Kuantan.

· 2 Februari 2009 - Nor Hanani Ibrahim, 21, dari Taman Sena Indah, Kangar nekad mengejar dua penjenayah yang meragut beg tangannya sehingga kedua-dua lelaki itu berjaya diberkas orang ramai.

· 4 Januari 2009 - Seorang pembantu tadika dalam perjalanan menghantar laporan pilihan raya kecil Parlimen Kuala Terengganu dengan menunggang motosikal patah kedua-dua kaki dan tangan kanannya selepas diragut di Jalan Pusara, Kuala Terengganu.

· 10 Disember 2008 - Seorang wanita warga emas maut digilis lori selepas diragut dua lelaki bermotosikal sebaik selesai membeli barang harian di Pasar Awam Bukit Mertajam.

· 22 November 2008 - Seorang wanita berusia 65 tahun cedera ringan selepas terjatuh dalam kejadian cubaan meragut beg tangan di hadapan masjid Kampung Gerai, Jertih, Besut.

· 13 November 2008 - Seorang wanita, Khoo Lee, 38, cedera dalam kejadian cubaan ragut berhampiran lokasi program pencegahan jenayah, di Pusat Perniagaan Pesta Baru, Jalan Bakri, Muar.

· 29 Oktober 2008 - Hasrat seorang pelajar Tingkatan Lima cuba menolong sepasang kekasih yang menjadi mangsa ragut berakhir dengan tragedi kerana maut apabila motosikalnya terbabas diterajang rakan peragut yang mengekorinya.

· 11 September 2008 - Seorang wanita kerugian kira-kira RM1,200 selepas beg tangannya diragut seorang gadis yang membonceng motosikal seorang lelaki di Jalan Air Putih, Kuantan.

· 11 Ogos 2008 - Jururawat, Israha Ismail, 29, parah selepas diragut ketika menunggang motosikal dalam perjalanan pulang dari tempat kerja di Jalan Seriab, Kangar.

· 20 Jun 2008 - Seorang wanita yang koma tujuh hari selepas bergelut dengan seorang lelaki yang meragut beg tangannya berhampiran pusat beli-belah Melaka Mall, Melaka, meninggal dunia.

· 12 Mei 2008 - Isteri seorang kakitangan Berita Harian yang mengandung tiga bulan cedera diragut dua penunggang motosikal di Jalan Walter Grenier, Kuala Lumpur.

· 10 Mei 2008 - Penjual nasi lemak, Siti Zubaidah Ismail, 41, parah manakala anaknya, Noorhasniza Mat Tahir, 14, cedera selepas jatuh dari motosikal apabila seorang lelaki meragut beg tangan dari dalam raga motosikal yang mereka naiki di Simpang Kuala, Alor Setar.

· 20 April 2008 - Penghantar surat sambilan, Mohd Atiff Afifi Omardin, 22, cedera ditikam dengan pisau rambo, ketika cuba menangkap dua lelaki yang meragut seorang warga emas dekat Pintu Geng, Kota Bharu.

· 10 Februari 2008 - Pelajar Universiti Malaysia Perlis, Nur Amalina Abu Bakar, 20, cedera di kepala selepas motosikal yang ditungganginya berlanggar dengan kereta ketika cuba mengejar lelaki yang meragut beg tangannya di Alor Setar.

· 28 Disember 2007 - Guru, Norlidah Misran, 36, patah tulang belakang selepas terjatuh ketika menarik beg tangannya daripada diragut di Muar.

· 30 Oktober 2007 - Ketua Meja Jenayah akhbar Nanyang Siang Pau, Steven Chiew, 44, cedera di mulut dan hidung terjatuh selepas beg yang disandangnya disentap penjenayah di Kelana Jaya


Sumber: Blog AP Zulkifli Noordin

Bersalah Anwar Ibrahim ?

Tepuk dada tanya hati, apakah begitu mudah kita menyalahkan seseorang?


oleh dragsuperstar

Ketika keputusan pilihanraya pada 8 Mac 2008 diumumkan, semua rakyat bersorak kegembiraan. BN hilang 2/3 majoriti, BN hilang 5 negeri, Samy Vellu kalah, Sharizat kalah, KJ pada kiraan awal kalah lepas itu menang dengan penurunan majoriti dengan begitu mendadak. Semuanya disambut dengan penuh rasa kegembiraan, tangisan, dan sambutan terhadap kemenangan tersebut diraikan dengan penuh rasa syukur.

Namun apabila kerajaan Pakatan Rakyat di Perak goyah dan telah dirampas kekuasaannya dengan tidak mengikut undang - undang. Mula kedengaran suara - suara busuk mengeji Anwar Bin Ibrahim. Ada yang mengatakan beliau tidak pandai memilih calon. Ada yang mengatakan sebab beliau yang sibuk - sibuk cakap fasal 16 September maka inilah hasilnya. Perak hilang.

Bezanya Anwar dan Najib adalah Anwar mahu peralihan kuasa itu dilakukan dengan cara mengikuti undang - undang. Anwar telah meminta agar Pak Lah memanggil satu sidang khas parlimen dijalankan. Adakah Pak Lah akur dengan tuntutan beliau, sudah pasti tidak. Kenapa tidak akur kerana Pak Lah tahu pasti ada beberapa Ahli Parlimen BN yang akan memberi undi tidak percaya kepada beliau. Speaker Dewan Rakyat juga telah beberapa kali menolak usul undi tidak percaya yang diusulkan oleh Pakatan Rakyat. Anwar tidak gopoh seperti mana Najib. Anwar tidak menculik dua Adun KeADILan dan membawanya ke Pekan. Anwar tidak terus memaksa Agong memecat Pak Lah. Anwar tetap mahu melakukannya dengan mengikut perlembagaan negara. Kerana apa? Kerana beliau tidak mahu peralihan kuasa itu berlaku dengan kekacauan. Lihat di Perak. Apabila kekuasaan itu dilakukan tidak mengikut perlembagaan Sultan sendiri terasa bahananya. Itulah yang membezakan upacara LOMPAT ANWAR dengan NAJIB.

Apabila terjadinya pembelotan oleh dua Exco KeADILan, segera tampil beberapa insan yang mengutuk Anwar Bin Ibrahim kerana tidak pandai mengenal calonnya itu. Baik, biar saya berikan beberapa contoh. Contoh yang pertama, ibubapa mana yang tidak mahu anaknya menjadi insan yang berguna. Anak - anak diberi didikan supaya mereka tidak menjadi gangster, amanah, tidak rasuah, tidak bunuh orang dengan C4, tidak bunuh orang di penjara dan bermacam lagi perkara buruk yang tidak terjadi kepada mereka. Tapi apabila anak - anak itu tetap juga menjadi jahat adakah ianya salah ibubapa. Nabi Nuh a.s juga gagal mendakwah anak dan isterinya. Adakah Nabi Nuh a.s gagal? Tidak, ini semuanya berlaku diluar jangkaan kita. Contoh kedua, apabila si suami berkahwin dengan isterinya sudah pasti mereka mahu perkahwinan mereka kekal dan bahagia senantiasa. Segala kasih sayang dan pengorbanan dilakukan dengan ikhlas dan dengan rela hati semahunya. Tapi jika si suami mempunyai perempuan simpanan adakah si isteri mengetahuinya. Bila si suami membawa perempuan simpanannya pergi ke mana - mana untuk melepaskan nafsunya adakah si isterinya tahu dan begitu juga sebaliknya. Semuanya ini berlaku diluar jangkaan kita. Kita bukannya Tuhan. Hanya Tuhan sahaja yang mampu mengenal makhluk ciptaanNya. Walaupun tarbiyah, usrah, sekolah, kelas - kelas diberikan kalau sudah ditakdirkan mereka menjadi jahat maka jahatlah mereka. PAS pernah hilang Allahyarham Asri Muda, Nakhaie. PRM pernah hilang Kassim Ahmad. DAP pernah hilang Lee Lam Thye. Adakah ini semua salah pucuk pimpinan. Tidak dapat dinafikan mungkin ada beberapa perkara yang menyebabkan mereka khianat. Tapi adakah mereka boleh menjangkakan. TIDAK!!

Saya merasa jijik dan sedih kerana beberapa insan yang telah mengutuk Anwar dan Pakatan Rakyat. Semua orang mahu melakukan terbaik. Tapi jika sudah begini suratan takdir apa yang kita boleh buat. Cukup sekadar kita menjadikannya sebagai iktibar dan pedoman. Jadikan peristiwa ini sebagai satu pemangkin semangat untuk terus berjuang mereka yang zalim ini. Perompak tidak akan berhenti merompak. Perompak tidak akan merompak ikut pintu depan sahaja. Mereka akan merompak dari semua segenap penjuru. Walaupun kita ada pengalaman dari tahun 1961 tapi mereka yakni Zionis Malaysia ini tidak akan berhenti merompak. Mereka akan menggunakan taktik - taktik yang licik sampai ada satu tahap menculik wakil - wakil rakyat kita. Tidak boleh beli RM 50 juta, diculiknya mereka.

Saya bukannya taksub dengan Anwar Bin Ibrahim. Tapi saya simpati dengan beliau kerana beliau bersungguh - sungguh untuk memastikan Malaysia selamat dari cengkaman Zionis Malaysia. Beliau bersungguh - sungguh membawa PAS dan DAP duduk semeja. Beliau bersungguh - sungguh membawa usul tidak percaya dan memanggil sidang khas Parlimen tapi tidak berjaya. Adakah ini salah beliau. Kita merancang wahai sahabatku. Selebihnya Tuhan yang menentukan.

Jadi buat mereka yang mengkritik yang keterlaluan terhadap beliau renung - renungkan. Kuatkan semangat dan teruskan berjuang. Buat mereka yang hanya duduk didalam pejabat yang berhawa dingin, di rumah dan yang tidak pernah berjuang hatta menampak poster di pokok ketika pilihanraya you can shut your mouth!!!!

Sumber:Eyesdotcom

Formula Adil

Untuk Hentikan Kemelut Politik Perak
Percepatkan Proses Mahkamah

APABILA Pengerusi DAP, Karpal Singh bercadang untuk menyaman Sultan Perak dan Menteri Besar Rakyat, Mohamad Nizar Jamaluddin pula hedak saman Menteri Besar Perak yang baru, Zambry Kadir, pihak yang merasai menang dan mendapat manfaat dengan rampasan kuasa di Perak ramai-ramai mengatakan perbuatan itu biadap. Langkah itu dikecam hebat kononnya perbuatan itu menghina Raja.

Maka dicaci cercalah orang yang melakukan ‘kebiadapan’ itu dengan macam-macam cacian dan sumpah seranah yang pedih telinga mendengarnya.

Ada yang mencadangkan supaya anugerah Datuk kepada Nizar Jamaluddin ditarik balik dan ada juga yang mencabar supaya Niazar dan Pakatan Rakyat supaya meninggalkan negara ini. Semua itu menunjukkan kepalang kemarahan kepada Karpal Singh, Nizar dan Pakatan Rakyat. Sekali lihat perasaan marah itu sangat melampau dan seolah pemikiran mereka lebih rendah daripada tahap pemikiran budak-budak pre sekolah.

Sekarang ini perang psikologi sedang berlaku bukan saja di Perak tetapi sudah merebak ke seluruh negara hatta ke Singapura. Bukan perang untuk mendapat kedudukan (kuasa) sebenarnya, tetapi perang untuk mempengaruhi rakyat dan mengambil hati rakyat. Ia berlaku antara Umno dengan Pakatan Rakyat. Kedua pihak masing-masing mahu momentum situasi hari ini berpihak kepada masing-masing kerana itulah bekalan dan senjata perang yang baik.
Bekalan dan modal ini akan disimpan untuk digunakan pada perang lebih besar dalam pilihan raya ke – 13 nanti.

Saya percaya Nizar yang sudah menyembahkan sembah derhaka itu tidak memimpikan lagi jawatan MB selepas ini. Kalau pun Pakatan Rakyat dapat menguasai semula DUN Perak, beliau sudah dapat merasakan tidak mungkin akan diterima semula menjadi MB. Disebabkan menurut perlembagaan Perak seseorang MB kena angkat sumpah di depan Sultan, mustahil Sutlan Azlan Shah bersedia untuk menerimanya. Makanya Pakatan ketika itu kena cari sultan baru untuk angkat sumpah!

Jadi apa yang beliau dan sedang dilakukan sekarang ini adalah mencari satu jawaban kepada apa yang dipercayai dari sudut perlembagaan dan undang-unang yang beliau yakin atas nasihat dan pandangan para pakar perlembagaan dan perundangannya.

Menurut Nizar beliau tidak akan berhenti menjadi MB. Nizar tahu kalau pun dia masih terus menjadi MB, dia tidak dapat manfaat apa-apa pun. Dia tidak akan menerima gaji, imbuhan dan apa-apa kemudahan kerana semuanya sudah menjadi milik dan hak kerajaan BN, kereta Camry baru pun mungkin sudah diserahkan. Nizar tahu itu. Tetapi apa yang dicari ialah kata pemutus yang mutlak dan boleh diyakini rakyat.

Jadi apa yang beliau perlakukan ialah mahukan keputusan itu saja. Begitu juga dengan cadangan Karpal Singh untuk menyaman Sultan Perak itu bukan apa melainkan beliau ingin mahkamah dan undang-undang memutuskan apa yang berlaku di Perak itu.

Di sini tidak timbul soal kedua mereka, Nizar, Karpal dan juga Pakatan Rakyat derhaka kepada Sultan atau menghina sultan. Tidak timbul yang Nizar sudah meroyan! Menderhaka dan menghina sultan itu diterjemahkan oleh Umno dan BN saja atas sebab-sebab semua faham kerana ia memberi keuntungan kepadanya.

Saya percaya kalau DUN Perak dibubar dan pilihan raya diadakan kemelut ini tidak berlaku dan politik Perak tidak jadi seperti tempoyak yang semakin membusuk dan berulat kini. Maruah semua pihak tidak akan terjejas. Sultan tidak tercemar namanya dan tidak akan berlaku baling dan merejam kereta oleh rakyat seperti dilaporkan.

Pihak Umno dan BN sendiri juga tidak rugi apa-apa kalau DUN dibubarkan. Kalau benar rakyat menyokong mereka, apa yang mereka perlu takutkan? Tetapi dengan mendapat kuasa dan MB dengan cara sihir bodoh, yang diprejudis dengan berbagai teknik dan strategi jahat begitu tidak boleh diterima.

Begitu juga dengan beranggapan Sultan Perak sebagai bekas Ketua Hakim Negara, pakar perundangan dan amat bijaksana serta amat arif yang mana tidak mungkin silap dan tindakan baginda itu sebagai ideal, adalah kurang betul dan kurang tepat. Kebenaran itu tidak boleh diterima hanya sekadar andaian ataupun berpandukan kepada akhlak baginda sebelum ini.
Lagipun suasana yang berlaku kini tidak pernah terjadi. Sekiranya ianya pernah berlaku maka mudahlah untuk diterimanya dan keabsahannya tidak perlu dipersoalkan lagi.

Jika keadaan demikian pernah berlaku, maka tidaklah sampai begitu jadinya. Orang Pakatan Rakyat, Nizar dan Karpal Singh juga bukan orang yang buta atau jahil dengan perundangan. Dalam hal ini kalau umum menerima apa yang dilakukan sultan itu atas anggapan beliau adil, tidak pernah buat silap adalah satu kesilapan. Kebenaran tidak menjadi benar apabila ia diucapkan oleh mereka yang berkuasa!

Generasi negara ini sudah berubah. Hari ini orang-orang yang makan bersela atau duduk bersimpuh juga sudah berubah. Semuanya kini makan di meja atau makan berdiri. Jadi mereka sudah tidak boleh dikabui dengan kuasa dan daulat yang mereka tidak nampak lagi atau adab resam yang sukar untuk diterima oleh pemikiran moden. Lainlah kalau mana-mana raja atau sultan dapat menunjukkan sakti mereka seperti mana dalam cerita-cerita komik baru rakyat boleh setuju dan patuh membuta tuli.

Benar kata Menteri Besar Kelantan, Nik Abdul Aziz Nik Mat, atas nama Islam setiap manusia adalah sama di sisi Tuhan dan mereka bertanggungjawab terhadap apa yang dilakukan di akhirat kelak. “Ini bukan soal Melayu (menderhaka) tetapi dalam Islam, raja atau rakyat, orang bandar, orang kampung tidak kira raja, tok guru setaraf semuanya. Dan mereka bertanggungjawab kepada Allah diakhirat kelak.”

Penyelesaian terbaik bagi menyelesaikan kemelut di Perak ialah biarlah mahkamah membuat keputusan. Proses saman yang dikemukakan Karpal Singh dan Nizar Jamaluddin itu perlu dipercepatkan. Sekiranya mahakmah sudah memutuskan dan didapati tindakan Sultan itu betul dan tidak bercanggah semua pihak harus terima dan hormat kepada keputusan itu.

Selepas itu terserahlah nanti kepada budibicara dan bijaksana kesemua 28 Adun Pakatan samada mereka perlu berada berada di Dewan atau pun bersedia meletakkan jawatan bagi membolehkan Adun baru dipilihkan. Bagi saya kesemua 28 Adun PKR itu tidak wajar lagi memasuki Dewan setelah mahkamah memutuskan bahawa proses rampas kuasa di Perak itu berlaku dengan betul dan tidak menyalah mana-mana undang-undang.

Sebaliknya kalau mahkamah memutuskan sebaliknya maka sultan dan kesemua 28 Adun Umno hendaknya menerimanya dengan terbuka dan redha.

Soal tuduhan derhaka dan menghina raja yang dilemparkan oleh sesetengah pemimpin Umno itu, saya tidak mahu mengomen apa-apa cuma ingin mengingatkan supaya mereka ramai-ramai ke arkib negara membelek semula surat khabar dan jurnal membaca semula segala peristiwa yang berlaku pada tahun-tuhun 80-an dulu bagaimana sikap dan fiil pemimpin kerajaan BN Umno mengkritik raja-raja Melayu ketika berlaku krisis perlembagaan waktu itu. [wm.kl 7:00 pm 07/02/09]

Sumber : Blog MSO

Tiada Tajuk - Tok Iskandar

Tok nak ulas tentang keputusan baginda Sultan Perak esok,perkenan pembubaran DUN Perak atau perkenan BN bentuk kerajaan negeri Perak yang baru.

Tok nak ulas dulu tentang Najib dan permainan politik liciknya.
Ibarat citer Lone Ranger dan Tonto,begitulah gelagat gandingan Najib dan Zahid Hamidi.

Kes Altantunya,pembelian Eurocopter,Sukhoi dan kapal selam,pembelian Bank Indonesia oleh Maybank,pengakuan bersumpah diliwat oleh Saiful Bukhari,pengakuan bersumpah Bala,percubaan merampas kuasa kerajaan negeri Perak dengan membeli wakil rakyat PKR dan DAP.

Rakyat tentu tidak mahukan pemimpin sebegini menjadi PM.Begitu juga dengan Nasaruddin yang berlakon menyertai PKR,rupa-rupanya talam 2 muka dan sanggup menipu 15 ribu rakyat Perak ketika berceramah di Bota baru-baru ini.Nasa tak layak jadi MB Perak walau apa jua alasan yang digunakannya untuk kembali semula menyertai UMNO setelah 10 hari berada di dalam PKR.

Tok nak SPRM siasat aset yang dimiliki Nasa yang juga bekas Pegawai Daerah Temerloh.

Jika esok BN mengambil alih tampuk pemerintahan negeri Perak,satu sejarah hitam dalam politik tanahair berlaku dan generasi akan datang kelahiran Perak akan melihatnya melalui Hari Ini Dalam Sejarah.Hari di mana demokrasi telah mati,rasuah politik makin berkembang dan meracuni minda dan hati wakil-wakil rakyat yang ketagihkan ganjaran material.

Tentu baginda Sultan Perak tidak mahu melihat negeri baginda diperintah oleh penipu,penyangak dan kaki rasuah.Imej negeri di kaca mata pelabur asing bertambah buruk dan rakyat Perak dan Malaysia akan menjadi semakin benci kepada kerajaan UMNO-BN.

Selama mana kerajaan BN mampu memerintah negeri Perak berbekalkan kelebihan beberapa ADUN.Esok-lusa mungkin ada penyeberangan ADUN BN menyertai Pakatan Rakyat dan kuasa pemerintahan kerajaan negeri Perak akan kembali kepada Pakatan Rakyat.

Sultan yang berjiwa rakyat tentulah dekat di hati rakyat dan tindakan yang bijaksana ialah menyerahkan soal pemerintahan negeri kepada rakyat Perak.Persoalan satu pembaziran jika diadakan pilihanraya bukanlah satu isu kerana selama ini UMNO sering berbelanja mewah dan membazir ketika memerintah negeri Perak dan negara Malaysia.

Jangan dilupakan bagaimana UMNO merobek kekebalan Raja-raja Melayu suatu ketika dulu di samping kebiadapan pemimpin UMNO Perlis dan Terengganu terhadap Raja dan Sultan mereka.

Tok sendiri tidak akan berputus asa kerana segala perancangan manusia,perancangan Allah akan mengatasinya.

Persoalan menggadai tanah,suatu ketika dulu juga pemimpin UMNO pernah menyerahkan Singapura kepada Lee Kuan Yew dan Pak Lah pula menyerahkan pulau Batu Putih kepada Lee Hsien Long,anak kepada Lee Kuan Yew.

Jika Kerajaan Negeri Perak dirampas secara keji begini,di manakah letaknya rasa hormat pemimpin UMNO terhadap Sultan Perak.Najib dengan rasa megah tanpa menunggu keputusan baginda Sultan Perak,telah menegaskan Perak kini di bawah kekuasaan BN.

Masyarakat dunia sedang memerhatikan pergolakan politik negara kita terutamanya yang berlaku di Perak ketika ini.Baginda Tuanku Sultan Perak sendiri arif tentang situasi ini dan kebijaksanaannya sebagai Ketua hakim negara suatu ketika dulu amatlah dikagumi rakyat Malaysia.

Janganlah tuanku biarkan negeri Perak berada semula ke tangan petualang bangsa Melayu seperti najib.rakyat Perak hanya mampu berdoa agar keputusan baginda tuanku merupakan satu keputusan yang adil dan bijaksana

RAZAK BEBAS

Secara lojiknya, bila seseorang itu dibebaskan oleh Mahkamah ini bermakna tertuduh itu tidak bersalah atau tidak terlibat. Kesimpulannya dalam kes ini sudah tentu Razak Baginda tidak terlibat dan tidak bersalah.
Soalannya kini ialah:
1) Siapa sebenarnya yang merancang pembunuhan wanita Mongolia itu?

2) Mahukah 2 anggota UTK itu membunuh wanita Mongolia berkenaan jika tanpa ada sebab-sebab tertentu?

3) Sanggupkah sesiapa saja membunuh seseorang wanita, jika tidak ada sebab-sebab tertentu?

4) Jika ujud unsur ‘diupah’ atau ‘upahan’ dalam kes ini, siapa yang mengupah atau mengarah?

5) Kini rakyat nak tahu siapa sebenarnya yang telah ‘mengarah’ dan ‘mengupah’ dalam kes pembunuhan wanita Mongolia ini?
Razak Baginda bebas !

Soalannya ialah siapa akan…?

1) Gembira ?

2) Selamat ?

3) Tercengang ?

4) Sedih?

5) Dianiayai?

6) Terperangkap selepas ini?

Mungkin jawapannya ialah seperti berikut:

1) Gembira - Rosmah
2) Selamat - Najib
3) Tercengang - Rakyat
4) Sedih - Pembangkang
5) Dianiayai - Razak
6) Terperangkap selepas ini - kita tunggu

http://suarasukj.blogspot.com

BPR Harus Siasat Siapa Arah Keluarkan Bom C4 !!

Biarpun Keputusan Sudah Diketuai, BPR Harus Siasat Siapa Arah Keluarkan Bom C4 !!

Keputusan perbicaraan kes bunuh wanita Monggolia, Altantunya Shariibuu telah pun diketahui ini. Ini bermakna Altantunya dibunuh bulan Oktober 2006 dan keputusannya pula bulan Oktober 2008. Inilah yang dinamakan “Tragedi Oktober”. Dalam kes itu, Cif Inspektor Azilah Hadri, 31, dan Koperal Sirul Azhar Umar, 35, didakwa membunuh Altantuya, 28, di antara Lot 12843 dan Lot 16735 Mukim Bukit Raja Shah Alam. Kedua-dua tertuduh itu dibicara bersama penganalisis politik, Abdul Razak Abdullah Baginda yang didakwa bersubahat dengan mereka melakukan pembunuhan tersebut dua tahun lalu. Biarpun keputusan perbicaraan kes tersebut sudah pun selesai namun ada satu persoalan yang harus dijawab oleh pihak-pihak berkenaan termasuk Badan Pencegah Rasuah (BPR).

Isunya ialah, bagaimanakah “Bom C4” Tentera boleh digunakan dalam kes ini. Umum mengetahui bahawa Azilah dan Sirul adalah anggota UTK, maka itu menurut maklumat pihak UTK tidak akan membunuh dengan menggunakan Bom. Sebaliknya mereka telah dilatih sebagai “penembak tepat” dan akan melakukan arahan berdasarkan kepakaran mereka iaitu tembakan tepat dari jauh. Maka mengapakah tiba-tiba “Bom C4” boleh berada ditangan mereka. Dalam masa yang sama persoalan timbul bagaimanakah bom itu boleh digunakan sedangkan ianya adalah sejenis bom yang hanya boleh digunakan ketika peperangan. Hanya anggota tentera sahaja dibenarkan menggunakan alat senjata tersebut. Ini harus dijawab.

Tambahan pula kedua-dua jenis bahan letupan yang dikesan pada barang bukti kes pembunuhan wanita Mongolia, Altantuya Shaariibuu kebanyakannya digunakan dalam aktiviti ketenteraan dan boleh menghasilkan tindak balas supersonik serta mengakibatkan kerosakan besar. Dengan gelombang kelajuan secara umumnya melebihi 1,000 meter sesaat, gegaran bahan letupan Pentaerythritol Tetranitrate (PETN) dan Cyclotrimethylene Trinitramine (RDX) boleh memusnahkan kawasan persekitaran termasuklah sebarang halangan yang berdekatan dengan pusat letupan.

Salah seorang saksi kes iaitu Ketua Unit Senjata Api dan Kesan Alat di Seksyen Kriminalistik, Bahagian Forensik, Jabatan Kimia Malaysia di Petaling Jaya, Shaari Desa, 40, mengesahkan perkara tersebut ketika memberikan keterangan di Mahkamah Tinggi Shah Alam pada 4 November 2007 dulu. Beliau ada berkata bahawa Kesimpulan yang boleh beliau buat berdasarkan analisis yang dijalankan ke atas sampel rambut bertanda Z7, Z10, Z11 dan Z13 (berlabel unknown yang diambil di tempat kejadian), mendapati terdapatnya penggunaan bahan letupan PETN dan RDX. Bukan itu sahaja, kata Shaari, sampel ketulan berwarna merah jambu yang bertukar menjadi warna peach (bertanda Z20) dan serbuk putih dalam detonating cord (Z22) turut mengandungi bahan letupan jenis PETN dan RDX. Menurut saksi, PETN dan RDX adalah sejenis bahan letupan yang ditakrifkan di bawah Akta Bahan Letupan 1957. Selain itu, empat sampel rambut iaitu yang bertanda Z7, Z10, Z11, Z13, helaian plastik berwarna hitam (Z32), plastik hijau (Z40), Z48 (plastik hijau kehitaman), keratan wayar (Z44) mempunyai kesan bahan letupan jenis yang serupa. Manakala keratan wayar (Z47), putik kapas (Z12), cebisan plastik (Z29), sampel tanah (spesimen tanah di tempat kejadian yang ditandakan sebagai bahagian kepala, perut dan kaki yang bertanda Z49, Z50, Z51 ) juga terdapat kesan bahan letupan jenis RDX.

Beliau juga ada berkata bahawa tiada kesan bahan letupan ditemui pada empat cebisan tulang (ZZ1 hingga ZZ4). Beliau juga dikatakan telah selaras submesingan HK-MP5 SD (P263A) tanpa kelopak yang dipasang penyerap bunyi (silencer) yang turut dianalisis, dan mengesahkan senjata api tersebut pernah melepaskan tembakan. Katanya setelah dianalisis, beliau mendapati terdapat sisa serbuk senjata api (gun powder residue) pada bahagian dalam laras dan penyerap bunyi yang dipasang. Ini bermaksud tembakan pernah dilepaskan dan senjata itu tidak dibersihkan selepas tembakan terakhir dilepaskan terhadap mangsa. Beliau menyatakan demikian ketika disoal dalam pemeriksaan utama oleh Timbalan Pendakwa Raya, Noorin Badaruddin pada perbicaraan terhadap ketiga-tiga tertuduh yang dibicarakan di hadapan Hakim Datuk Mohd. Zaki Md. Yasin.

Dengan pengakuan saksi ini, maka jelaslah kepada kita persoalan bagaimana senjata berkenaan boleh dikeluarkan daripada simpanan tentera. Siapakah yang mengeluarkan arahan. Mengapakah pegawai terbabit yang menjaga peralatan tersebut gagal mengesan dan tidak tahu bila dan berapa bilangan ia dikeluarkan. Walhal dalam mana-mana jabatan kerajaan sekali pun setiap sen dan barang yang diambil akan direkodkan. Bagaimana pihak tentera Malaysia boleh lalai dan gagal mengesan perkara ini. Jika ini berlaku, bukankah ia memberi gambaran bahawa pasukan tentera kita tidak cekap dan musuh bila-bila masa sahaja boleh mencuri kelengkapan senjata tersebut. Ini pernah berlaku dulu dalam kes Sauk (Bukit Jenalek) dan di Kuala Trengganu. Pencerobohan orang luar ke kem tentera adalah perkara serius dan perlu disiasat dengan terperinci. Maka itulah kita amatlah berharap agar pihak Badan Pencegah Rasuah (BPR) menyiasat perkara ini dengan telus dan adil. Jika ada unsur-unsur rasuah maka mereka harus didakwa juga dalam kes ini. Bahkan mereka juga boleh dikatakan cuai menjaga keselamatan negara. Bayangkan jika bom itu digunakan untuk melakukan huru-hara dan mengancam keselamatan negara?.

Inilah yang berlaku di Pakistan baru-baru ini, bila bom seberat 600 tan meletop di Hotel J.W Mariott yang mengorbankan banyak nyawa manusia. Inilah yang kita takutkan sebenarnya. Andainya kecurian seperti ini tidak disiasat maka rakyat hanya melihat kes Altantunya dari satu sudut sahaja, iaitu pembunuhan seorang manusia. Tetapi dari sudut yang lain iaitu kecuaian kakitangan kerajaan juga harus disiasat. Jika tidak rakyat akan hilang keyakinan dan kepercayaan kepada anggota keselamatan di Malaysia termasuk juga pasukan tentera. Sudahlah sebelum ini rakyat hilang keyakinan kepada pasukan polis, ini pula berlaku kepada pasukan tentera. Apakah perkara ini harus didiamkan begitu sahaja?. Biarpun kes pembunuhan itu sudah selesai dan hanya menunggu keputusan daripada mahkamah. Namun kes kecuaian ini harus dibuka semula, bagi mengenal pasti siapakah yang cuai dan beri arahan semua ini.

[Selama ini BPR bercakap soal ketelusan dan keadilan, maka sekarang laksanakanlah tugas kalian dengan adil dan telus. Siasat sedalam-dalamnya bagaimana Bom C4 yang sepatutnya digunakan oleh tentera untuk pergi berperang boleh dikeluarkan sesuka hati untuk tujuan pembunuhan dengan niat bagi menghilangkan bukti. Sudah pasti ada unsur rasuah dalam hal ini. Hebahkan maklumat ini kepada umum, agar rakyat tidak hilang kepercayaan dan keyakinan mereka kepada pasukan tentera di negara ini. Artikel ini sudah dikeluar disini dulu, namun kami olah semula untuk tatapan pembaca].

http://pahangdaily.blogspot.com

Persoalan Solat Fardu Secara Berjemaah

Rasulullah s.a.w. bersabda : “Berilah khabar gembira kepada mereka yang selalu berjalan ke masjid dalam kegelapan bahawa mereka akan memperoleh nur yang sempurna pada hari Kiamat” . (Hadith riwayat Imam Ibnu Majah dan Ibnu Khuzaimah)

Menurut pengarang kitab “Al Jawahir dan Syara’tul Islam” menyatakan bahawa , “Tidak ada keringanan untuk orang yang mendengar azan , sedangkan dia meninggalkan solat berjemaah” .

Sesungguhnya solat berjemaah itu sunnat muakkad yang sangat dikuatkan,sehingga seandainya penduduk sesuatu tempat itu meninggalkan solat berjemaah,maka wajib diperangi dengan pedang kerana solat berjemaah itu termasuk syiar agama Islam .

Sekiranya ada seorang daripada mereka meninggalkan solat berjemaah tanpa alasan yang kukuh,kesaksiannya wajib ditolak dan tidak diterima. Manakala para tetangganya,imam dan muazin turut berdosa kerana membiarkannya tanpa menasihati orang berkenaan . Tindakan yang paling ringan diambil kepada orang berkenaan dengan mencambuknya tiga kali dengan cemeti.

Menurut penyusun kitab “Khulashah Fatawa” : “ Saya telah mendengar beberapa tindakan yang boleh dilakukan ke atas orang yang sengaja meninggalkan solat berjemaah tanpa alasan yang kukuh antaranya dengan mengambil hartanya apabila terdapat kesepakatan pemerintah” . Ada juga pendapat yang menyatakan hartanya boleh disita .

Ulama berpendapat alasan atau uzur yang dibolehkan untuk meninggalkan solat berjemaah iaitu mempelajari ilmu fiqih , sakit, hujan lebat, cuaca yang sangat dingin dan takut disebabkan ancaman penjahat .

Sebagai suatu renungan dipetik dari kitab Al Marsum , bahawa sewaktu pemerintahan Syaidina Abu Bakar Ash Shiddiq , ada seorang lelaki yang meninggal dunia. Sewaktu hendak menyolatkannya, tiba-tiba kain kafan mayat itu bergerak. Mereka bersama-sama memerhatikannya setelah membuka ikatan di kepala mayat, ternyata seekor ular membelit leher mayat dan memakan daging dan menghisap kotoran tubuhnya. Mereka hendak membunuh ular tersebut . Ular berkenaan mengucapkan kalimah syahadat . Ular berkenaan berkata,”Mengapa kamu hendak membunuh saya, sedangkan saya tidak berdosa dan tidak bersalah. Allah Ta’ala telah memerintah saya supaya menyeksanya sehingga hari Kiamat.” Maka para sahabat bertanya,”Apa kesalahan mayat ini ?

Ular menjawab :

  1. Dia apabila mendengar azan tidak mendatangi solat berjemaah,
  2. Dia tidak mahu menunaikan zakat,
  3. Dia tidak ingin menghadiri majlis ilmu agama .

Maka itulah balasannya .

MENAGIH KEBERKATAN DALAM MAJLIS KENDURI KAHWIN DAN KESYUKURAN TAZKIRAH JUMAAT Ustaz Zainudin Hashim

Musim cuti sekolah hampir tiba, ramai di kalangan umat Islam mengambil kesempatan untuk mengadakan pelbagai majlis keraian, sama ada majlis kesyukuran sempena pemergian ke tanah suci Mekkah kerana menunaikan fardu haji, majlis kesyukuran kerana anak lulus periksa, majlis kerana meraikan kejayaan dalam kerjaya, tidak kurang juga majlis walimatul urus.

Tetapi sedarkah kita bahawa majlis yang dianjurkan itu benar-benar menepati inspirasi tuntutan ajaran Islam, dengan lain perkataan apakah majlis yang dianjurkan itu menitik-beratkan persoalan pantang larang agama, iaitu tidak terdapat upacara bersalaman antara jemputan lelaki dan perempuan yang bukan mahram, memakai hijab (tudung kepala) mengikut kehendak hukum Syara�, tidak berlaku percampuran antara para jemputan lelaki dan perempuan secara bebas dan lain-lain.

Semua pantang larang itu dipelihara bagi menjamin keberkatan danrestu Allah SWT agar setiap majlis yang dianjurkan itu benar-benar meraih sumber pahala yang banyak dan berkekalan sampai hari kiamat.

Namun sikap kebanyakan orang Islam hari ini terhadap agama mereka sendiri berbeza-beza antara seorang individu dengan individu lain, ini kerana ada yang benar-benar belajar ilmu-ilmu fardu ain di masjid-masjid atau di surau-surau, walau pun mereka ketahui bahawa ilmu agama yang dipelajari setakat SPM adalah tidak mencukupi bagi meniti kehidupan masa depan.

Mereka adalah golongan yang sering bersama dengan mereka yang arif tentang selok-belok agama seperti para ustaz, pensyarah, tuan guru, tok kiyai dan lain-lain bagi menanyakan sesuatu yang tidak diketahui atau pun mendapatkan khidmat nasihat berguna bagi melakukan sesuatu perkara itu agar menepati acuan agama Islam.

Seperti mengadakan majlis kenduri walimatul urus, agar ia berjalan mengikut kehendak Islam, maka pandangan para ulama dan yang berpengetahuan agama perlu diambil kira, kerana dalam konsep pelaksanaannya pada hari ini berlaku kekeliruan antara yang dibenarkan oleh Islam dan yang bercanggah dengannya.

Bagi yang tidak mengambil peduli urusan agama dalam segenap agenda hidup mereka, apabila mengadakan majlis walimatul urus untuk anak-anak mereka, dianggap sebagai raja sehari, justeru mereka mencampur-adukkan unsur-unsur syirik yang menyebabkan penganjuran majlis walimah tidak mendapat rahmat dan keberkatan Allah SWT.

Bersanding dan persoalan lain yang tidak mendapat keberkatan Allah

Antara perkara yang dilakukan jelas bertentangan dengan ajaran Islam ialah majlis persandingan, ia merupakan cetusan daripada ajaran agama Hindu yang masih berkekalan dalam adat istiadat Melayu sampai ke hari ini, menurut De Jong (Religions in the Malay Archipelago, Oxford Univ. press, 1965) dan Joginder Singh (Tata Rakyat, Longman, 1978) berpendapat ia adalah daripada pengaruh Hindu. Malah persandingan adalah adat yang diimport dari India yang tiada kena mengena dengan ajaran agama Islam yang suci.

Terdapat unsur lain yang menyebabkan majlis walimatul urus tidak diberkati Allah seperti yang dijelaskan oleh baginda Rasulullah s.a.w kerana tidak mengundang golongan miskin untuk turut bersama, ia berdasarkan hadis Nabi s.a.w. maksudnya : Dari Abu Hurairah r.a katanya, Rasulullah s.a.w bersabda, maksudnya: Makanan yang paling buruk adalah makanan walimah apabila orang yang perlu makan (si miskin) tidak diundang malah orang yang tidak perlu (orang kaya) diundang.Hadis riwayat Muslim daripada Abu Hurairah.

Ia tetap perlu dilakukan walau hanya dengan seekor kambing sahaja, ia bertujuan untuk memaklumkan kepada umum bahawa anak seseorang itu telah pun berkahwin bagi mengelak sebarang yang mungkin akan timbul pada masa akan datang, Rasulullah s.a.w. bersabda maksudnya : Buatlah walimah walaupun hanya dengan seekor kambing.

Unsur-unsur khurafat dalam persandingan:

(a) Penggunaan beras kunyit pada upacara persandingan ialah bertujuan memberi semangat kepada pengantin berdasarkan kekuningan semangat padi. Jika ia ditabur dengan tujuan menambah semangat dan menghalau roh jahat, maka ia adalah syirik.

(b) Penggunaan jampi mentera untuk menghalau hantu syaitan yang mungkin mengganggu majlis itu.

c. Berandam: Perbuatan andaman yang berbentuk "li tadlis" mengabui/merubah kecantikan yang sebenar adalah haram. Antaranya yang disebut oleh al-hadis: HR Muslim-Muslim dari Abdullah Ibn Mas'ud: "Allah melaknat wanita yang mencucuk tangan dan menaruh warna (tattoo) dan yang meminta berbuat demikian; wanita-wanita yang menghilangkan bulu kening di muka*, wanita yang mengikir gigi dan menjarangkannya supaya kelihatan cantik yang merubah kejadian Allah." (*pengecualian: membuang bulu yang berupa janggut atau misai atau side-burn.)

d. Berhias untuk dipamerkan (tabarruj): Berhias dengan tujuan untuk dipamerkan kepada orang ramai adalah dilarang. Firman Allah (maksudnya), "Janganlah kamu bertabarruj seperti kelakuan orang zaman jahiliah dahulu." (Al-Ahzab: 33).

e. Mas kahwin dan hantaran yang mahal: Inilah adalah sunah Rasul saw: "Wanita yang paling berkat ialah wanita yang paling murah hantarannya." (HR Ahmad, al-Hakim dan Baihaqi).

f. Majlis diselangi dengan nyanyian wanita atau tarian joget lambak dan sebagainya, ia amat bertentangan dengan Islam, kaedah Usul Fiqh ada menegaskan bahawa �matlamat tidak menghalalkan cara�.

.Bagi yang masih jahil dan bersungguh-sungguh ingin meneruskan ajaran Hindu ini, kita hendaklah terus menerus menjelaskan dengan hikmah. Walimatul urus bukanlah suatu majlis untuk berpesta dan bersukaria tidak menentu, malah ia adalah satu bentuk ibadat diperintah Allah yang perlu diadakan dengan sebaik-baiknya mengikut anjuran agama.

.Apabila mengadakan majlis kenduri kahwin jangan sampai berhutang sebaliknya buat mengikut kemampuan.

Tetapi bagi orang berada, tiada masalah untuk mengadakan walimah besar-besaran dengan syarat menepati dengan anjuran Islam, menjemput semua orang termasuk orang miskin supaya matlamat walimah tercapai, memupuk persefahaman dan perkenalan.

Alangkah sayangnya, jika majlis walimatul urus yang dirancang bukan sehari dua, malah berbulan-bulan dan mungkin juga bertahun-tahun, dengan para besan mengeluarkan wang yang bukan kecil jumlahnya, terpaksa meredah tol dan lebuh raya bertujuan untuk menjemput sanak-saudara agar memeriahkan majlis berkenaan, tetapi ianya dianggap tidak mendapat pahala di sisi Allah SWT, kerana penganjurannya diselit dengan perkara-perkara yang tidak disukai Allah.

Sunnah dan bid'ah dalam pemerintahan Islam oleh Fahri Abdullah al-Masri

Daripada Abi Najih 'Irbadh bin Sariyah r.a berkata: "Telah menasihati kami oleh Rasulullah s.a.w akan suatu nasihat yang menggetarkan hati kami ketika mendengarnya, lalu kami berkata: Ya Rasulullah! Seolah-olah ini adalah nasihat yang terakhir sekali, maka berilah pesanan kepada kami.

Lalu, baginda pun bersabda: "Aku berwasiat akan kamu supaya sentiasa bertaqwa kepada Allah dan mendengar serta taat (kepada pemimpin) sekali pun yang memimpin kamu itu hanya seorang hamba. Sesungguhnya sesiapa yang panjang umurnya daripada kamu pasti ia akan melihat perselisihan yang banyak.

Maka, hendaklah kamu berpegang teguh dengan sunnahku dan sunnah para khulafa' Ar-Rasyidin Al-Mahdiyyin (Khalifah-khalifah yang mengetahui kebenaran dan mendapat pimpinan ke jalan yang benar) dan gigitlah sunnah-sunnah itu dengan gigi geraham dan jauhilah perkara-perkara yang baharu (bid'ah) yang diada-adakan, kerana sesungguhnya tiap-tiap bid'ah itu adalah sesat."

(Abu Daud dan Tirmidzi)

Keterangan Ustaz Fahmi
Menurut keterangan ustaz Fahmi Zam Zam, pesanan yang amat berguna kepada kita pada akhir zaman ini boleh dipecahkan kepada empat perkara.

Pertamanya, mengenai hal ketaqwaan kepada Allah s.w.t. Kedua, mentaati perintah pihak yang menguruskan hal ehwal kaum Muslimin walaupun mereka terdiri daripada golongan hamba, selama mereka berpegang dengan al-Qur'an, sunnah Nabi s.a.w dan sunnah-sunnah khulafa' Ar-Rasyidin.

Ketiga, berpegang teguh kepada sunnah Nabi s.a.w dan sunnah para khulafa' ar-Rasyidin al-Mahdiyyin (Abu Bakar, Omar, Osman dan Ali k.w). Keempatnya, menjauhi hal bid'ah, iaitu apa jua fahaman dan amalan yang ditambah kepada agama Islam yang sempurna ini, pada hal tidak ada dalil atau asal dan contoh dari agama.

Keterangan lanjut:
Berasaskan hadis ini, saya berminat mengulas hal sunnah dan bid'ah dalam pemerintahan. Lazimnya, kita dapati terdapat jalur pemikiran yang melihat hanya syura saja warisan dan peninggalan sistem pemerintahan Islam itu.

Apakah sistem beraja tidak mewakili pemerintahan Islam? Kalau kita melihat bagaimana Raja Daud a.s mewariskan pemerintahan kepada anaknya Raja Sulaiman a.s, maka di sini kita dapati bahawa sistem beraja juga terpakai sebagai salah satu daripada sistem khilafah itu. Dalam ayat lain, khilafah itu tidak hanya berbentuk syura sahaja, malah sistem beraja juga adalah bahagian daripada belahan daging agama yang terkait dengan siasah.

Selepas era khalifah Ali k.w bin Abi Talib, maka bermulalah era khalifah yang ada unsur pemerintahan beraja. Perkembangan Dinasti Umayyah, Abbasiyyah dan seterusnya telah menyaksikan bagaimana pemerintahan itu disalurkan melalui hubungan darah.

Kalau golongan Syiah berpendapat bahawa pemerintahan itu adalah milik ahli bait, iaitu keturunan Rasulullah s.a.w, maka secara tidak langsung pemerintahan berasaskan kepada hubungan darah ini memang tidak dapatlah dipisahkan daripada sunni dan syiah juga.

Tuhan meredai semua kaedah bentuk khilafah
Kunci kepada pengertian semua ini adalah tertakluk kepada ceraian nas dalil Al-Baqarah, ayat 30. Dalam tafsiran Inggeris oleh King Fahd Complex, Madinah, menyebutkan:

"..Verily, I am going to place (mankind) generations after generations on earth.."

Generasi demi generasi di sini, tentulah wujudnya pemerintahan dalam bentuk hubungan darah. Namun, ada juga pemerintahan diberikan kepada seseorang yang bukan hubungan persamaan darah, melainkan kerana wujudnya persamaan idea, pemikiran, amalan.

Kes ini terjadi ke atas Nabi Zulkifli a.s yang dilantik sebagai raja kerana mampu amalkan beberapa syarat, iatu berpuasa, jangan marah dan sebagainya. Syarat-syarat ini diberikan oleh seorang raja di sebuah negeri yang ingin turun daripada takhtanya.

Ketika Islam mula sampai di Alam Melayu, ulama dan pendakwah ini tidak membatalkan sistem beraja. Malah, Islam di rantau ini diperteguhkan dengan institusi raja-raja. Apabila raja-raja itu mula zalim menindas rakyatnya maka mereka jatuh terhina dihinakan melalui pemberontakan hulubalang Hang Jebat, Megat Seri Rama dan sebagainya.

Pendek kata, raja-raja boleh dijatuhkan, tapi institusi raja-raja tidak dirobohkan. Raja-raja itu dapat digantikan dengan raja-raja baru yang lebih baik daripada sebelumnya. Dan, ini yang dilakukan oleh Yahudi Freemason di Turki. Iaitu mereka jatuhkan langsung institusi kesultanan. Maka, raja-raja khalifah itu terpupus terus.

Oleh kerana syura suatu yang ideal, kerana ia memerlukan manusia yang berkualiti untuk melaksanakannya, maka dalam realiti sekarang di Malaysia, ia mungkin mustahil. Tetapi, untuk masa-masa akan datang, maka tidak mustahil ia dapat dilaksanakan.

Maka, ketuanan ini boleh dipindahkan melalui (1) hubungan darah; (2) hubungan idea (3) hubungan amalan dan lain-lain. Tuhan cuma ingin mewujudkan khalifah sahaja. Tapi, hal mewujudkan satu atau lebih daripada satu 'sistem' untuk melantik, menaikkan khalifah itu maka terpulanglah kepada kebijaksanaan manusia itu sendiri.

Ringkasnya, khilafah yang baik itu boleh juga muncul dalam bentuk syura, sistem beraja, sistem demokrasi. Kalau ekonomi kita mengamalkan dasar ekonomi campuran, ada unsur sosialisme dan kapitalisme digabungkan sekali. Maka hal yang sama terjadi dalam politik di Malaysia, iaitu dasar politik campuran, ada demokrasi, dan sistem beraja.

Sunnah dan bid'ah dalam pemerintahan
Pendek kata, semua ini, bermodalkan dalil yang ditemukan, bolehlah disebut sebagai satu sunnah dalam pemerintahan Islam.

Cuma, yang peliknya kadangkala, pemimpin kita asyik berseteru merebutkan kuasa tetapi boleh dihadirkan pula konsep perkongsian kuasa. Kuasa yang mulanya direbutkan hingga berlaku sepak terajang dan londeh melondehkan, menelanjangi perbuatan batil musuh, ia akhirnya dikongsi. Walhal kalau ia direbut, sudah tentulah untuk tidak dikongsi.

Yang mungkin boleh didebatkan lanjut adalah, bolehkah diwujudkan perkongsian kuasa dengan bukan Islam? Adakah hal ini termasuk dalam kategori sunnah atau bid'ah dalam pemerintahan? Ini boleh kita lanjutkan dalam bualan akan datang, insya Allah.

Bagaimanapun, berasaskan hadis di atas yang disusun ustaz Fahmi Zam Zam ini bolehlah juga kita lihat apakah tahanan ISA yang menahan rakyat tanpa bicara itu merupakan satu warisan daripada sunnah pemerintahan Rasulullah s.a.w, Abu Bakar, Umar, Uthman dan Ali? Baginda dan para sahabat terkemuka tidak pernah berbuat demikian.

Pemerintahan Islam Hadhari, pemerintahan bid'ah?
Ertinya, pemerintahan yang menguatkuasakan undang-undang ISA ini tergolong di dalam pemerintahan bid'ah. Syed Abdul Hamid Albar selaku Menteri Dalam Negeri seharusnya malu kerana dia adalah ahli bait tapi tidak meneruskan sunnah nenek moyangnya itu.

Adapun Abdullah Ahmad Badawi pengasas Islam Hadhari telah pun tersasar sunnah juga. Islam Hadhari merujuk era kegemilangan sains dan teknologi dan era itu bukanlah zaman Rasulullah s.a.w, Abu Bakar, Umar, Uthman dan Ali.

Memang zaman itu ilmu berkembang dengan pesat, tetapi kezaliman penguasa tak kurang hebat juga perkembangannya. Semak semula berapa lama zaman salafusoleh berlangsung seperti yang disabdakan oleh baginda Rasulullah s.a.w itu.

"Sebaik-baik kurun, adalah kurunku. Kemudian kurun selepasku, dan kemudian kurun selepas daripada itu."

Jumhur ulamak menafsirkan, kurun kerasulan berlangsung selama 100 tahun, kurun pada zaman sahabat selama 100 tahun dan kurun Tabiut Tabiin selama 100 tahun. Maka zaman selama 300 tahun itulah yang diiktiraf oleh Rasulullah s.a.w sebagai tempoh terbaik yang ditafsirkan kebanyakan ulamak sebagai zaman salafussoleh.

Tapi, rujukan dan sandaran masa Islam Hadhari telah berada di luar lingkungan masa dan di luar lingkaran putaran waktu era salafussoleh itu. Ertinya, pemerintahan Islam Hadhari yang mendokong ISA terbabas dari sunnah pemerintahan nabi dan sahabat terulung.

Syahadan, sunnah itu bukanlah cuma terkait dengan pemakaian jubah serban, bersugi dan memakai celak saja. Berdasarkan hadis di atas, pengertian sunnah terkait langsung ke atas pemerintahan juga. Adakah nilai pemerintahan hari ini bertepatan dengan sunnah?


Tajdid Iman: Kesedihan tanpa kawalan punca kehancuran insan Oleh Dr Juanda Jaya

SATU daripada lintasan hati yang boleh mempengaruhi pemikiran dan perasaan manusia ialah ‘kesedihan’. Jika tidak dapat dikawal dan dipujuk dengan sandaran wahyu, boleh jadi kesedihan itu menjadi punca kehancuran seseorang.

Ketika dunia mengalami krisis ekonomi global, tekanan hidup bukan hanya dirasai golongan miskin bahkan hartawan juga ikut terkena kesan kejatuhan raksasa kapitalis dunia. Orang mukmin tidak kira miskin atau kaya ikut sama merasai tekanan akibat situasi politik dan ekonomi yang membahayakan keselamatan harta serta jiwa mereka.

Tetapi, hanya mereka yang benar-benar teguh imannya boleh memenangi peperangan ini. Mereka yang berpegang dengan semangat reda atas putaran takdir yang berada dalam genggaman kuasa Allah. Mereka sentiasa mengingati pesan Allah yang dititipkan melalui al-Quran supaya orang mukmin reda dan berani menghadapi suratan kehidupan.

Firman Allah yang bermaksud: “Dan sungguh akan kami berikan cubaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan dan berikanlah berita gembira kepada orang yang sabar. Iaitu orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun. Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang yang mendapat petunjuk.” - (Surah al-Baqarah, ayat 155-157)

Memang mustahil untuk tidak bersedih ketika diuji; kehilangan harta atau orang dikasihi, jawatan diidamkan atau kredibiliti diconteng dengan tinta fitnah tangan mereka yang tidak bertanggungjawab. Tetapi, begitulah sunnah kehidupan yang tidak selamanya bahagia dan gembira, mesti ada kalanya ditimpa sedih dan sengsara.

Yang penting ialah kebijaksanaan kita memanfaatkan kesedihan itu menjadi potensi yang boleh melonjakkan kekuatan karakter mukmin sejati. Bukannya menjadikan kesedihan itu punca segala kehancuran atau pintu masuk syaitan ke dalam hati nurani.

Jika kita menyelami suara hati yang merintih, apakah keinginannya ketika tenggelam dalam kesedihan? Hati yang diserang sengatan syaitan akan berkata: “Malangnya nasibku, jika aku begini tidak akan jadi begini, aku sudah ditakdirkan menerima keburukan.”

Hati yang sentiasa berdampingan dengan Tuhannya tidak mahu merintih dan mempersoalkan ketentuan Kekasihnya Yang Maha Rahman. Dia berkata: “Beruntungnya aku kerana masih ramai orang yang lebih teruk keadaannya dibandingkan diri dan keluargaku, mesti ada rahsia yang disimpan Allah demi untuk kebaikan agamaku, tidak patut menyalahkan sesiapa kerana itu hanya alat bukan sebab, semua takdir pilihan Allah tiada yang buruk dan jahat, semuanya baik bagi hamba-Nya yang memahami dengan hati yang beriman.”

Untuk mendapatkan hati sebening mata air firdaus yang memandang segala ujian dengan pandangan iman, selayaknya kita mempelajari bahaya kesedihan dan kesannya dalam keperibadian kita. Antara kesan negatif kesedihan ialah:

l Membuat jiwa kurang reda.

Ramai yang memiliki jiwa reda kepada Allah tetapi kadang-kadang kita terlepas pandang masalah surutnya keredaan itu bersamaan dengan jatuhnya ujian ke riba. Tidak banyak, mungkin sedikit saja kalimah yang terlontar mewakili perasaan marah atau sedih. Tetapi justeru kalimah itu menurunkan tahap keredaan kita kepada Allah SWT.

Walaupun tidak hilang sama sekali, sepatutnya kita berhati-hati kerana mungkin dari celah yang sedikit itu syaitan akan mengambil peluang untuk masuk ke sudut hati dan akhirnya menguasai perasaan kita.

Sabda Rasulullah SAW ketika memeluk putera Baginda, Ibrahim yang dijemput Allah ke sisi-Nya yang bermaksud: “Sesungguhnya mata ini menangis, namun kami tidak mengatakan kecuali apa yang diredai Tuhan kami.” - (Hadis riwayat Imam Al-Bukhari)

Orang yang ditimpa musibah hendaklah memperhatikan setiap ayat diucapkannya dengan perhatian baik dan kawalan yang rapi. Kadang-kadang lidah tidak dapat ditundukkan. Ia menterjemahkan kesedihan hati dengan kata-kata yang tidak beradab kepada Allah seolah-olah mahu mempersoalkan kenapa Allah berbuat begitu dan begini? Padahal siapalah kita dibandingkan ilmu-Nya yang meliputi seluruh alam. Umpama si bodoh, dungu dan terencat akal yang berhujah di hadapan Yang Maha Alim.

l Lupa akan nikmat-Nya.

Satu keburukan yang dilakukan seseorang, sering kali menghapus sejuta kebaikannya di mata manusia. Begitu juga seorang hamba yang dilimpahi rahmat dan anugerah tanpa putus dari saat hirupan pertama oksigen ke dalam jantungnya hingga nafas terakhir, tetapi apabila sedikit saja Allah menguji kesabarannya dia pun berpaling.

Dia tidak mahu menerima realiti yang harus dihadapi dengan berani, larut dalam kesedihan tidak berpenghujung sehingga membutakan mata hatinya untuk melihat nikmat Allah yang begitu banyak. Bolehkah kita melafazkan puji-pujian kepada Allah ketika sakit, hilang harta benda, pergi tak kembali orang istimewa, jatuh terjunam nama dan pangkat kita angkara kejahatan manusia? Bolehkah hati sentiasa bersyukur walau apapun yang terjadi dalam hidup ini?

Bukan hanya ganjaran akhirat yang diperoleh tetapi ketenangan hati juga dirasai ketika di dunia menapak jalan kesabaran. Rasulullah SAW bersabda yang bermaksud: “Apabila meninggal anak seorang hamba, Allah berfirman kepada para malaikat-Nya: Kalian telah mencabut nyawa buah hatinya? Mereka menjawab: Benar. Allah berfirman: Apakah yang dikatakan oleh hamba-Ku? Mereka menjawab: Dia memuji-Mu dan mengucapkan istirja’. Allah berfirman: Binalah untuk hamba-Ku ini sebuah rumah di syurga dan beri nama ‘Rumah Pujian’.” - (Hadis riwayat al-Tirmizi)

l Mengeruhkan hubungan sesama insan.

Musuh boleh menjadi punca kesedihan. Setiap manusia mempunyai musuh, tetapi mereka mesti belajar menakluk musuh dengan cara diredai Allah. Mereka dituntut untuk mahir bergaul, bersaing dan berlumba mendapat kejayaan dengan cara bersih dan murni mengikut lunas syariat.

Adakalanya kekalahan menyebabkan kita sedih dan mengguriskan dendam di hati. Al-Fudail bin Iyadh berkata kepada sahabatnya yang mengadu disakiti oleh seseorang: “Maafkanlah dia. Sahabatnya itu menjawab: Hatiku tidak mungkin memaafkan. Al-Fudail berkata: Orang yang pemaaf dapat tidur di atas katilnya dengan tenang sedang orang yang membela diri tiada hentinya berfikir untuk membela dirinya, cara apa yang akan digunakannya dan jalan apa yang harus ditempuhnya, apakah perkataan yang akan dikatakannya untuk mengalahkan hujah orang itu. Sudah tentu ia akan gelisah dan tidak dapat tidur.”

Kesedihan sebegini boleh menimbulkan penyakit hati, bahkan merosak jantung, menaikkan tekanan darah dan memecah ketenangan perasaan. Akhirnya menjejaskan kesihatan zahir dan batin.

Kesedihan juga boleh mengeruhkan hubungan sesama manusia, pertalian orang tua dan anak menjadi tegang apabila kepala keluarga mengalami kemurungan. Suami dan isteri mesti menampilkan imej bahagia dan lupakan kesedihan ketika berada di hadapan pasangannya supaya kehidupan rumah tangga mereka terpelihara daripada anasir jahat.

Suami isteri yang berpengalaman dalam menjaga komunikasi biasanya cepat mengawal emosi dan menstabilkannya ketika berada bersama pasangannya.

Ingatlah nasihat Rasulullah SAW kepada Abu Bakar ketika peristiwa hijrah: “Janganlah kamu bersedih kerana Allah bersama kita.” Makna daripada ungkapan Rasulullah SAW yang diabadikan dalam al-Quran ini seolah-olah memberi pengajaran kepada kita bahawa orang yang terjejas akibat kesedihan sebenarnya mereka ini jauh dari Allah.

Ibadat haji ungkap misteri kehidupan manusia Oleh Engku Ahmad Zaki Engku Alwi

PERHIMPUNAN umat Islam daripada pelbagai bangsa dan bahasa, berlainan rupa dan warna kulit di satu tempat khusus, iaitu Makkah al-Mukarramah pada Syawal, Zulkaedah dan Zulhijah adalah gambaran cukup simbolik berkenaan perhimpunan agung seluruh umat manusia di Padang Mahsyar.

Kemuncak Zulhijah yang hampir tiba, umat Islam yang berkemampuan diperintahkan untuk menunaikan ibadat haji ke Baitullah al-Haram. Haji bererti menuju ke sesuatu tempat suci. Haji juga menziarahi Kaabah, melakukan wukuf di Arafah, sa’ie antara Bukit Safa dan Marwah dengan cara tertentu dalam waktu dan niat tertentu.

Umumnya, ibadat haji mengandungi beberapa amalan rukun dan wajib haji yang cukup simbolik membawa seribu satu rahsia serta pengertian yang hanya dihayati setiap Muslim yang benar-benar bertakwa kepada Allah.

Pertamanya, berihram dengan niat menunaikan ibadat haji dan meninggalkan larangan berkaitan dengannya selepas memakai pakaian ihram. Antara hikmah seseorang itu memakai ihram ialah datangnya untuk menyahut seruan Allah. Ia wajib dilakukan penuh khusyuk dan tawaduk.

Mereka yang berihram menyerah diri kepada Allah seperti mayat yang dikafankan dengan helaian kain putih bersih. Menyedari akan hakikat itu, manusia sebenarnya adalah sama taraf di sisi Allah dan nilai diambil kira oleh Allah bukanlah hartanya bertimbun tetapi takwa yang kukuh di sudut jiwa.

Amalan wukuf pula adalah satu perhimpunan besar manusia dari seluruh pelusuk dunia ke padang yang satu di bawah terik mentari, tiada daya dan upaya melainkan mereka semuanya mengharapkan keredaan Ilahi.

Perhimpunan jutaan manusia itu melambangkan perhimpunan besar yang bakal di hadapi setiap manusia bagi dihisab amalan diri di Padang Mahsyar kelak. Oleh itu, setiap insan perlu menghisab diri dan bertaubat sebelum Allah pamerkan dosa itu di depan jutaan manusia di Padang Mahsyar.

Ada pendapat mengatakan perkataan Arafah itu berasal daripada pertemuan kembali Nabi Allah Adam dan isterinya Siti Hawa yang diturunkan ke bumi secara berasingan dan akhirnya mereka bertemu kembali di lembah yang dikenali sekarang dengan Padang Arafah.

Ada juga ulama yang menyatakan bahawa ia berasal daripada peristiwa pertemuan Nabi Allah Ibrahim dengan isterinya, Siti Hajar dan anaknya, Nabi Ismail yang lama berpisah.

Sebahagian ulama berpendapat perkataan Arafah itu adalah hasil pemahaman Nabi Ibrahim yang menghayati perintah Allah dalam mimpinya untuk menyembelih puteranya Nabi Ismail. Oleh kerana itulah, hari wukuf di Arafah juga dikenali sebagai hari Tarwiyah yang bermaksud hari renungan. Ini kerana Nabi Ibrahim sentiasa merenung dan mengimbas kembali mimpinya yang berturut-turut dan akhirnya Baginda faham (Arafa).

Seterusnya, bermalam di Muzdalifah selepas selesainya amalan wukuf di Padang Arafah dan dalam perjalanan menuju ke Mina. Muzdalifah adalah tempat persinggahan Rasulullah SAW dalam perjalanannya dari Arafah ke Mina.

Menurut satu riwayat, Rasulullah SAW mendirikan solat sunat dua rakaat lewat tengah malam di Muzdalifah. Untuk menghayati sunnah Rasul itulah, setiap jemaah haji di wajibkan bermalam di Muzdalifah. Setengah riwayat menyatakan jemaah sebaik-baiknya berada di sana selepas tengah malam sehingga terbit fajar.

Selepas solat Subuh, barulah jemaah bertolak ke Mina. Oleh kerana kesesakan akan berlaku disebabkan terlalu ramai jemaah bermalam di Muzdalifah, waktu sejenak saja selepas tengah malam sudah memadai untuk memenuhi kewajipan bermalam itu.

Sehubungan itu, Allah berfirman yang bermaksud: “Tidak mengapa kamu mencari anugerah Tuhanmu. Maka apabila kamu meninggalkan Arafah, sebutkanlah nama Allah di Masy’aril Haram, ingatlah akan nikmat-Nya kerana Dialah yang memberikan petunjuk kepada kamu pada hal sebelumnya kamu adalah orang yang sesat.” - (Surah al-Baqarah, ayat 198)

Bermalam di Mina pada Hari Raya Haji dan hari-hari Tasyrik bertujuan untuk melahirkan rasa syukur atas nikmat dianugerahkan Allah. Pada hari itu disunatkan menyembelih korban sebagai tanda kesyukuran dan mengikuti sunnah yang dianjurkan.

Kewajipan utama ketika jemaah haji berada di Mina ialah melontar di tiga jamrah. Lontaran pada ketiga-tiga jamrah adalah simbolik terhadap perjuangan Nabi Allah Ibrahim yang diganggu iblis ketika hendak menyembelih puteranya Nabi Ismail lalu dibalingnya dengan batu berulang kali.

Kemudian iblis mengganggu Nabi Ismail supaya mengingkari perintah Allah tetapi berjaya ditentang. Akhirnya Iblis pergi kepada Siti Hajar untuk menghasutnya supaya memarahi perbuatan suaminya Nabi Ibrahim tetapi tetap gagal.

Selepas itu, jemaah haji akan melaksanakan tawaf haji yang lebih dikenali sebagai Tawaf Ifadah. Setelah bertawaf mengelilingi Kaabah, jemaah haji juga diwajibkan bersa’ie iaitu berjalan atau berlari anak antara Bukit Safa dan Marwah. Sa’ie, imbasan kepada peristiwa Siti Hajar yang kehausan mencari air untuk anaknya, Nabi Ismail.

Akhirnya, setiap jemaah haji berada di penghujung ibadat iaitu bertahallul yang bermaksud mengakhiri ihram dengan menggunting atau bercukur seluruh rambutnya. Apabila segala rukun dan wajib haji sudah disempurnakan dengan sebaiknya, maka hendaklah bermohon supaya Allah menerima segala amalan hajinya.

Bertahallul ertinya membebaskan diri daripada segala pantang larang ihram. Apabila seseorang itu bertaubat, melakukan ketaatan melalui ibadat haji dan seterusnya mengenali hakikat dirinya sebagai hamba Allah, maka jadilah dia seperti seorang bayi baru lahir yang bersih daripada segala dosa.

Demikianlah antara hikmah tersurat di sebalik amalan rukun dan wajib haji yang akhirnya menyingkap seribu satu rahsia cukup agung kepada setiap Muslim yang bertakwa. Berjaya dan berbahagia seseorang Muslim di sisi Allah terletak kepada sejauh mana dia mendekatkan dirinya kepada Allah dalam segala tindak tanduk, perilaku, pergaulan seharian dan ibadatnya.


Gout dan Kaedah Penyembuhan oleh Tinta Hijau

Gout kini merupakan satu penyakit yang semakin banyak menyerang rakyat Malaysia. Dikalangan rakan sekerja penyakit ini sudah menular dengan rancak dan paling ramai yang menghidapinya ialah kalangan lelaki berusia lebih 40an. Namun ada antara kes gout juga menyerang lelaki berusia awal 30an.
Menurut NIH (National Institutes of Health in America), gout telah menyerang kira-kira 2.1 juta penduduk di Amerika dan kerap di hadapi oleh lelaki berusia antara 40 – 50. Ia jarang berlaku pada kanak-kanak-kanak dan remaja.Apa sebenarnya penyakit gout?
Gout ialah satu penyakit yang diakibatkan oleh peningkatan asid urik di dalam darah. Apabila tahap asid urik dalam darah ini terus meningkat, sebahagian asid urik ini akan membentuk "kristal asid urik" pada bahagian sendi-sendi dan ini akan menyebabkan sendi ini mengalami sakit, sukar di bergerak, pembengkakan dan inflamasi.
Gout selalunya menyerang sendi pada ibu jari kaki seperti gambar.Asid urik adalah satu bahan hasil pemecahan sel-sel tua yang mati (DNA dan RNA) yang berlaku di dalam hati. Asid urik juga dihasilkan apabila manusia mengambil makanan yang tinggi kandungan protinnya seperti daging.
Protin akan diuraikan kepada asid amino dan sebahagian asid amino yang berlebihan akan diuraikan kepada asid urik. Dalam bahasa mudah, asid urik adalah hasil penguraian sel yang mati serta dari makanan yang diambil.
Kadar normal asid urik dalam darah meningkat apabila kanak-kanak meningkat remaja dan dewasa. Kadar kandungan asid urik pada lelaki dewasa ialah 3 – 7 mg/dl dan 2 – 6 bagi perempuan dewasa. Ujikaji di dalam makmal mendapati apabila kandungan asid urik di dalam larutan melebihi tahap 6.5 – 7.0 mg/dl, kristal asid urik mulai terbentuk.
Bagi manusia, apabila tahap asid urik dalam darah melebihi 10 mg/dl, selalunya akan mengakibatkan serangan gout yang teruk. Sekiranya gout tidak dirawat, kristal asid urik akhirnya akan menghasilkan satu bahan yang keras disekitar sendi dipanggil tophi. Aras asid urik yang tinggi dalam darah ini juga seterusnya selain dari gout boleh mengakibatkan kidney stones (batu dalam buah pinggang) atau pelbagai masalah buah pinggang (kidney failure).
Dalam keadaan normal, asid urik dalam darah ini akan dikeluarkan daripada tubuh sebahagian besarnya melalui air kencing dan bakinya melalui ketulan najis. Masalah hanya akan timbul apabila asid urik dalam darah ini tidak dapat dikeluarkan dari tubuh. Apabila ini berlaku maka paras asid urik akan meningkat dan seterusnya mengakibatkan gout.
Apabila pesakit gout menemui doktor, apa yang akan dibuat oleh doktor ialah dengan memberikan ubat untuk menghilangkan kesan sakit (pain killer), mengurangkan pembengkakan dan mengurangkan paras asid urik dalam darah.Bagi mengurangkan paras asid urik, selalunya doktor memberikan ubat Allopurinol (Lopurin, Zurinol, Zyloprim).
Ubat ini berfungsi untuk mengurangkan kandungan asid urik dalam darah melalui kaedah "memperlahankan pengeluaran asid urik. Kemungkinan kesan sampingan ubat ini ialah gatal kulit, perut meragam dan kadang-kadang boleh juga menyebabkan kesan alergi pening dan sakit otot. Sebenarnya ubat allopurinol tidak menyembuhkan gout, aia hanya sekadar memperlahankan pengeluaran asid urik dari tubuh.
Bagi saya penggunaan ubat jenis langsung tidak munasabah.Selain allopurinol, ubat pain killer dan mengurangkan pembengkakan yang diberikan doktor sebenarnya memanglah kelihatan seperti sesuatu yang amat hebat keana ia memberikan kesan positif dalam jangka masa singkan selepas pengambilanya iaitu selepas beberapa jam namun sebenarnya pada pandangan saya ia adalah "racun" yang sebenarnya menambahkan masalah bagi pesakit gout.
Ini kerana kebanyakan pain killer yang diberikan doktor, selain dari menghilangkan kesan sakit pesakit gout, ia sebenarnya merosakkan buah pinggang dan ini bukan lagi rahsia di kalangan doktor. Kadang-kadang terdapat kes perbalahan antara doktor kerana antara mereka ada yang tidak bersetuju kerana doktor tersebut memberikan pain killer dari jenama tertentu kepada pesakit gout. Begitulah, sesama mereka pun berbalah, mana yang betul?
Sebenarnya dua-dua yang berbalah pada pandangan saya pun tidak betul kerana jikalau mengikut saya, pesakit gout tidak boleh sama sekali mengambil ubat pain killer dan ubat bengkak.Ubat pain killer merosakkan buah pinggang dan apabila buah pinggang semakin rosak, semakin sukar untuk buah pinggang ini menyingkirkan asid urik dari tubuh.
Inilah sebabnya saya menghalang sebarang penggunaan ubat pain killer dan ubat bengkak. Sekarang marilah kita berbincang bagaimana untuk merawat penyakit gout ini menurut kaedah tradisional dan sebahagian besarnya diwariskan oleh arwah guru saya. Mudah-mudah Allah sentiasa merahmatinya.
Dalam proses kita ingin merawat masalah gout ini, terlebih dahulu kita perlu mengetahui punca masalah gout ini. Sebagaimana disebutkan di atas, gout adalah disebabkan kegagalan fungsi buah pinggang menyingkirkan asid urik dan pengambilan makan yang banyak menghasilkan asid urik.
Apakah sebabnya buah pinggang bermasalah sehingga tidak lagi mampu menyingkirkan asid urik dari tubuh? Itulah yang beberapa kali diberitahu oleh Menteri kesihatan Dr Chua Soi Lek bahawa mee kuning yang mengandungi asid borik dan makanan segera serta makanan rapu merosakkan buah pinggang.
Bagi menjaga kesihatan buah pinggang kita sila laksanakan amalan berikut semoga dijauhi Allah dari gout::
1. Minuman yang diambil hendaklah melebihi 2L sehari. Orang banyak bekerja kuat dan berpeluh perlu mengambil air yang lebih lagi. Masaalah kurang minum ini lebih parah di kalangan orang Melayu.
2. Elakkan kacang tanah, kacang putih dan segala kacang bergaram
3. Elakkan segala macam buah-buahan jeruk kering seperti asam boi, buah kana, dll
4. Elakkan segala macam buah-buahan jeruk basah seperti mangga jeruk, ceremai dan anggur jeruk.
5. Elakkan memakan mi segera seperti mi maggi dsb
6. Elakkan memakan makanan rapu seperti twisties, chikadess, o ring dsb
7. Elakkan memakan mi kuning dan roti canai. (Gantikan mi kuning dengan spageti dan roti canai dengan capati dan tosei)
8. Elakkan Nescafe, air sunquick, oren squash dan segala minuman berperisa kerana kandungan utama minuman ini ialah bahan kimia dan pewarna dan perisa.
9. Elakkan minum teh kedai kerana teh kedai adalah teh recycle yang semata-mata dibuat dari bahan kimia pewarna dan perisa.
10. Elakkan chokelat dan minimakan air milo. Gantikan dengan horlick.11. Elakkan mengambil sebarang air minuman bergas.
12. Elakkan mengambil jambu batu atau jus jambu batu
13. Kurangkan atau minimakan pengambilan durian, rambutan, ciku, mangga siam, mata kucing siam dan longan. (Makan ala kadar sahaja)
14. Elakkan tembikai dan tembikai susu
15. Kurangkan pengambilan kerang, ketam, udang dan sotong. Makan sedikit sahaja dan jangan kerap mengambilnya.
16. Kurangkan mengambil ayam daging kerana mengandungi beta agonist dan pelbagai hormon penggemuk. Ayam ini dibesarkan diladang cuma 31 hari sahaja akibat diberikan ubat-ubatan ini. Cuba gantikan dengan ayam kampung atau ayam yang dijual dipasar yang kulitnya berwarna kuning. Ayam ini tidak mengandungi ubat-ubatan terlarang.
17. Bila makan daging, pilih daging tanpa lemak (tendon). Bila makan ayam (kampung) pilih makan bahagian dada dan elakkan bahagian banyak tendon seperti wing (kepak) dan peha.
18. Elakkan makan buah oren seperti oren sunkist, air limau seperti air teh O limau.
19. Elakkan makan cendawan dan produk cendawan termasuk ubat ganoderma
20. Elakkan makan ikan berbisa seperti ikan semilang dan ikan pari.
21. Elakkan makan organ dalaman seperti hempedal, hati, jantung dan tidak ketinggalan telur ikan.
22. Kurangkan makan makanan kari seperti kari ikan dan daging.
23. Elakkan sayur kacang buncis, bayam, petola dan bunga kubis
24. Elakkan berlari dan melompat (gantikan dengan berjalan) bagi yang sudah mengalami gout
25. Elakkan berurut terutamanya di bahagian pinggang
26. Kurangkan atau elakkan pulut, keladi, keledek, kentang dan ubi.
27. Elakkan jering, petai dan kerdas
28. Kurangkan pengambilan minyak kelapa sawit.
29. Elakkan menonton bahan pornografi
30. Elakkan menaiki motorsikal dengan kedudukan kaki ke hadapan seperti menaiki motorsikal Jaguh.
31. Elakkan sebarang uabat-ubatan seperti pain killer dsb
32. Elakkan mengambil sebarang supplement seperti multivitamin dsb
33. Kurangkan atau elakkan tepung putih (tepung gandum) serta makanan yang dibuat daripadanya termasuk roti putih. Tepung ata yang digunakan membuat capati adalah baik. Saya masih belum pasti apakah kandungan sebenarnya tepung putih ini yang merosakkan buah pinggang, apakah bahan kimia Benzoyl Peroxide didalamnya yang digunakan untuk memutihkan tepung ini atau kandungan campuran lain dalam tepung ini.
34. Elakkan Ikan masin jeruk seperti ikan tenggiri
35. Elakkan sayuran jeruk
36. Elakkan makanan dalam tin seperti sardin dan buah-buahan bertin
37. Elakkan telur masin
38. Elakkan cuka makanan tiruan (usahakan cuka makan asli dari apel hijau)
39. Elakkan makanan segera (Fast food) seperti KFC, Mc Donald, burger, sosej, naget dsb- Amerika adalah negara terhebat di dunia dengan fast food diikuti dengan Hong Kong, Australia dan England. Amerika juga adalah negara terhebat dengan penyakit berkaitan buah pinggang diikuti oleh Hong Kong, Australia dan England (www.shenbing.org/shenbingzhishi/zixun04.asp)
40. Elakkan terjatuh dan berurut di bahagian pinggang.
41. Elakkan menahan terlalu lama daripada membuang air kecil (tahan kencing)
42. Elakkan berlari dan melompat atau aktiviti lasak (gantikan dengan berjalan)
43. Kurangkan makanan bersantan
44. Kurangkan makanan yang mengandungi bahan pewarna, perasa dan pengawet tiruan dan termasuk ajinomoto
Makanan atau amalan yang perlu diamalkan selalu pula ialah:
1. Minum air masak / suam dengan banyak terutama sekali bila masuk tidur. Elok lagi sampai perlu bangun tidur pukul 3 pagi kerana perlu kencing
2. Amalkan minum teh misai kucing 2 uncang sehari.
3. Makan peria dan peria katak
4. Sawi pahit, kacang botor, kacang panjang, kailan
5. Susu tepung (bukan anelene, HL atau low fat)
6. Minyak jagung
7. Ulam seperti ulam raja, pucuk gajus, pegaga dsb
8. Delima
9. Epal hijau 2 biji seminggu
10. Burung seperti burung puyuh dan merpati
11. Daging itik, rusa, pelanduk, napuh, landak, arnab dan sebagainya
12. Garam kasar menggantikan garam halus
13. Berendam dalam air panas pada paras pinggang selama 20 minit selepas minum segelas air suam (dalam besen atau pun tab mandi) atau SPA.
14. Makan lebih banyak sayur-sayuran
15. Makan kapsul HABBATUSSAUDA

Sekiranya anda mengamalkan segala nasihat ini namun gout anda masih belum berkurang, sila hubungi saya melaui email saya.Sebenarnya penyakit gout ini adalah rahmat dari Ilahi. Orang yang sihat memanjang sampai tua selalunya susah untuk mengingati Allah.
Penyakit ini mudah-mudahan menjadi kafarah untuk menebus segala dosa-dosa lalu seperti dijanjikan Allah. Gout macam rambut yang bertukar menjadi putih sebagai amaran dari Allah bahawasanya kita makhluk Allah akan dipanggil mengadapnya dan masanya sudah semakin hampir.

RM1.92 harga terbaik petrol- Pakar ekonomi

Pakar- pakar ekonomi berpendapat harga petrol sebaik- baiknya diturunkan ke harga asalnya iaitu RM1.92 seliter bagi merangsangkan ekonomi negara lebih- lebih lagi ketika harga minyak mentah global turun secara mendadak sejak akhir-akhir ini.

Dekan Fakulti Ekonomi dan Perniagaan Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM), Prof. Dr. Mohd. Fauzi Mohd. Jani berkata, jangkaan harga petrol mungkin diturunkan sebanyak 15 sen seliter pada akhir bulan ini adalah terlalu sedikit.

Sepatutnya kata beliau, harga petrol boleh diturunkan lagi dan kerajaan mengekalkan harganya pada kadar harga yang lebih munasabah iaitu harga asal, RM1.92 seliter.

''Ini penting untuk merangsangkan ekonomi berbanding harganya diapungkan mengikut harga minyak mentah dunia sekarang sehingga menghilangkan keyakinan pelabur. ''Ini dilakukan dengan kerajaan menampan sebarang perubahan mendadak harga minyak mentah dunia,'' katanya.

Semalam, Datuk Shahrir Abdul Samad menjangkakan harga petrol dapat diturunkan lagi sebanyak 15 sen seliter sahaja pada hujung bulan ini ekoran perkembangan terkini harga minyak dunia yang jatuh merudum di pasaran global.

Mohd. Fauzi berkata, ketika harga minyak di pasaran dunia adalah rendah, kerajaan boleh menyimpan subsidi minyak yang dijimatkan itu.

Subsidi yang dijimatkan itu jelas beliau, boleh digunakan untuk menampan kesan kenaikan harga minyak mentah dunia kemudian hari.

Sementara itu, Pensyarah Ekonomi Universiti Utara Malaysia (UUM), Haim Hilman Abdullah turut menyifatkan harga petrol boleh dikembalikan pada harga asalnya sebelum ini.

''Mengikut trend merudum harga minyak mentah dunia sekarang, kita boleh balik ke harga asal pada RM1.92 seliter.

''Saya sedar kerajaan mengambil pendekatan tunggu dan lihat. Tetapi, saya berharap kerajaan dapat menurunkannya kepada antara RM1.80 seliter hingga RM1.90 seliter dan bukannya 15 sen seliter,'' katanya.

Itu kata pakatr ekonomi, tetapi bersediakah KERAjaan Malaysia melakukannya?

Apabila Ketamakan Menguasai Jiwa - Dr. Mohd Asri Zainul Abidin

Jika anda berniaga, anda mestilah memikirkan dari segi ekonomi bagaimana hendak untung dan tidak rugi. Jika anda pengamal undang-undang, anda mestilah berusaha agar keadilan dinikmati oleh setiap yang berhadapan dengan proses penghakiman. Jika anda berpolitik, anda sepatutnya berfikir bagaimana untuk memberikan kesejahteraan kepada rakyat. Jika anda menyeru kepada Islam, anda sepatutnya berfikir bagaimanakah cara agar mesej Islam yang benar atau hidayah sampai dan berkesan untuk sasaran.

Bagi setiap bidang itu ada regunya atau hala tuju yang mesti jelas dalam pemikiran pengamalnya. Jika regu bidang ini ditukar putar sehingga tidak menepati matlamat yang sepatutnya, maka rosaklah bidang tersebut. Seseorang mungkin boleh mendapat faedah sampingan daripada bidang tertentu. Namun faedah tersebut jangan sampai menjejaskan matlamat yang asal.

Umpamanya jika pengamal undang-undang berfikir bagaimana untuk menghasilkan wang semata sehingga mengenepikan soal keadilan. Atau jika ahli politik menganggap tujuan kegiatan politiknya untuk mengaut keuntungan sekalipun mengkhianati amanah rakyat. Atau jika penyampai dakwah islam bertujuan memperolehi habuan dunia walaupun menjejaskan tujuan asal dakwah. Maka pincanglah alam, rosak imbangan dan musnah segala peraturan dan tujuan kehidupan. Namun inilah realiti yang sedang kita hadapi sekarang..

Pagi semalam (sabtu) saya menerima mesej daripada seorang sahabat yang dahulunya pensyarah UIAM dalam bidang ekonomi Islam. Beliau meninggalkan jawatannya kerana masuk bertanding dalam pilihanraya yang lepas dan tewas. Saya kenal kesungguhan cita-cita Islam dan kebaikan dirinya. Dia bukan sahaja memiliki Ph.D dalam bidang ekonomi Islam, bahkan mempunyai pengetahuan dan disiplin Islam yang baik dalam perkara-perkara yang lain.

Namun mungkin masa tidak menyebelahinya, walaupun hasratnya baik untuk membaiki kepincangan politik. Sehari dua ini, parti yang dimasukinya sibuk membuat mencalonan jawatan itu dan ini, dan dia juga mencuba nasib untuk jawatan ketua pemuda di suatu bahagian tertentu. Dalam mesejnya itu, setelah menyatakan parti yang dimasukinya tidak sesuai lagi untuk orang sepertinya, dia menyebut: “Saya kalah kepada lawan yang tidak lulus SPM, kerja penyeludup beras dan bekas penagih ubat batuk hanya kerana wang. Dia diongkosi oleh Ketua Bahagian yang melihat saya sebagai ancaman. Jawatan parti hari ini adalah jawatan yang disandang berasaskan siapa yang dapat membida harga tertinggi bukan siapa yang berkualiti dan mahu berbakti”.

Mesejnya jelas menunjukkan dia amat kecewa dengan partinya. Itulah natijahnya apabila politik yang bertujuan untuk membaiki dan mengendalikan urusan umat agar selaras dengan kehendak wahyu dijadikan medan pertaruhan demi membolot harga dan kuasa, maka manusia atau organisasi itu akan menjadi binasa.

Ustaz-ustaz dalam negara ini sering membaca hadis dhaif : “Hampirlah kefakiran itu menjadi kekufuran”. Hadis ini lemah dan tidak boleh dijadikan hujah. Namun hadis ini sering dibaca oleh panel-panel forum atau ceramah yang kurang teliti disiplin hadis, atau agak terburu-buru ingin memenuhi hasrat pihak menaja ceramah atau forum perdana yang biasanya dianjurkan oleh pihak yang dinamakan diri dengan “kemajuan Islam’.

Malang sekali mereka melupai hadis yang sahih yang merupakan amaran Nabi s.a.w terhadap umat ini. Iaitu hadis yang diriwayatkan oleh al-Imam al-Bukhari dan Muslim:

“Demi Allah, bukan kefakiran yang aku bimbang menimpa kamu, tetapi aku bimbang dibentangkan kepada kamu dunia seperti mana dibentangkan kepada mereka yang terdahulu dari kamu (umat yang silam), lalu kamu bersaing untuk mendapatkannya seperti mana mereka bersaing. Lantas dunia itu memusnahkan kamu seperti mana ia telah memusnahkan mereka”.

Ya, inilah realitinya. Memang, Islam tidak menyukai kefakiran, sebab itulah diperintahkan agar setiap muslim berusaha dan bekerja, menjadi rezeki dan menanggung bebanan keluarga, juga diperintahkan agar dibantu fakir miskin. Namun ketamakan kepada harta jauh lebih merbahaya daripada kefakiran.

Apabila ketamakan menguasai diri, manusia bersaing sesama sendiri sehingga ke peringkat bunuh membunuh, jatuh menjatuh, dan tumbang menumbang. Dipertaruhkan maruah, harga diri, amanah, harta rakyat bahkan mungkin nyawa orang lain hanya semata kerana ketamakan harta. Hampir semua orang yang fakir ingin keluar dari kefakirannya, namun si tamak amat sukar untuk diheret keluar dari daerah ketamakan.

Mengubati kefakiran sebenarnya lebih mudah dari mengubati ketamakan. Penyakit kefakiran itu pula khusus untuk yang tiada harta dan amat miskin, sementara tamak boleh menimpa yang kaya dan miskin, yang jutawan dan yang dalam kefakiran. Ia boleh mengenai pemerintah dan rakyat, mat rempit dan ustaz.

Bukan Islam anti-harta, sama sekali tidak. Islam agama kerja dan mencari rezeki. Sehingga selepas solat Jumaat pun Islam tidak pernah mewajibkan untuk duduk di masjid untuk panjang-panjang. Sebaliknya disuruh untuk kita bertebaran mencari rezeki. Ini seperti firman Allah: (maksudnya)

“Wahai orang-orang yang beriman! Apabila diserukan (azan) untuk mengerjakan solat pada hari Jumaat, maka segeralah kamu pergi untuk mengingati Allah (dengan mengerjakan Solat Jumaat) dan tinggalkanlah berjual-beli (pada saat itu); yang demikian adalah baik bagi kamu, jika kamu mengetahui (hakikat yang sebenarnya). Kemudian setelah selesai Solat Jumaat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi (untuk menjalankan urusan masing-masing), dan carilah limpah kurnia Allah, serta ingatlah akan Allah banyak-banyak (dalam segala keadaan), supaya kamu berjaya (di dunia dan di Akhirat)” (Surah al-Jumuah, ayat 9 -10).

Dalam ayat ini juga menunjuk Hari Jumaat pun tidak disuruh kita menutup kedai sepanjang hari, sebaliknya hanya disuruh meninggal perniagaan apabila azan dilaungkan. Jika kedai ditutup pada Hari Jumaat, tentu tiada faedah Allah mengarahkan agar meninggalkan jual beli apabila mendengar azan. Selepas Solat Jumaat disuruh sambung bekerja. Demi sesungguhnya Islam tidak anti-harta. Bahkan Nabi s.a.w. menyebut:

“Sebaik-baik harta yang baik adalah untuk seseorang yang baik” (Riwayat Ahmad, al-Bukhari dalam al-Adab al-Mufrad, dinilai sahih oleh al-Albani).

Apa yang Islam musuhi adalah ketamakan. Apabila kegilaan kepada harta memalingkan tujuan atau matlamat kehidupan, maka harta adalah perosak. Apabila kehendakan kepada harta memusnahkan agama, politik, keadilan maka harta itu menjadi fitnah. Ia akan memusnahkan rangkaian masyarakat muslim dan dunia keseluruhannya.

Hari ini dunia menderita disebabkan dasar kapitalisma yang diamalkan oleh para penindas yang menghisap darah rakyat di negara yang lemah. Kegilaan dalam mengaut keuntungan tanpa sempadan kemanusiaan telah memporak perandakan imbangan kehidupan manusia di dunia ini. Sehingga ada negara yang begitu miskin dan melarat, sedangkan di negara lain manusia begitu mewah melepasi sempadan igauan. Ketamakan harta jugalah sebenarnya yang menimbulkan kefakiran.

Maka perlaksanaan sistem Islam dalam ekonomi mestilah dapat menangkis kerakusan manusia dalam membolot harta sehingga menindas orang lain. Maka Islam mengharamkan riba kerana itulah pintu kepada kerakusan. Sistem riba itulah sekarang ini yang memiskinkan sejumlah besar manusia dalam dunia ini. Jika ada pengurusan kewangan atau perniagaan yang cuba menggunakan nama Islam tetapi tidak melepaskan diri dari unsur penindasan, maka Islam itu hanya sekadar kosmetik sahaja tanpa makna.

Barangkali orang ramai akan menyangka pengurusan itu sangat Islamik sebab ada ‘panel syariah’ yang dibayar elaun oleh pihak yang meminta difatwakan untuk bisnes mereka. Namun jika fatwa itu gagal membebas pihak yang berurusan dari penindasan ekonomi, maka itu bukan syariah namanya. Jika fatwa yang diberikan itu membebaskan pengurusan ekonomi dari unsur kezaliman dan penindasan, maka panel tersebut benar-benar menunaikan amanah ilmu.

Jangan sampai jadi cerita kononnya satu syarikat telekomunikasi yang berhempas pulas menghalal pertaruhan yang bersifat judinya dengan menjanjikan jawatan kepada seorang panel syariah yang akan dilantiknya.

Sebab itu Allah menyebut harta sebagai musuh dan fitnah iaitu ujian. Firman Allah: (maksudnya):

“Dan ketahuilah bahawa harta benda kamu dan anak-anak kamu itu hanyalah menjadi fitnah (ujian), dan Sesungguhnya di sisi Allah jualah pahala yang besar”. (Surah al-Anfal, ayat 28).

Maka, kerana harta manusia sanggup jual agama atau menyalahgunakannya. Agama Allah yang diturunkan untuk memberi hidayah kepada manusia telah dijadikan saluran untuk memakan harta orang lain dengan cara yang tidak benar. Allah menyebut tentang perangai ahli-ahli dahulu yang mengetahui Taurat dan Injil tetapi menyalahgunakannya.

Firman Allah: (maksudnya)

“Wahai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya banyak antara pendeta-pendeta dan ahli-ahli ugama (Yahudi dan Nasrani) memakan harta orang ramai dengan cara yang salah, dan mereka menghalangi (manusia) dari jalan Allah (ugama Islam)..” (Surah al-Taubah ayat 34).

Perangai Ahlul Kitab berterusan sehingga ke zaman ini.

Kematian merupakan kesedihan dan kita disuruh membantu keluarga si mati. Namun berapa ramai manusia yang menggunakan nama agama mengambil bayaran itu dan ini daripada keluarga si mati. Direka bacaan dan solat itu dan ini yang tidak buat oleh Rasulullah s.a.w dan para sahabah, lalu bayarannya dikenakan kepada keluarga si mati. Seakan di tangan golongan yang mengambil kesempatan inilah kunci pahala.

Inilah masalahnya, jika kita berfikir bagaimana ingin menjadikan Islam sebagai punca mengaut keuntungan, maka agama ini akan menjadi mangsa. Saya masih teringat cerita bagaimana ada pihak tertentu yang menubuhkan persatuan ‘solat jenazah’ dengan tujuan menghasilkan pendapat sampingan. Apabila ada saja kematian maka mereka pun akan dijemput dengan bayaran tertentu. Tanpa bayaran mereka tidak akan hadir.

Upacara-upacara ‘tambahan’ yang dikaitkan dengan agama juga akan diwujudkan yang mana bilnya terpaksa dibayar oleh keluarga si mati. Apabila mereka hadir ke tempat kematian wajah mereka kelihatan sedih dan sayu. Namun, apabila banyak hari tiada kematian atau pihak yang menjemput bagi upacara kematian, mereka sesama sendiri bersungut ‘tiada siapa-siapa yang nak mati ke? Sekurang-kurangnya lepas juga duit kopi..”

Maka, tidaklah dapat diketahui, apakah mereka suka dengan kematian atau dukacita mengenangkan keluarganya? Adakah di sana akan terdapat keikhlasan doa daripada mereka yang bersolat jenazah untuk mendapatkan upah? Namun masyarakat yang jahil termakan juga..

Bukan sedikit manusia yang berfikir bagaimana untuk menggunakan kehendak orang ramai kepada agama sebagai sumber pendapatan. Umpamanya, saya amat terkejut apabila dimaklumkan ada syarikat yang mengambil upah ‘menyamak’ rumah atau bangunan yang hendak didiami oleh orang Islam.

Barangkali rumah tersebut akan dibasuh dengan selut kerana bimbangkan penghuni bukan muslim yang tinggal sebelumnya membawa masuk anjing atau babi. Sedangkan Allah memaafkan apa yang tidak diketahui dan zahir. Namun mereka berlebih-lebihan. Maka habislah rumah dan bangunan itu berlumuran selut. Kosnya pun boleh tahan.

Namun, seperti mana sebahagian mereka yang terpengaruh dengan kempen ‘jualan langsung’ maka ada orang Islam yang menempah ‘kontrak selut’ itu kerana kononnya nanti solat tidak diterima Allah sebab ada kesan najis yang kita tidak nampak. Untunglah syarikat berkenaan apabila ada yang tidak faham hakikat Islam atau berjaya dikaburkan atas nama Islam. Padahal, pada zaman Rasulullah s.a.w anjing berkeliaran dan ramai orang arab yang membela anjing.

Apabila Islam datang, Islam mengizinkan anjing digunakan untuk buruan dan menjaga keselamatan, tetapi tidak untuk belaan biasa di rumah. Pada masa dahulu, para sarjana Islam mengulas larangan tersebut menyatakan antara hikmah daripada larangan tersebut kerana anjing yang dipelihara di rumah boleh menimbulkan ketakutan kepada tetamu yang datang, menyalak tidak menentu dan sebagainya yang mempunyai kemungkinan yang besar mengganggu orang lain. Sains moden juga membuktikan adanya ancaman penyakit dari haiwan berkenaan.

Namun baginda tidak pernah pun mengarahkan supaya mana-mana sahabah baginda menyamak satu rumah. Paling tinggi baginda menyebut tentang jilatan anjing:

“Apabila anjing menjilat bekas kamu, maka basuh sebanyak tujuh kali” (Riwayat Muslim).

Dalam riwayat lain ditambah lafaz “ke tujuhnya dengan tanah” ada pula yang menyebut kali ke lapan (Riwayat Muslim).

Ulama berbeza pendapat tentang anjing. Ada yang menyatakan, berdasarkan hadis hanya jilatan anjing sahaja yang wajib dibasuh sebanyak tujuh kali dan bersama tanah pada kali ke tujuh, atau ke lapan. Ada yang meluaskan sehingga sentuhan basah anjing pun wajib dilakukan demikian, walaupun hadis tidak pun menyebutnya. Ada yang berpendapat, basuhan dengan air tanah hanya pilihan. Apa pun, Nabi s.a.w tidak pula menyebut mesti menggunakan selut dan menyuruh menyamak bangunan atau rumah. Apatah lagi jika tidak nampak kesan najisnya. Namun, akal bisnes kadang-kala lebih lajak dari lajunya.


Surat Terbuka Zaid kepada PM


Sep 30, 08 2:37pm

Sewaktu mengisytiharkan kemerdekaan negara, Perdana Menteri pertama kita telah melaungkan aspirasi dan mimpi indah rakyat Malaya: bahawa Malaya adalah diasaskan di atas prinsip-prinsip kebebasan dan keadilan serta di atas janji bahawa kita beramai-ramai akan sentiasa berjuang bagi meningkatkan lagi kebajikan dan kebahagiaan rakyatnya.

Bertahun telah berlalu sejak peristiwa penting itu berlangsung, namun aspirasi dan mimpi tersebut masih benar dan masih relevan kepada kita hari ini sepertimana ia benar dan relevan kepada kita sebelum ini. Ini dimungkinkan dengan adanya satu pegangan teguh terhadap asas-asas negara pada peringkat awal kewujudannya. Perlembagaan Persekutuan dan undang-undang yang dibuat sehubungan dengannya diletakkan di atas asas yang kukuh di mana ia menggabungkan elemen-elemen penting demokrasi yang dibina di atas Kedaulatan Undang-Undang.

tunku abdul rahmanSatu ketika dahulu, Kehakiman Malaysia sangat dihormati oleh warga Malaysia malah turut dijadikan panduan oleh negara-negara lain. Perdana Menteri-Perdana Menteri kita yang terdahulu, Tunku Abdul Rahman, Tun Razak and Tun Hussein Onn, adalah pemimpin-pemimpin yang sangat berintegriti, adalah pejuang-pejuang mengikut cara mereka yang tersendiri dan, yang paling penting sekali, adalah individu-individu yang serba sederhana. Mereka mempunyai kepercayaan terhadap prinsip-prinsip dan nilai-nilai yang terkandung dalam Perlembagaan kita dan membina negara ini berpandukan kepadanya.

Tatkala mereka terpaksa meluluskan Akta Keselamatan Dalam Negeri (ISA), 1960, sekalipun mereka melakukannya dengan sangat berhati-hati dan dengan bersikap apologetic mengenainya. Tunku menyatakan dengan jelas bahawa tujuan Akta ini diluluskan adalah bagi menangani ancaman komunis.

'Saya dan rakan-rakan saya dalam kabinet berjanji kepada Parlimen dan kepada negara bahawa kuasa-kuasa luas yang diberikan kepada Kerajaan di bawah ISA tidak sesekali akan digunakan bagi mengekang bangkangan dan ketidaksetujuan yang dibuat mengikut undang-undang' adalah apa yang diucapkan oleh Tunku dahulu. Ketetapan ini dikukuhkan lagi kemudiannya oleh Perdana Menteri ketiga kita, Tun Hussein Onn, yang menyatakan bahawa ISA bukanlah dimaksudkan untuk mengekang bangkangan politik yang dibuat secara sah atau untuk menyekat aktiviti demokrasi rakyat.

Beberapa peristiwa yang berlaku tiga minggu lepas bagaimanapun telah memaksa saya mengkaji semula cara ISA digunakan. Sungguh menyedihkan sekali kerana kesimpulan yang saya perolehi darinya ialah bahawa Kerajaan telah berulang-ulang kali menghampakan rakyat negara ini dengan berulang-ulang kali juga memungkiri janji yang dibuat oleh Tunku Abdul Rahman tersebut.

Ini berlaku kerana Kerajaan dan undang-undang yang digubalnya telah dengan secara tidak betul memberi kuasa kepada Menteri Dalam Negeri untuk menahan sesiapa sahaja atas apa sahaja alasan yang difikirkannya perlu. Budi bicara yang subjektif ini telah disalahgunakan bagi menjaga kepentingan-kepentingan politik tertentu.

Sejarah adalah guru agung yang dapat menjelaskan banyak perkara dalam hal ini. Semakan sepintas lalu ke atas cara ISA digunakan sejak ia diluluskan sekalipun akan mendedahkan betapa tujuan asal ISA telah dikesampingkan oleh keperluan politik semasa.

Adalah dikesali yang Tunku Abdul Rahman sendiri pun telah memungkiri janjinya. Pada 1965, pentadbirannya telah menahan Burhanuddin Helmi, iaitu seorang intelektual Melayu yang cukup hebat dan seorang nasionalis yang kebetulannya juga turut menjadi seorang pemimpin PAS. Dia telah diletakkan dalam tahanan sehingga dia meninggal dunia pada 1969.

Helmi hanyalah seorang musuh politik dan tidak dapat dibayangkan yang dia boleh dikatakan terlibat dalam pemberontakan bersenjata atau komunisme yang ISA dirangka untuk menangani. Penahanannya ini adalah sesuatu yang menyimpang dan menjadi satu detik menyedihkan di mana kepentingan politik telah dibenarkan mengatasi Kedaulatan Undang-Undang.

Ia malangnya seakan menjadi satu 'precedent' dan banyak lagi penahanan ke atas individu-individu yang dianggap menjadi ancaman kepada pentadbiran waktu itu menyusulinya tahun demi tahun. Malah tokoh kesusasteraan kita, 'sasterawan negara' Allahyarham Tan Sri A. Samad Ismail juga telah ditahan di bawah ISA pada 1976. Bagaimana mungkin beliau boleh menjadi satu ancaman kepada keselamatan negara?

Tidak perlulah saya mengingatkan anda mengenai impak dahsyat Operasi Lalang 1987. Kesannya menghantui Kerajaan sepertimana juga ia menghantui rakyat negara ini yang cintakan keamanan kerana ia menebarkan kegelapan ke atas setiap dari kita. Terdapat banyak soalan yang masih belum terjawab mengenai detik-detik gelap tersebut bila lebih daripada seratus orang telah ditahan kerana dikatakan menjadi ancaman terhadap keselamatan negara. Sebab mengapa mereka ditahan tidak pernah dinyatakan dengan jelas kepada rakyat Malaysia.

Begitu juga tiada penjelasan diberikan tentang sebab mengapa mereka tidak pernah didakwa di mahkamah. Termasuk dalam senarai mereka yang ditahan ini adalah beberapa Ahli Parlimen kanan pembangkang yang masih lagi aktif dalam Parlimen hari ini. Sesatunya perkara yang benar-benar jelas mengenai tempoh itu adalah UMNO pada waktu itu sedang berhadapan dengan satu krisis kepimpinan. Apakah ia bukan satu kebetulan yang tangkapan-tangkapan di bawah ISA baru-baru ini berlaku bila UMNO sekali lagi mengalami satu krisis kepimpinan?

isa distributePada 2001, aktivis-aktivis 'reformasi' Keadilan telah ditahan dalam satu tindakan yang kemudiannya diisytiharkan sebagai dibuat secara tidak betul dan tidak sah oleh Mahkamah Persekutuan. Penahanan berterusan mereka yang tidak dibebaskan lebih awal di pusat tahanan Kamunting hanya dibolehkan kerana ISA telah dipinda dalam cara yang meragukan pada 1988 bagi tidak lagi membenarkan semakan kehakiman dibuat ke atas arahan Menteri untuk menahan. Rakyat Malaysia dimaklumkan bahawa tahanan-tahanan ini telah cuba menggulingkan Kerajaan melalui cara-cara militan dan demonstrasi-demonstrasi liar.

Tujuh tahun telah berlalu sejak kejadian ini berlaku tetapi hingga kini belum ada sebarang bukti bagi menyokong dakwaan ini dikemukakan. Menambahkan lagi kekeliruan rakyat, salah seorang daripada mereka yang dikatakan "ganas dan militan" itu ialah Ezam Mohamad Noor. Inilah orangnya yang baru-baru ini disambut kembali ke dalam UMNO dengan sambutan besar-besaran, seolah-olah ianya merupakan satu kejayaan besar.

Lebih kurang pada masa yang sama, ahli-ahli PAS juga telah ditahan kerana dikatakan menjadi militan dan kerana kononnya mempunyai pertalian dengan rangkaian pengganas antarabangsa. Mereka yang ditahan itu termasuklah Nik Adli, anak kepada Tuan Guru Nik Abdul Aziz Nik Mat Menteri Besar Kelantan. Kerajaan ketika itu berjanji akan mendedahkan kepada rakyat Malaysia mengenai bukti kegiatan-kegiatan ganas dan pertalian tahanan-tahanan ini. Sehingga sekarang tiada bukti sebegini pernah diberikan.

hindraf isa detainees 290808Formula yang sama telah digunakan pada akhir 2007 bila 5 pemimpin HINDRAF ditahan. Rakyat Malaysia dimaklumkan sekali lagi bahawa individu-individu ini terlibat dalam aktiviti-aktiviti penggulingan Kerajaan dan mempunyai perkaitan dengan gerakan militan Pemisah Tamil Eelam Sri Lanka. Sehingga sekarang tiada bukti kukuh pernah dikemukakan bagi menyokong dakwaan ini.

Jadi apa yang boleh dilihat ialah kelima-lima mereka ditahan kerana melibatkan diri dalam aktiviti-aktiviti yang membawa kepada satu mobilisasi masyarakat India Malaysia bagi meluahkan secara aman kekecewaan mereka ke marginalisi yang dilakukan ke atas masyarakat mereka. Perjuangan ini kemudiannya telah diiktiraf sebagai satu perjuangan yang sah. Demonstrasi HINDRAF bukanlah sesuatu yang luar biasa kerana perhimpunan-perhimpunan seperti itu diiktiraf di seluruh dunia sebagai satu cara pernyataan yang sah.

Dalam nada yang sama, asas-asas yang diberikan bagi menyokong penahanan terbaru Tan Hoon Cheng, Teresa Kok dan Raja Petra Kamarudin menimbulkan banyak persoalan. Penjelasan bahawa Tan Hoon Cheng ditahan bagi menjamin keselamatan dirinya adalah melucukan. Kenyataan bahawa Teresa Kok telah menyalakan sentimen-sentimen keagamaan juga adalah tidak berasas sebagaimana terbukti oleh pembebasannya selepas itu.

isa 3 teresa raja petra tan hoon chengMengenai pengkritik tersohor Kerajaan, Raja Petra Kamarudin pula, semakan ke atas tulisan-tulisannya akan menunjukkan bahawa dia mungkin telah menghina Kerajaan dan individu-individu tertentu di dalam Kerajaan. Bagaimanapun, bersikap kritikal dan menghina tidak boleh dalam apa cara pun dianggap sebagai satu ancaman terhadap keselamatan negara. Jika tulisan-tulisannya dianggap menghina Islam, orang-orang Islam atau Nabi Muhammad (saw), dia sepatutnya didakwa di bawah Kanun Keseksaan dan bukannya ditahan di bawah ISA.

Apa pun, dia juga telah didakwa atas kesalahan menghasut dan melakukan fitnah jenayah berhubung dengan beberapa kenyataannya. Dia telah meminta dibicarakan, dan ini menunjukkan kesediaan serta kemampuannya untuk mempertahankan dirinya sendiri. Cara terbaik bagi memastikan keadilan terlaksana adalah dengan memberikannya peluang mempertahankan dirinya di mahkamah lebih-lebih lagi di mana dalam pandangan umum Kerajaan adalah dalam satu kedudukan konflik kerana telah menjadi sasaran kritikan kerasnya.

Contoh-contoh yang diberikan di atas menjadi petanda jelas bahawa Kerajaan yang ada sekarang adalah sebuah Kerajaan yang tidak demokratik. Perspektif inilah yang telah sejak lebih 25 tahun lalu membawa kepada Kerajaan kelihatan dengan sewenang-wenangnya menahan musuh-musuh politik, pejuang-pejuang pertubuhan sivil dan kepenggunaan, penulis-penulis, usahawan-usahawan, pelajar-pelajar dan wartawan-wartawan yang kesalahannya, jika ia boleh dikatakan sebagai kesalahan, adalah bersikap kritikal terhadap Kerajaan. Bagaimana individu-individu ini boleh dianggap sebagai ancaman terhadap keselamatan negara adalah di luar dari kefahaman saya. Realiti yang terbukti adalah ketidaksetujuan yang dibuat secara sah telah dan sedang dikekang melalui penggunaan secara semberono ISA.

Terdapat mereka yang menyokong dan memperjuangkan bacaan secara 'carte-blanche' ISA ini. Mereka akan berusaha untuk meyakinkan anda bahawa kepentingan-kepentingan negara memerlukan kuasa sebegitu dikekalkan dan bahawa keamanan dan kestabilan yang dinikmati rakyat Malaysia adalah disebabkan oleh kewujudan undang-undang seperti ISA ini. Ini bagaimanapun gagal mengambil kira fakta asas bahawa rakyat Malaysia dari semua kaum mengagungkan keamanan. Kita hidup bersama secara aman sejak 400 tahun lepas bukan kerana adanya undang-undang ini tetapi walaupun adanya undang-undang ini.

Saya percaya rakyat negara ini sudah cukup matang dan bergeliga bagi membezakan di antara tindakan-tindakan yang merupakan satu ancaman 'sebenar' terhadap negara dengan tindakan-tindakan yang mengancam kepentingan-kepentingan politik. Rakyat Malaysia telah mengetahui bahawa ISA digunakan terhadap musuh-musuh politik dan kelihatannya bila kepimpinan sedang menghadapi cabaran sama ada dari dalam parti pemerintah sendiri atau dari elemen-elemen luar.

Rakyat Malaysia hari ini mahu melihat sebuah Kerajaan yang komited terhadap proses mahkamah bagi menentukan kebersalahan atau ketidakbersalahan walaupun untuk tindakan-tindakan yang dikatakan mengapi-apikan sentimen perkauman atau keagamaan. Kini mereka tidak begitu mempercayai bahawa hanya seorang individu, iaitu Menteri Dalam Negeri, yang paling tahu mengenai soal-soal keselamatan negara walaupun mereka sebelum ini pernah mempercayainya. Mereka menghargai kebebasan dan perlindungan ke atas kebebasan-kebebasan sivil dan ini pun benar bagi rakyat negara-negara lain juga.

YAB Perdana Menteri, keputusan-keputusan Pilihan Raya Umum lalu adalah petunjuk jelas bahawa rakyat Malaysia sedang menuntut satu pemulihan semula Kedaulatan Undang-Undang. Saya telah dilantik sebagai menteri yang bertanggungjawab ke atas hal ehwal undang-undang dan reformasi kehakiman, walaupun hanya sekejap. Dalam kapasiti itu, saya dapat memahami dengan lebih mendalam betapa ramai dari kita mahukan reformasi, bukan semata-mata atas kepentingan reformasi itu, tetapi atas tahap di mana institusi-institusi kita telah dilemahkan oleh kejadian-kejadian dan impak yang dihadapkannya kepada masyarakat.

zaid ibrahim resignation from ministerial post 160908 01Dengan restu anda, saya telah cuba menggerakkan reformasi. Berada di atas dalam senarai keutamaan saya adalah satu pemulihan semula ke atas kuasa kehakiman (judicial review) yang boleh dilakukan melalui satu pengembalian semula satu peruntukan penting perlembagaan ke bentuk sebelum ia dipinda secara kontroversial pada 1988. Tidak perlulah saya mengingatkan anda bahawa pindaan perlembagaan itu didorong oleh satu siri peristiwa sama yang membawa bukan hanya kepada Operasi Lalang tetapi juga kepada pemecatan Ketua Hakim Negara dan dua Hakim Mahkamah Agung pada waktu itu.

Salah satu keutamaan saya ialah cara dalam mana bidang kuasa dan kuasa Mahkamah-Mahkamah untuk membuat pembetulan ke atas tindakan wewenang dan di luar perlembagaan Eksekutif telah dikeluarkan oleh Parlimen dan tahap di mana ini telah menyebabkan berlakunya kemerosotan ke atas kebebasan-kebebasan sivil rakyat Malaysia. Pindaan perlembagaan inilah yang telah membuka jalan kepada peruntukan 'ouster' dalam ISA yang secara efektifnya memberi imuniti kepada Menteri dari semakan kehakiman, di mana ini adalah satu peruntukan yang menjadi contoh betapa pindaan perlembagaan 1988 telah membuka ruang untuk berlakunya ketidakadilan.

Saya juga telah cuba memperkenalkan cara-cara dengan mana langkah-langkah boleh diambil bagi membantu Kehakiman memperolehi semula reputasi kebebasan dan kecekapan yang pernah dipunyainya dahulu. Malangnya, ini dianggap tidak diperlukan oleh sesetengah pihak kerana Kehakiman yang bebas akan membawa makna Eksekutif akan menjadi kurang 'berpengaruh'.

Saya telah cuba melakukan perkara-perkara ini dan perkara-perkara lain kerana menyedari Kedaulatan Undang-Undang dan tradisi-tradisi demokratik di Malaysia sedang terhimpit. Apa pun, tiada orang yang rugi dengan memberikan setiap rakyat negara ini sebuah Kehakiman yang bebas dan peluang ke atas satu perbicaraan yang adil. Ini adalah konsisten dengan norma-norma sejagat mengenai hak-hak asasi manusia dan ia juga adalah konsisten dengan ajaran-ajaran Islam, iaitu agama bagi Persekutuan.

Kuasa tidak terbatas untuk menahan atas kehendak seorang individu adalah penindasan yang paling tinggi. Malah, di Israel, iaitu sebuah negara yang sentiasa berada dalam keadaan berperang sekalipun, kuasa untuk menahan tidak diberikan pada seorang individu seperti di Malaysia dan arahan-arahan penahanan memerlukan pengesahan daripada seorang hakim.

Jika terdapat pertimbangan-pertimbangan keselamatan negara, maka ini boleh ditangani tanpa mengenepikan kawalan-kawalan keselamatan yang dimaksudkan bagi melindungi rakyat dari dihukum secara tidak betul. Dalam bidang-bidang kuasa lain yang terlibat dalam konflik-konflik bersenjata, perbicaraan-perbicaraan dikendalikan secara sulit bagi membenarkan penelitian kehakiman dibuat ke atas bukti yang dianggap terlalu sensitif untuk didedahkan kepada umum bagi memenuhi kehendak-kehendak keadilan. Jika ini boleh dilakukan dalam bidang-bidang kuasa lain, mengapa tidak di sini di mana pertempuran bersenjata terakhir dapat kita saksikan, yang menjadi punca kepada wujudnya ISA, telah berakhir pada 1980-an?

abdullah ahmad badawi isa arrest with handcuffs 010604 Sebarang keraguan mengenai kerelevanan ISA dalam bentuknya sekarang sepatutnya sudah terhapus oleh rekomendasi Suruhanjaya Hak Asasi Manusia (SUHAKAM) bahawa ISA perlu dimansuhkan dan bahawa sebuah undang-undang anti-keganasan yang bersesuaian dengan masa kini perlu diluluskan bagi menggantikannya. Mengandungi satu klausa 'sunset' dalam masa asalnya, ISA tidak pernah dimaksudkan untuk menjadi satu ciri asas dalam landskap perundangan Malaysia.

Melalui penggunaan berterusannya dalam cara yang diterangkan di atas dan berhadapan dengan sentimen umum, adalah natural bahawa ISA telah melekat di dalam fikiran orang ramai sebagai satu alat penindasan dan Kerajaan yang ada sebagai satu Kerajaan yang membuka ruang untuk berlakunya penindasan. Penggunaan berterusannya tidak menjadi petanda baik bagi sebuah masyarakat yang sedang berjuang untuk mencari tempatnya dalam arena global. Ia juga tidak menjadi petanda baik bagi demokrasi yang sangat penting bagi membolehkan kita membangun secara berterusan.

YAB Perdana Menteri, saya mengingati dengan sangat jelasnya apa yang anda sebutkan dahulu, iaitu bahawa jika seseorang itu mempunyai kesempatan untuk melaksanakan apa yang baik dan betul untuk negaranya, maka dia mestilah melaksanakan tugasan itu. Saya sangat menghormati anda kerananya. YAB, anda masih lagi Perdana Menteri buat masa ini dan masih lagi mempunyai kesempatan untuk meninggalkan jejak anda dalam sejarah Malaysia. Saya menyeru anda berbuat begitu dengan memansuhkan terus ISA.

Marilah kita cuba memenuhi janji yang dibuat oleh Perdana Menteri pertama kita yang dikasihi kepada rakyat negara ini.


Yang benar

ZAID IBRAHIM

Kita Zuriat Adam, Bukan Zuriat Iblis (Dr. Mohd Asri Zainal Abidin)

Allah mengulangi kisah Adam dan Iblis di beberapa tempat dalam al-Quran. Barangkali bagi mereka yang kurang memahami al-Quran akan menganggap itu adalah pengulangan biasa yang tidak memberikan apa-apa impak yang berlainan. Sebenarnya, sudah pasti tidak!

Al-Quran adalah kitab yang tersusun dengan segala mukjizat yang membuktikan kebesaran Allah Yang Menurunkannya. Pengulangan cerita itu disebabkan faktor-faktor tersendiri yang menuntut kisah Adam dan Iblis itu dibangkitkan semula. Kisah tersebut adalah tonggak panduan kepada kehidupan manusia atas muka bumi ini.

Kisah Adam dan Iblis diketahui oleh semua muslim, bahkan ia juga terkandung dalam Bible. Ringkas ceritanya Iblis yang enggan memberikan penghormatan kepada Adam seperti mana yang Allah perintahkan. Bahkan dia mempertikaikan arahan tersebut. Lantas dia dihukum kufur dan dilaknat.

Sementara Adam yang ditempatkan di syurga, kemudiannya telah ditipu oleh Iblis yang menyebabkan dia melanggar arahan Allah agar jangan mendekati pokok larangan. Kesannya, dia dihukum dengan ditempatkannya di atas muka bumi namun disertai dengan keampunan dan rahmat Allah.

Firman Allah dalam Surah al-Baqarah, ayat 34-37:

(maksudnya) Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada malaikat: “Tunduklah (beri hormat) kepada Nabi Adam”, lalu mereka semua tunduk melainkan Iblis; dia enggan dan takbur, dan menjadilah dia daripada golongan yang kafir. Dan Kami berfirman: “Wahai Adam! Tinggalah engkau dan isterimu dalam syurga, dan makanlah daripada makanannya sepuas-puasnya apa sahaja kamu berdua sukai, dan janganlah kamu berdua hampiri pokok ini; (jika kamu menghampirinya) maka akan menjadilah kamu daripada golongan zalim. Setelah itu maka syaitan menggelincirkan mereka berdua dari syurga itu dan menyebabkan mereka dikeluarkan dari nikmat yang mereka telah berada dalamnya dan Kami berfirman: “Turunlah kamu! sebahagian kamu menjadi musuh kepada sebahagian yang lain dan bagi kamu semua disediakan tempat kediaman di bumi, serta mendapat kesenangan hingga ke suatu masa (mati)”. Kemudian Nabi Adam menerima dari Tuhannya beberapa kalimah (kata-kata pengakuan taubat yang diamalkannya), lalu Allah menerima taubatnya; sesungguhnya Allah, Dia lah Yang Maha Pengampun (Penerima taubat), lagi Maha Mengasihani”.

Pada mereka yang tidak faham kisah ini mungkin menganggap adanya ‘double standard’ dalam hukuman Tuhan terhadap dua makhluknya yang berbeza. Setiap mereka telah melakukan satu kesalahan, tetapi yang satu dihukum begitu berat sehingga kiamat, sementara satu yang lain dihukum dengan hukuman yang tidak kelihatan terlalu berat, bahkan diampun dan dirahmati.

Sekali pandang tanpa penelitian, mungkin ada yang tersalah anggap, seakan Iblis memang sengaja hendak dihukum demikian rupa, sedangkan Adam pula diampunkan, padahal sama-sama melakukan satu kesalahan.

Sebenarnya tidak! Sama sekali tidak sama antara kesalahan Iblis dan Adam. Iblis menderhakai Allah atas kesombongan dan ketakaburan. Dia bukan sahaja tidak taat kepada arahan Allah, tetapi dia mencabar peraturan atau hukum yang telah Allah tetapkan. Dia menganggap hukum itu tidak wajar, sekaligus dia mencabar kemutlakan hak Allah dalam menetapkan hukum.

Sementara Adam melakukan penderhakaan disebabkan kecuaian, kesilapan dan mengikut perasaan sehingga melupai hukum. Dalam Surah al-A’raf, Allah menceritakan bagaimana jawapan Iblis terhadap penderhakaannya, firman Allah: (maksudnya):

“Apakah yang menghalangmu untuk sujud ketika Aku perintahkanmu?” Iblis menjawab: “Aku lebih baik daripada Adam, Engkau (Wahai Tuhan) jadikan daku daripada api, sedangkan dia Engkau jadikan dari tanah”. (ayat 12).

Namun Adam yang juga bersalah tidak pernah mencabar peraturan Allah. Adam tidak pernah menyatakan bahawa kewujudan pokok berkenaan di syurga amat tidak sesuai dan boleh mengelirukan maka dia tidak patut dianggap bersalah. Tidak pula Adam mempertikaikan mengapa Iblis itu diwujudkan dan diberi peluang menggodanya.

Sebaliknya, dengan penuh keinsafan dan perasaan kehambaan akur atas kesalahan diri lantas memohon keampunan dan taubat. Dalam Surah al-A’raf juga Allah menyebut: (maksudnya)

“Dengan sebab itu dapatlah dia (Iblis) menjatuhkan mereka berdua (ke dalam larangan) dengan tipu dayanya. Setelah mereka memakan (buah) pohon itu, terdedahlah kepada mereka berdua aurat masing-masing, dan mereka mulailah menutupnya dengan daun-daun (daripada) syurga lantas Tuhan mereka menyeru mereka: “Bukankah Aku telah melarang kamu berdua dari pokok itu, dan aku katakan kepada kamu, bahawa syaitan itu adalah musuh kamu yang nyata?” Mereka berdua berkata: “Wahai Tuhan kami, Kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan kalaulah Engkau tidak mengampunkan kami dan kasihani kami, nescaya kami tergolong daripada orang-orang yang rugi”. (ayat 22-23).

Kesalahan memang kesalahan. Namun titik tolak kesalahan dan sikap atas kesalahan amat berbeza antara Iblis dan Adam. Iblis bukan sahaja menderhaka, bahkan mempertikaikan atau meremehkan peraturan Allah.

Sedangkan Adam dan isterinya, apabila melakukan dosa, menginsafi diri dan memohon keampunan Allah atas dosa tersebut. Justeru itu, hukuman Allah ke atas dua makhluknya tersebut tidak sama disebabkan perbezaan nilai kesalahan, bukan kerana Tuhan itu menghukum secara ‘double standard’.

Kisah Iblis dan Adam diulang berkali-kali dalam al-Quran agar kita mengambil pengajaran dalam kehidupan. Setiap ulangan ada isu dan pengajarannya yang tersendiri. Kita seperti bapa kita Adam, terdedah kepada salah dan silap, cuai dan alpa yang akhirnya menjerumuskan kita ke dalam dosa.

Namun, seperti mana bapa kita Adam, kita tidak akan mempertikaikan hukum atau peraturan yang Allah tetapkan. Kita akui kelemahan diri, tanpa kita menghalalkan kesalahan dan dosa dengan alasan yang menunjukkan kita meremehkan hukum Tuhan.

Kita bukan Iblis yang apabila berdosa bersikap takabur dan enggan akur atas kelemahan diri, sebaliknya menuding sesalahan kepada peraturan yang Allah tetapkan. Sesiapa yang bertindak seperti Iblis, maka dia menjadi kafir. Sementara sesiapa yang bersikap seperti Adam, maka dia mendapat keampunan tuhannya.

Allah menceritakan kisah bapa kita Adam, agar kita mencontohinya apabila melakukan kesalahan. Melakukan kesalahan bukan perkara yang paling menimbulkan kemurkaan Allah, tetapi enggan akur dan bertaubat itulah membawa kemurkaan besar di sisiNya.

Kita anak Adam, teladani sikap bapa kita. Sabda Nabi s.a.w.

“Semua anak Adam melakukan kesalahan. Sebaik-baik yang melakukan kesalahan itu ialah mereka yang bertaubat” (Riwayat al-Tirmizi, Ibn Majah, dinilai hasan oleh al-Albani).

Kisah Adam dan Iblis menjadi paksi dalam banyak episod kehidupan insan. Sebab itu dalam Islam sesiapa yang membuat dosa dan menghalalkan tindakannya maka dia menjadi kafir. Sementara sesiapa yang membuat dosa namun tidak menghalalkannya maka dia dianggap sebagai seorang fasiq (ahli dosa), namun tidak membawa kepada kufur. Melainkan jika dia bertaubat.

Ini seperti sesiapa yang tidak berpuasa Ramadan tanpa sebab yang diizinkan oleh syarak, maka dia berdosa dan menjadi fasik. Namun jika dia menghalalkan perbuatannya itu seperti menyatakan ‘bagi aku tidak salah jika aku tidak berpuasa pun’, atau dia mempertikaikan hukum seperti dia menyatakan ‘syariat puasa itu tidak sesuai atau tidak ada sebarang faedah untuk kita ikut’ maka dia menjadi kafir, terkeluar dari Islam. Ini kerana dia mempertikaikan atau mencabar Allah Yang Maha Agung.

Perbuatan yang seperti itulah yang dilakukan oleh Iblis lalu dihukum kufur oleh Allah. Sama juga dengan pelaku dosa. Jika seseorang berzina maka dia berdosa dan fasiq (fasik). Namun, jika menghalalkan perbuatan zina seperti menyatakan ‘apa salahnya jika suka sama suka’, atau dia menyatakan ‘jika pasangan dah rela, mana boleh berdosa’, atau menyebut ‘zina macam sedekah, jika orang bagi tidak salah kita mengambilnya’ maka pengucap ungkapan-ungkapan yang seperti ini terkeluar dari Islam. Ini kerana dia telah mempertikaikan hukum Allah dan mencabar apa yang telah ditetapkanNya.

Dia seperti Iblis, yang mempertikaikan arahan Allah. Melainkan jika dia hilang akal atau gila atau apa sahaja yang menunjukkan dia tidak bermaksud mempertikaikan, atau meremehkan hukum Allah sama sekali

Saya amatlah terkejut apabila ada ‘orang politik’ yang sanggup menyamakan zina yang dia akui melakukannya dengan sedekah yang disuruh oleh Islam. Sanggup dia menghalalkan perbuatannya yang buruk itu atas alasan dia diumpan oleh orang lain, maka itu baginya macam sedekah yang jika ‘diberi boleh diambil’.

Alangkah buruk perbuatan dan akidahnya. Dia samakan perkara yang Allah murka dengan perkara yang Allah suka. Apa yang lebih pelik, tidak pula kedengaran dengan jelas tokoh-tokoh agama dalam kem politik ‘si celupar itu’ mengulas perkara ini. Padahal ramai di kalangan mereka yang begitu tangkas dan cepat bertindak jika ada ucapan-ucapan yang menyalahi agama dibuat oleh musuh-musuh politik mereka.

Bahkan ucapan yang masih lagi samar dan boleh diberi maksud yang berbagai pun dibantai sampai tidak cukup tanah. Tiba-tiba apabila kena giliran sahabat sendiri yang mengucapkan perkataan yang buruk lagi parah itu, ramai yang menyepi diri. Tiada yang berani menyuruh dia bertaubat dan menarik balik secara terbuka, bukan menyuruh orang lain ‘berbahasa’ untuknya.

Di mana isu-isu agama dan moral yang diperkatakan selama ini? Ternyata, hukuman politik berbau agama tidak sama dengan pendirian agama mengenai isu politik. Bukan saya ingin bermusuh dengan sesiapa. Kolum saya ini telah mengambil risiko menegur rakyat dan pemerintah. Apakah mereka hanya dapat terima apabila saya menegur pemerintah, tetapi membantah jika mereka ditegur? Atau apakah mereka hanya berani menegur pemerintah dan mendiamkan diri apabila kesalahan itu dibuat oleh ‘geng sendiri’?.

Sabda Nabi s.a.w:

“Sesungguhnya yang membinasakan mereka yang terdahulu dari kamu adalah; apabila orang yang berkedudukan mencuri maka mereka biarkan, jika orang yang lemah mencuri maka mereka laksanakan hukuman ke atasnya”. (Riwayat al-Bukhari dan Muslim).

Berbalik kepada kisah Adam dan Iblis. Kisah ini menjadi teras dalam akidah Islam. Islam agama yang akur bahawa insan sentiasa terdedah kepada dosa dan kesalahan. Selagi mana insan insaf bahawa kesalahan itu berpunca daripada kelemahan dirinya sendiri, dia mempunyai ruang untuk kembali dan bertaubat kepada Allah.

Namun apabila insan yang melakukan dosa itu sombong dan bongkak dengan merasakan dia tidak bersalah atas perbuatannya, maka tempatnya bersama dengan Iblis yang menghuni tetap neraka yang amat dahsyat. Firman Allah dalam Surah Sad:

(maksudnya) (setelah selesai kejadian Adam) maka sujudlah sekalian malaikat, semuanya sekali, -Melainkan Iblis; dia berlaku sombong takbur (mengingkarinya) serta menjadilah dia dari golongan yang kafir. Allah berfirman: “Hai lblis! apa yang menghalangmu dari turut sujud kepada (Adam) yang Aku telah ciptakan dengan kekuasaanKu? Adakah engkau berlaku sombong takbur, ataupun engkau dari golongan yang tertinggi? Iblis menjawab: “Aku lebih baik daripadanya; Engkau (Wahai Tuhanku) ciptakan daku dari api, sedang dia Engkau ciptakan dari tanah”. Allah berfirman: “Kalau demikian, keluarlah engkau daripadanya, kerana eesungguhnya engkau adalah makhluk yang diusir. dan sesungguhnya engkau ditimpa laknatKu terus menerus hingga ke hari kiamat!”. Iblis berkata: ” Wahai Tuhanku! jika demikian, berilah tempoh kepadaku hingga ke hari mereka dibangkitkan (hari kiamat) “. Allah berfirman: ” Dengan permohonanmu itu, maka sesungguhnya engkau dari golongan yang diberi tempoh, hingga ke hari yang termaklum “. Iblis berkata: “Demi kekuasaanmu (Wahai Tuhanku), aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hambaMu (zuriat Adam) yang dibersihkan”. Allah berfirman: “Maka Akulah Tuhan Yang sebenar-benarnya, dan hanya perkara Yang benar Aku firmankan -Demi sesungguhnya! Aku akan memenuhi neraka jahannam dengan jenismu dan dengan orang-orang yang menurutmu daripada zuriat-zuriat Adam (yang derhaka) semuanya “. (ayat 73-85).

Setiap kita ini ada kelemahan diri dan kesalahan yang kita lakukan. Namun sebagai insan yang merupakan zuriat Adam, kita sentiasa akur atas kelemahan dan kesalahan, inginkan keampunan serta memohon kemaafan Tuhan selalu. Kita tidak akan mempertikaikan apa yang telah Allah nyatakan dalam kitabNya al-Quran atau dalam sunnah yang sahih daripada Nabi Muhammad s.a.w.

Jika kita gagal melaksanakan perintah Allah, atau melanggar larangannya kita akan akui kelemahan diri, memohon agar dikurniakan taubat yang ikhlas. Sama sekali kita tidak kata hukum Allah tidak baik. Atau tidak sesuai. Atau halal dan haram itu sama sahaja. Atau, bagiku perkara yang Allah haramku itu tidak haram. Tidak! Sama sekali tidak! Hanya pengikut Iblis yang mengucapkan seperti itu. Kita akan menyebut apa yang Allah ajar:(maksudnya)

“Wahai Tuhan kami! janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. (Surah al-Baqarah, ayat 286).

Mercun, Ucapan Maaf & Duit Raya

Oleh

Zaharuddin Abd Rahman

http://www.zaharuddin.net/

Dalam penulisan ini, saya ingin menyentuh 3 perkara berkenaan hari raya yang sering dilakukan oleh umat Islam. Apakah pandangan Islam terhadap Mercun, pemberian duit raya dan ucapan ‘Maaf Zahir Batin'?.

Main Mercun

Membawa Bahaya
Akta Bahan Letupan 1957. Seksyen 4 (2) memperuntukkan undang-undang sesiapa yang bersalah mengilang, memiliki dan mengimport mercun atau bunga api, boleh dihukum penjara lima tahun atau denda RM10,000 atau kedua-duanya.

Dari pandangan Islam pula saya kira amat mudah untuk diketahui hukumnya. Semua perkara yang membawa mudarat kepada diri dan orang lain adalah diharamkan di dalam Islam.

fakta

Secara ringkas, antara sebab yang menjatuhkan bermain mercun dalam kategori haram adalah :-

1) Mudarat Kepada Diri

Ini tidak perlu lagi dihuraikan. Cukup laporan akhbar ini sebagai fakta : BUKA DI SINI

hadiah hari raya

2) Mudarat Orang Lain

Ia seringkali mengganggu masyarakat awam sekeliling dengan kebisingan bunyinya selain bahaya letupannya. Jelas ia termasuk dalam perkara yang diharamkan. Tahap pengharamannya lebih dahsyat apabila ia dimainkan di tepi-tepi surau dan masjid tatkala ahli jemaah sedang menunaikan solat.

Demikian juga apabila ia ditujukan ke arah rumah dan individu tertentu dengan niat ingin berseronok-seronok. Saya boleh menggangap ia terdapat persamaan dengan cubaan membunuh, kerana bakaran api itu boleh menyebabkan sebuah rumah terbakar atau seseorang kanak-kanak atau bayi hilang nyawanya.

Nabi s.a.w bersabda :

من ضَارَّ أَضَرَّ الله بِهِ وَمَنْ شَاقَّ شَاقَّ الله عليه

Ertinya : Barangsiapa yang membawa mudarat maka Allah akan memudartkan dirinya sendiri, sesiapa yang menyusahkan orang lain, Allah akan menyuasahkannya pula" (Riwayat Abu Daud, no 3635, 3/315; Ahmad, 3/453 ; Tirmidzi : Hasan Gharib ; Syeikh Syuaib, Hasan Bi Syawahidi)

Saya masih ingat kisah yang disiar oleh akbar tahun lepas, bagaimana mercun masuk dalam buaian seorang bayi.

Baca juga kisah ini "Dalam pada itu, ibu Mohd. Syafiq, Saripah Ali, 43, berkata, anaknya sedang mengangkat kain di kawasan jemuran asrama kira-kira pukul 6 petang apabila sebiji mercun bola dilemparkan ke arahnya.

‘‘Mercun yang dilempar ke arahnya terkena di bahagian bawah mata kiri menyebabkan matanya cedera," katanya".

Baca Di Sini

3) Pembaziran

Ia dikira satu pembaziran juga kerana wang yang digunakan dikira dibakar begitu sahaja untuk menikmati letupan yang tiada tentu arahnya.

Allah s.w.t mengurniakan kita harta untuk dibelajkan sebaiknya dan bukan untuk mengikut hawa nafsu atas alasan kemeriahan lalu membeli pelbagai jenis mercun.

Islam inginkan kita menjadi orang yang mampu mengurus kewangan dengan bijak di bulan Ramadhan. Malah inginkan kita memperbanyakkan sedeqah terutama di akhir Ramadhan. Bukannya membeli mercun yang haram hukumnya.

Saya kira, tidak perlu dihurai panjang isu ini disebabkan kejelasannya.

Sebagai kesimpulan, ibu bapa yang membelikan mercun ini tidak terlepas dari dosa pada pandangan Islam. Mereka sepatutnya bersifat tegas dalam hal ini melarang sebarang penglibatan anak-anaknya terutamanya jika mereka terjebak dalam membuat mercun sendiri seperti mercun buluh dan lain-lain.

Isu Duit Raya

Isu memberikan duit raya kepada kanak-kanak terdapat pro dan kontranya. Bagi saya, hukumnya berubah-ubah mengikut keadaan pemberi dan penerima.

Perspektif Baik :

Jika dilihat dari persepktif baik, ia dapat memupuk semangat dan sifat menderma sebagai bukti hasil keberkatan yang diperolehi dari tarbiyah Ramadhan.

Malah, sebenarnya ia lebih baik jika di berikan sebelum tamatnya Ramadhan, ia bertepatan dengan hadith Nabi s.a.w dari Ibn Abbas r.a yang menyebut :-

كان النبي صلى الله عليه وسلم أجود الناس بالخير , وكان أجود ما يكون في رمضان , حين يلقاه جبريل , وكان يلقاه كل ليلة في رمضان حتى ينسلخ , يعرض عليه النبي القران , فإذا لقيه جبريل كان أجود بالخير من الريح المرسلة

Ertinya : "Adalah Nabi SAW adalah manusia yang paling bagus dan pemurah dengan segala jenis kebaikan, dan Nabi paling pemurah adalah di bulan Ramadhan, dimana ketika bertemu Jibrail yang datang di setiap hari di bulan ramadhan membentangkan (menyemak) al-Quran dari Nabi SAW, apabila ditemui Jibrail maka Nabi akan menjadi paling pemurah dengan kebaikan lebih dari angin yang bertiup" (Riwayat Al-Bukhari)

Justeru, sekiranya ia dapat diberikan dalam bulan Ramadhan sebagai sedeqah sudah tentu keberkatan pahalanya berlipat kali ganda berbanding memberikannya di bulan syawal.

Oleh kerana kemungkinan pada hariraya sahaja kebanyakkan kita dapat berkumpul sekeluarga, mungkin kerana itulah akhirnya duit sedeqah kepada ahli keluarga yang eloknya diberikan di akhir Ramadhan itu menjadi ‘duit raya di hari raya'.

Saya harap masyarakat yang mengamalkannya akan memperbetulkan niat mereka dengan memasang niat ia sebagai sedeqah dari bulan Ramadhan dan bukan sekadar adat hari raya semata-mata.

Perspektif Negatif

Ia boleh menjadi amat buruk dan sewajarnya di jauhi apabila : -

1) Seseorang memberikannya dengan niat ingin menunjuk-nunjuk kekayaannya dengan menayangkan jumlah yang diberinya dan ada pula yang terpaksa berhutang demi memberikan ‘duit raya'. Ini tidaklah di benarkan sama sekali menurut Islam.

Justeru, perbezaan niat seseorang menentukan samada pemberian duit rayanya menjadi ibadat atau tidak.

2) Terdapat juga ‘duit raya rasuah' yang mungkin diberikan oleh ahli perniagaan kepada pegawai tertentu bagi mempengaruhi keputusan pegawai itu di kemudian hari. Ia adalah tidak dibenarkan sama sekali di dalam Islam.

3) Disebutkan juga, duit raya sebegini boleh membawa kesan negatif kepada kanak-kanak yang bersifat materialistik dan mengkritik individu yang tidak memberikan duit raya kepada mereka.

Ini boleh menjadikan kanak-kanak lebih bersifat rakus dengan harta dunia di setiap kali tiba hari raya. Pandangan ini ada benarnya.

Walaupun demikian, pada hemat saya faktor sebegini sukar untuk menjadikan seluruh amalan pemberian duit raya sebagai haram. Bagi mengelakkannya dari jatuh kepada haram, si pemberi mestilah mengingatkan penerima agar bersyukur dengan apa jua jumlah yang didermakan dan berhati-hati dengan keseronokan sementara dari fitnah bernama ‘duit' dan ‘wang' ini.

Jika seseorang itu lebih cenderung kepada pendapat ianya haram. Wajiblah ia untuk menahan diri dari memberikan sebarang duit raya kepada kanak-kanak. Tiada ertinya ia mengatakannya haram, dalam masa yang sama ia sendiri masih memberikannya sewaktu hariraya.

Justeru, pada hemat saya, pandangan membenarkan dengan syarat-syarat tertentu adalah lebih ringan dan mampu dilaksanakan oleh masyarakat hari ini yang telah membudayakannya sebagai amalan tahunan. Apa yang perlu dilakukan hanyalah ‘adjust' niat, dan beberapa hal lain agar pemberian itu menjadi sebuah sedeqah yang berguna buat ahli keluarga terdekat, pemberi dan penerima.

4) Bagi mereka yang amat sensitif isu halal haram, saya kira adalah amat terpuji jika dapat dipastikan sampul duit raya itu bukan dari mana-mana bank dan institusi kewangan konvensional yang haram.

Ini kerana ia boleh dianggap mempromosikan perbankan Riba yang amat haram. Ia jelas termasuk dalam larangan Allah s.w.t dan Nabi s.a.w dari memberikan bantuan dan promosi kepada perkara yang haram.

Sebuah hadis menyebut :

لعَنَ رسولُ اللَّهِ في الخمرِ عشرةً عاصِرَها ومُعتصِرَها وشارِبها وحامِلَها والمحمولَةَ إِليهِ وساقيَها وبائعهَا وآكلَ ثمنِها والمشتَري لها والمشترى لهُ

Ertinya : Rasulullah s.a.w. melaknat tentang arak, sepuluh golongan: (1) yang memerahnya, (2) yang minta diperahkan untuknya, (3) yang meminumnya, (4) yang membawanya, (5) yang minta dihantarinya, (6) yang menuangkannya, (7) yang menjualnya, (8) yang makan harganya, (9) yang membelinya, (10) yang minta dibelikannya." (Riwayat Ibn majah, 2/1122 ; Tirmidzi, Hadis Gharib ; Albani : Hasan Sohih)

Keterangan : Walaupun hadith ini menyebut bab arak, tetapi ia merangkumi item haram yang lain berdasarkan kepada kaedah Qiyas dalam Islam.

Sebuah Hadith lagi : ertinya

قال لَعَنَ رسول اللَّهِ آكِلَ الرِّبَا وَمُؤْكِلَهُ قال قلت وَكَاتِبَهُ وَشَاهِدَيْهِ

Ertinya : "Dilaknati Rasulullah SAW pemakan riba, dan pemberi makan, saksinya dan penulisnya" ( Riwayat Abu Daud, no 3333, At-Tirmidzi & Albani : Hasan Sohih )

Justeru, jika ia berlaku juga, saya bimbang pahala hasil sedeqah duit raya itu pastinya tergugat. Ia sama seperti memberi duit raya menggunakan sampul duit yang tertulis jenama arak. Apa pandangan anda?.

Ucapan Maaf Zahir Batin

Ucapan Maaf Zahir Batin sering diberikan oleh rakan dan taulan sempena hariraya ini. Amalan maaf bermaafan asalnya adalah bersifat ‘neutral' dan boleh diteruskan di hari raya ini asalkan ungkapan kemaafan yang dipinta dan yang diberi adalah beserta penyesalan yang benar atas segala kesilapan yang dilakukan.

Ia selaras dengan objektif Ramadhan bagi mencapai keampunan Allah SWT sebagaimana di fahami dari Hadith :

جَاءِني جِبريلُ صلى الله عليه وسلم فَقال : شَقي عَبدٌ أَدركَ رمضانَ فانسَلخَ مِنهُ ولَم يُغفَر لَه فَقلتُ : آمِينَ ،

Ertinya : "Datang kepadaku Jibrail lalu berkata : " Celaka ke atas seorang hamba yang sempat bertemu Ramadhan dan keluar darinya tetapui tidak mendpaat keampunan terhadap dosa-dosanya, lalu aku (Rasulullah s.a.w) berkata : Ameen. (tirmidzi, ibn hibban, Ahmad, Ibn Khuzaymah, Al-Hakim & disetujui oleh Az-Zahabi, Abu Yu'la, At-Tabrani dalam Al-Kabir & al-Awsat, At-Tayalisi, Al-Bukhari dalam Adab Al-Mufrad, Ibn Al-Ja'd ; Sahih Lighairihi oleh al-Albani di dalam Sahih Adab al-Mufrad - no: 644)

Bagi seseorang yang berdosa dengan Allah SWT, amat diharapkan beroleh keampunan di bulan Ramadhan ini.

Bagaimanapun, jika melakukan dosa dari jenis kesalahan kepada manusia lain seperti mengumpat, memfitnah, memukul, merendahkannya, mencuri duitnya dan lain-lain. Seolah-olah keampunan yang sepatutnya diperolehi dari ramadhan tergantung kepada keampunan manusia yang pernah dizalimi ini.

Tatkala itu, mangsa sahaja yang mampu mengampunkan orang yang menzaliminya.

Pada hemat saya, objektif mendapatkan keampunan Allah sukar untuk dicapai sebaiknya jika tidak ada proses maaf bermaafan di hujung ramadhan atau di awal Syawal.

Mengambil peluang cuti dan bertemu di hari raya sebagai waktu yang sesuai untuk meminta ampun. Oleh kerana itu, saya secara peribadi tidak nampak sebarang masalah dalam amalan ini selagi mana ia dilaksanakan dengan ilmu dan ikhlas. Wallahu ‘alam.

Sekian

Zaharuddin Abd Rahman

http://www.zaharuddin.net/

25 Ramadhan 1428 H

7 Oktober 2007

ULANG SIAR : 26 Ramadhan 1429 H = 26 Sept 2008

Berbilion-bilion dikaut, 10 sen dipulangkan

Oleh HTM
Khamis, 25 September 2008 14:43

KUALA LUMPUR 25 Sept - Harga minyak turun 10 sen hari ini. Begitulah pengumuman yang dibuat oleh kerajaan. Perdana Menteri semasa mengumumkan penurunan ini berkata, harga minyak itu juga diturunkan kerana kerajaan menyedari orang ramai mula pulang ke kampung bagi menyambut Aidilfitri bermula hujung minggu ini. Penurunan kali ini, yang hanya kurang 5 sen daripada yang sebelumnya, diharap oleh Perdana Menteri agar dapat meredakan kesusahan rakyat semasa pulang berhari raya.

Terima kasihlah kepada kerajaan yang begitu prihatin dengan kesusahan rakyat, setelah berbilion-bilion keuntungan mereka kaut dari hasil minyak yang menjadi hak umat ini, mereka lalu menurunkannya 10 sen. Alangkah gembiranya hati kami yang kini kembali menikmati hidup dengan sejahtera dan penuh nikmat dengan ‘duit raya’ 10 sen dari pemerintah ini!

Walaupun ratusan ribu bantahan telah dikemukakan oleh rakyat agar harga bahan bakar ini diturunkan sewajarnya, namun kerajaan tetap berdegil tidak mahu berbuat demikian. Kerajaan Kapitalis ini tentunya tidak rela mendapat ‘untung’ yang sedikit, sedangkan mereka boleh mengaut keuntungan yang besar dengan memperdagangkan bahan bakar ini dengan rakyatnya. Jadi, rugi dan bodohlah mereka jika mereka tunduk dengan kehendak rakyat, walhal mereka boleh hidup kaya raya dengan keuntungan dari sumber bumi ini.

Hizbut Tahrir Malaysia (HTM) telah pun menghantar surat bantahan kepada Menteri yang berkenaan, mengingatkan mereka bahawa perbuatan mereka yang ‘menjual’ minyak kepada rakyat adalah satu keharaman. Ini kerana menurut Islam, minyak adalah hak rakyat yang wajib dikelola oleh pemerintah, dan dipulangkan hasilnya semula kepada rakyat. Kerajaan sewajibnya hanya mengenakan ‘harga kos’ sahaja kepada rakyat, bukannya mengaut keuntungan, apatah lagi berbilion-bilion jumlahnya.

Islam telah membahagikan hak milik kepada 3 kategori iaitu pemilikan individu (milikiyyah al-fardiah), pemilikan umum (milkiyyah al-ammah) dan pemilikan negara (milikiyyah al-daulah). Bahan galian atau mineral yang banyak atau tidak terbatas / tidak putus (contohnya petroleum, gas, emas, bijih timah dan seumpamanya) adalah termasuk ke dalam pemilikan umum yang haram dimiliki oleh Negara. Abu Daud meriwayatkan bahawa,

“Ia (Abyadh bin Hamal) datang kepada Rasulullah saw. meminta untuk mengelola (galian) garam. Rasul lalu memberikannya. Setelah ia pergi ada seorang lelaki yang bertanya kepada Rasul, “Wahai Rasulullah, tahukah apa yang telah engkau berikan kepadanya? Sesungguhnya engkau telah memberikannya sesuatu yang bagaikan air mengalir.” Lalu ia berkata: Kemudian Rasulullah saw. pun menarik kembali galian itu darinya.” [HR Abu Dawud].

Apabila sifat bahan galian/mineral itu adalah seperti “ma’ul idd” (air yang mengalir), maksudnya tidak terbatas, tidak kiralah sama ada ia berada di atas bumi atau di dalam bumi, sama ada dalam bentuk padat/pepejal atau cecair, maka ia adalah milik umum (milik semua orang). Dan tugas negara hanyalah mengelola kepemilikan umum ini untuk dikembalikan kepada tuannya yang berhak (rakyat).

Justeru, jika dikembali dan di bahagikan keuntungan yang telah diumumkan oleh Petronas yang berjumlah sebanyak RM67.6 billion ini kepada seluruh rakyat Malaysia yang berjumlah 26 juta, maka yang pastinya setiap orang berhak mendapat RM2,600 seorang. Ini jika dikira keuntungan terbaru yang diumumkan Petronas, belum lagi mengambil kira beratus-ratus billion keuntungan yang telah dirampas kerajaan sejak berpuluh tahun yang lepas.

Oleh kerana itu, penurunan 10 sen yang diumumkan kerajaan ini hanyalah sebuah tindakan untuk memperbodohkan rakyat dan menutup mulut mereka sedikit menjelang hari raya. Jika kerajaan benar-benar prihatin kepada kebajikan rakyatnya menjelang Hari Raya Aidilfitri kali ini, kerajaan seharusnya menerapkan syariat Islam sepenuhnya dan memulangkan semula semua kekayaan rakyat yang telah dikaut sepanjang penubuhan Petronas dengan mengembalikan semula wang rakyat yang telah dirampas melalui Petronas. Yang lebih penting, hanya dengan melakukan hal ini sahajalah (menerapkan hukum syarak) yang akan membebaskan para pemerintah dari dosa besar yang mereka tanggung selama ini.

Antara Bacaan Terbaik Dengan Umat Yang Terbaik

Muhammad Ahmad Zahid mengharumkan nama Malaysia apabila menjuarai kategori bacaan terbaik pada majlis Anugerah Al-Quran Antarabangsa Dubai (DIHQA) ke-12 yang berakhir di Dubai, kelmarin. Apa yang lebih membanggakan rakyat Malaysia ialah al-hafiz berusia 13 tahun itu juga diberi penghormatan memperdengarkan bacaan Al-Quran pada majlis penyampaian hadiah yang disempurnakan Putera Mahkota Dubai Sheikh Hamdan Bin Mohammad Bin Rashid Al Maktoum.

Sumber: Utusan Malaysia: 22/09/08

Ulasan:

Islam dan al-Quran adalah dua perkara yang tidak boleh dipisahkan. Kekuatan Islam dan umat Islam bergantung kepada sejauh mana mereka berpegang dan beramal dengan isi kandungan al-Quran itu sendiri. Justeru, pengambilan sikap yang benar terhadap al-Quran perlulah diperbetulkan agar umat Islam tidak terus terkeliru dan jatuh dalam penyimpangan.

Rakyat Malaysia yang merasa bangga dengan kejayaan adik Muhammad Ahmad Zahid mestilah menghapuskan segera perasaan itu. Ini kerana, perasaan sebegini adalah lahir dari sifat wathaniyyah (sayangkan tanahair) yang diharamkan oleh Islam. Apakah yang hendak dibanggakan dengan bumi Malaysia yang dipenuhi dengan sekular ini? Umat Islam merupakan umat yang satu, tidak kira di mana sekalipun mereka berada. Sempadan yang wujud di Malaysia, Indonesia, Arab Saudi, Qatar, UAE dan sebagainya hanyalah sempadan yang dilukis oleh penjajah Barat untuk memecahbelahkan umat Islam. Jika kita ingin berbangga sekalipun, kita hanya patut merasa kagum dengan kebolehan seorang “anak muda Islam” (bukan anak muda Malaysia) yang berjaya menghafal al-Quran di usia 13 tahun.

Adik Muhammad Ahmad Zahid hanyalah salah seorang anak muda yang lahir dalam sisitem pendidikan sekular Malaysia yang hanya mengutamakan ‘pembacaan’ al-Quran. Sistem pendidikan sekular ini sama sekali tidak mementingkan ‘pengamalan’ isi kandungan al-Quran, yang dipentingkan hanyalah ‘bacaannya’ sahaja. Justeru, walaupun kerajaan boleh menghasilkan ramai anak muda seumpama ini, namun oleh sebab sistem sekular yang diamalkan, golongan yang lahir ini hanyalah menjadi pembaca dan penghafal al-Quran yang baik, namun tidak mengendahkan tuntutan syariat ang terdapat di dalamnya. Inilah yang dikehendaki oleh kerajaan, kerana jika wujud golongan yang ingin menerapkan hukum al-Quran, ia adalah suatu yang ‘berbahaya’ kepada sebuah kerajaan sekular. Jadi, sebagai bukti keIslaman sebuah kerajaan sekular, maka golongan pembaca dan penghafal al-Quran mestilah dilahirkan seramai mungkin.

Sebagai seorang muslim kita perlu memahami bahawa membaca dan menghafaz al-Quran itu adalah suatu perbuatan yang dianjurkan ataupun dalam erti kata lain ianya dikategorikan sebagai sunat. Namun, lebih jauh dari itu melaksanakan isi ajarannya adalah menjadi suatu kewajiban sama ada bagi pihak individu mahupun bagi negara, bergantung kepada tuntutan hukum ayat yang berkaitan. Ketahuilah bahawa kedatangan al-Quran itu adalah untuk mengubah kehidupan manusia dari kegelapan cara hidup jahiliyyah kepada cahaya dan kebenaran hidup Islam, dan hal ini tidak akan dicapai kecuali kita berhukum dengan segala hukum al-Quran. Firman Allah swt,

“Alif, Laam, Raa'. Ini ialah Kitab (Al-Quran) Kami turunkan dia kepadamu (wahai Muhammad), supaya engkau mengeluarkan umat manusia seluruhnya dari gelap-gelita kufur kepada cahaya iman - dengan izin Tuhan mereka - ke jalan Allah Yang Maha Kuasa lagi Maha Terpuji” [TMQ Ibrahim (14):1-2]

Al-Quran diturunkan untuk menyelesaikan dan menyempurnakan seluruh persoalan kehidupan manusia. Firman Allah,

“Kami turunkan kepadamu Al-Quran menjelaskan tiap-tiap sesuatu dan menjadi hidayah (petunjuk) serta membawa rahmat dan berita yang mengembirakan, bagi orang-orang Islam.” [TMQ an-Nahl (16):89].

Kita wajib memahami bahawa apabila kita kamu membaca ayat...

“Oleh itu, dirikanlah sembahyang, dan tunikanlah zakat, serta berpegang teguhlah kamu kepada Allah! Dia lah Pelindung kamu. Maka (Allah yang demikian sifatNya) Dia lah sahaja sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Pemberi pertolongan.” [TMQ al-Hajj (22):78]

...maka kita dituntut untuk melaksanakan hukumnya. Jadi, begitu jugalah apabila kita membaca ayat…

“Dan Kami turunkan kepadamu (wahai Muhammad) Kitab (Al-Quran) dengan membawa kebenaran, untuk mengesahkan benarnya Kitab-kitab Suci yang telah diturunkan sebelumnya dan untuk memelihara serta mengawasinya. Maka putuskanlah hukum di antara mereka (Ahli Kitab) itu dengan apa yang telah diturunkan oleh Allah (kepadamu), dan janganlah engkau mengikut kehendak hawa nafsu mereka (dengan menyeleweng) dari apa yang telah datang kepadamu dari kebenaran” [TMQ al-Maaidah(5):48]

...maka kita juga dituntut (wajib) untuk merealisasikan tuntutan ayat tersebut. Yakni, kita wajib berhukum dengan hukum al-Quran, bukannya hukum sekular, sebagaimana yang ada hari ini.

Begitulah seterusnya dengan ayat-ayat yang lain.

Bagi mereka yang hanya membaca al-Quran, namun tidak mengamalkan ajaran yang terdapat di dalamnya, maka Rasulullah mengadu kepada Allah akan golongan ini yang mengambil al-Quran sebagai sesuatu yang ditinggalkan. Firman Allah,

“Dan berkatalah Rasul, ‘Wahai Tuhanku sesungguhnya kaumku telah menjadikan Al-Quran ini suatu yang ditinggalkan...”
[TMQ al-Furqan (25):30].

Justeru, selama mana pemerintahan ini ditadbir oleh orang-orang sekular, maka selama itulah al-Quran tetap kekal menjadi sebuah ‘kitab bacaan’, bukannya ‘kitab amalan’. Dan mereka cuba memperbodohkan umat Islam bahawa dengan melahirkan golongan yang ‘pandai membaca’ al-Quran, seolah-olah mereka telah pun meninggikan ajaran al-Quran, walhal mereka sebenarnya berpaling dari ajaran al-Quran dengan sebenar-benar pemalingan.

25 Ramadhan 658H (3 September 1260M) – Perang Ain Jalut

Di 10 hari yang terakhir dalam bulan Ramadhan, kita sering diingatkan dengan satu malam, iaitu malam yang menyamai 1000 bulan. Pastinya akan muncul ramai pemburu- pemburu Lailatul Qadar di 10 malam yang terkahir ini. Barangsiapa beribadah pada malam tersebut, maka akan tercatit amalannya seumpama dia membuat amalan selama 1000 bulan, Maha Agung dan Maha Kasihnya Allah yang tiada tuhan selainnya menganugerahkan hadiah sebegini untuk diraih oleh umat Muhammad. Semoga kita semua melipatgandakan amalan kita di penghujung Ramadhan ini dan seterusnya pada bulan – bulan yang lain. Kali ini, kami ingin mengajak para pembaca sekalian , agar sama- sama mengimbas kembali sejarah generasi terdahulu dimana hidup mereka penuh dengan amalan kebaikan dan tunduk patuh kepada perintah Allah. Mereka melakukan kewajipan jihad, sebagaimana mereka melaksanakan kewajipan berpuasa di bulan Ramadhan.

Apa yang ingin kami kongsikan disini kali ini ialah tentang satu peristiwa yang agung dalam peradaban Islam. Peristiwa di mana umat Islam bersatu menentang tentera Tartar dari Mongolia dan mengalahkan mereka. Kebanyakan ahli sejarah berpendapat bahawa perang ini merupakan satu titik perubahan (turning point) bagi kebiadapan dan kerakusan tentera Mongol yang menghabisi segala apa yang mereka lalui dari timur ke barat dan akhirnya kemaraan mereka ditamatkan oleh tentera- tentera Allah di Ain Jalut.

Hulagu Khan, pewaris tahta Gengis Khan

Empayar Mongol diasaskan oleh Genghis Khan pada abad ke-13 M. Genghis Khan bercita- cita untuk meluaskan empayarnya dari timur ke barat dan meranapkan apa sahaja yang menghalang mereka dari mencapai cita- cita tersebut. Kempen invensi mereka bermula dengan menakluki beberapa negara di sekitar Mongolia dan mereka terus mara ke sebelah timur yang dikuasai oleh umat Islam. Malangnya cita- cita Genghis Khan untuk melihat empayarnya terbentang luas dari timur ke barat tidak kesampaian apabila nyawanya telah dicabut oleh Allah, setelah beliau jatuh dari kuda tunggangannya. Namun begitu, pada 1251M, Hulagu Khan iaitu cucu kepada Genghis Khan setelah dilantik menjadi pewaris takhta empayar Mongol, berjanji untuk meneruskan cita- cita datuknya untuk menguasai seluruh penjuru dunia.

Untuk merealisasikan impian ini, Hulagu Khan mengumpul kekuatan tenteranya di Asia Tengah selama 2 tahun sebelum melancarkan serangan ke atas umat Islam yang bernaung di bawah keKhilafahan Abasiyyah. Pada tahun 1253M, hulagu Khan mula melakukan ekspedisi penaklukan ke atas wilayah Khilafah Abasiyyah. Tentera yang telah menakluk 200 kota dalam masa hanya 2 tahun ini dan mampu bergerak sejauh 100 batu dalam masa satu hari serta memiliki peralatan peperangan yang canggih, hasil daripada invensi jurutera- jurutera perang mereka, akhirnya telah berjaya menusuk masuk ke jantung Khilafah Abasiyyah. Akhirnya pada tahun 1258M, Baghdad, iaitu ibu kota Khilafah Abasiyyah jatuh ke tangan tentera Tartar.

Kejatuhan Baghdad & Surat Hulagu Khan

Kejatuhan Baghdad merupakan satu peristiwa yang sangat tragis dalam sejarah umat manusia. Setelah berjaya mengalahkan tentera- tentera Khilafah, tentera Monggol dengan biadapnya membunuh seramai 1.8 juta kaum muslimin yang berada di kota Baghdad. Juga tidak ketinggalan, Khalifah umat Islam turut dibunuh dengan kejam. Selama 3 tahun setengah, umat Islam hidup tanpa Khalifah. Ada ahli sejarah menukilkan bagaimana si Hulagu Khan ini melakukan pembunuhan terhadap khalifah dengan cara memasukkan khalifah di dalam gulungan permaidani dan memijak dengan kudanya. Tidak cukup dengan itu, tentera Tartar yang biadap ini memusnahkan banyak kitab- kitab karangan cendiakawan- cendiakawan di Baghdad dengan mencampakkannya ke dalam laut sehingga air laut bertukar kehitaman akibat banyaknya kitab- kitab tersebut.

Hulagu Khan tidak berhenti di sini sahaja. Setelah berjaya menakluki Baghdad, dia mengutuskan deligasi Mongol ke Mamluk Mesir, iaitu Sultan Muzaffar Saifuddin Qutuz. Deligasi ini datang dengan membawa surat dari Hulagu Khan. Surat Hulagu Khan ini berbunyi :

Dari Raja Segala Raja di Timur dan Di Barat, Khan Yang Agung Kepada Qutuz si Mamluk yang lari dari pedang-pedang kami!

Kamu seharusnya berfikir mengenai apa yang telah berlaku ke atas negara-negara yang lain dan menyerah kepada kami. Kamu telahpun mendapat khabar berita bagaimana kami telah menawan empayar yang begitu besar, menyucikan bumi ini dari kerosakan yang mencacatkannya. Kami telah menawan kawasan yang luas dan membunuh semua manusia dengan kejam. Kamu tidak akan terlepas dari kerakusan dan kekejaman tentera kami!

Ke mana lagi kamu ingin lari? Jalan mana lagi yang kamu akan gunakan untuk melepaskan diri dari kami? Kuda-kuda kami berlari kencang, anak-anak panah kami tajam, pedang-pedang kami bagaikan guruh yang menakutkan, hati-hati kami keras bagaikan gunung ganang, askar-askar kami banyak tak terbilang. Benteng-benteng kukuh tidak akan dapat menghalang kami, senjata-senjata tidak akan dapat membendung kami. Doa kamu tidak akan membawa apa-apa pengertian ke atas kami. Kesedihan dan ratapan tidak kami pedulikan. Hanya mereka yang merayu untuk perlindungan kami akan selamat.

Bersegeralah dalam membalas surat ini sebelum api peperangan bermula. Jika kamu melawan, maka barang pasti kamu akan menderita dan tersiksa dengan kehancuran yang dahsyat. Kami akan menghancurkan masjid-masjid kamu dan mendedahkan kelemahan Tuhan kamu. Kemudian kami akan membunuh anak-anak kamu dan orang-orang tua di kalangan kamu.

Kini, hanya kamulah satu-satunya musuh yang perlu kami hadapi.


Setelah menerima surat tersebut, Saifuddin Qutuz tidak gentar sedikitpun. Malah beliau dengan berani menempelak deligasi tersebut dan membunuh mereka dan kepala mereka di gantung di pintu kota Mesir. (Nota : Islam tidak membenarkan membunuh deligasi asing yang diutuskan. Kebanyakan ahli sejarah menyatakan bahawa tujuan kedatangan deligasi tersebut bukanlah sekadar menghantar surat Hulagu Khan semata- mata, tetapi telah bertindak sebagai mata- mata tentera Tartar).

Maranya Tentera- Tentera Allah

Saifuddin Qutuz mula mengumpulkan tenteranya dan akhirnya tenteranya mencecah seramai 20 000 orang tentera. Mereka telah bermesyuarat dan akhirnya mereka memutuskan untuk meyerang tentera Mongol di luar kota Mesir iaitu melakukan tindakan offensif terhadap tentera Mongol. Tentera- tentera Allah ini mula bergerak ke luar kota Mesir menuju ke arah Palestin dan bertembung dengan tentera Tartar yang diketuai komandernya, Kitbuqa di Ain Jalut. Maka berlakulah peperangan yang amat dahsyat antara kedua- dua belah pihak. Semasa peperangan sedang sengit berlaku, Saifuddin Qutuz membuka topeng besinya dan menunggang kuda menuju ke tengah medan pertempuran dan memberi motivasi kepada tenteranya agar berjuang habis- habisan dan memburu syurga Allah. Beliau bertakbir beberapa kali dan terus meluru ketengah- tengah musuh.

Semasa perang Ain Jalut, isteri Sultan Saifudin Qutuz, iaitu Jullanar turut menyertainya. Ketika Jullanar sedang nazak, Saifudin Qutuz memapahnya dan berkata : ”Wahai Kekasihku”. Jullanar membalas dengan berkata : ”Wahai Saifuddin, lebihlah kasih kamu terhadap Islam”. Setelah itu, Saifuddin Qutuz terus mara ke medan tempur dan akhirnya pada hari Jumaat, 25 Ramadhan 658H, bersamaan dengan 3 September 1260M tentera- tentera Allah ini telah memperoleh kemenangan ke atas tentera Tartar di Ain Jalut. Tentera Tartar yang tidak pernah terkalahkan ini (sekiranya kalah dibeberapa medan perang, mereka akan mampu menebus balik kekalahan mereka), akhirnya tersungkur dihadapan mata pedang kaum muslimin dan tidak mampu menebus kembali kekalahan mereka di Ain Jalut.

Khatimah

Apa yang ingin kami bingkiskan disini bukanlah hanya peristiwa sejarah semata- mata. Tetapi yang lebih utama ialah supaya kita semua mengambil ibrah (pengajaran) daripada peristiwa yang berlaku. Sekiranya Sultan Muzaffar Saifuddin Qutuz bersama- sama dengan tenteranya sejumlah 20 000 orang mara kehadapan menentang satu ketumbukan tentera yang tak pernah kalah di bulan Ramadhan, sepatutnya ia sudah cukup memberi isyarat kepada kita bahawa bulan Ramadhan bukanlah bulan yang hanya semata- mata bulan ruhiyyah semata- mata, tetapi juga merupakan bulan siyasah (politik). Ketaatan dan kepatuhan kita menunaikan ibadah puasa sepatutnya sama dengan kepada ketaatan dan kepatuhan kita untuk melaksanakan seluruh ajaran Islam, termasuklah jihad dalam menghadapi musuh- musuh Allah.

Dalam menghadapi musuh- musuh Allah ini, sudah pastinya kita memerlukan satu kekuatan yang amat padu dari segenap aspek dan satu perpaduan yang amat utuh yang lahir dari aqidah yang satu iaitu Islam. Umat Islam yang kira- kira seramai 1.6 billion merupakan sumber tenaga manusia yang sangat besar. Sekiranya sumber- sumber ini disatukan dan difokuskan oleh seorang Khalifah, pastinya akan menghasilkan satu kekuatan besar dan peradaban Islam yang sangat agung. Ini bukanlah satu dongengan dan omong- omong kosong semata- mata, tetapi sejarah telah membuktikan hasilnya. Umat yang satu ini, pastinya akan mampu memakmurkan muka bumi ini sekiranya Islam diterapkan ditengah- tengah kehidupan mereka. Islam dijadikan ideologi dan menjadi penggerak kepada seluruh tindak tanduk umat yang satu ini dan bukannya dengan ideologi selainnya. Akhir sekali, kami berharap semoga Ramadhan kali ini merupakan Ramadhan terakhir bagi umat Islam meyambutnya tanpa adanya Khilafah. Allahu Akbar!

Amalan Di Malam Hari Raya Aidil Fitri


Hadith :
Daripada Abi Umamah r.a, daripada Nabi Muhammad SAW bersabda: “ Sesiapa mengerjakan amal ibadat pada malam hari raya (Aidil Fitri dan Aidil Adha) dengan mengharapkan keredhaan Allah semata-mata, hatinya tidak akan mati (pada hari qiamat) sebagaimana matinya hati (orang-orang yang kufur engkar) pada hari itu.”
(Ibnu Majah)

25 Tips Raikan Syawal

Malam Aidil Fitri

1. Banyakkan bertakbir.
Mulakan selepas salam pada solat Maghrib dikuti dengan bertahmid, bertasbih Takbir boleh dilakukan sama ada secara berjemaah atau bersendirian, di masjid, surau atau di rumah bersama-sama keluarga. Pada zaman Rasulullah SAW takbir itu dikumandangkan sehingga ke jalan-jalan, rumah-rumah dan masjid.

2. Berdoa dan berbuat kebaikan pada malam raya.
Imam Syafie berkata doa itu mustajab pada lima malam berikut iaitu Malam Jumaat, malam Hari Raya Aidilfitri, Malam Hari Raya Haji, Malam Awal Bulan Rejab dan Malam Nisfu Syaaban.

3. Berqiamulail.
Kalau tak berqiam pun (ada pandangan yang menolak disebabkan hadis di bawah, hadis daif) sekurang-kurangnya jangan terlupa langsung solat sunat qabliah ba’diah, Lebih teruk lagi tak solat langsung dah disebabkan bakar lemang atau masak ketupat. Niat nak buat maksiat serta berhibur dengan pelbagai program yang melalaikan hingga ke pagi, batalkanlah. Rasulullah SAW bersabda bermaksud: “Sesiapa yang menghidupkan malam Aidilfitri dan Aidiladha, hatinya tidak mati pada ketika hati mereka yang lain mati.”

Siang Aidil Fitri

4. Jangan berpuasa pada siang 1 Syawal kerana hari itu, Allah haramkan kita berpuasa.

5. Jangan kongsi raya dan jangan menganggap Aidilfitri sama dengan perayaan-perayaan lain.

6. Kemaskanlah diri.
Gunting-guntinglah rambut yang nampak dan yang ‘tak nampak’. Bersihkanlah daki-daki badan termasuk anggota badan lain seperti kuku kaki dan tangan.

7. Disunatkan mandi pagi.
Hal ini dijelaskan dalam hadis Ibnu Umar dalam kitab al-Muwatta’, bahawa Rasulullah SAW mandi pada pagi Aidilfitri sebelum Baginda bergerak ke masjid.

8. Sunat memakai pakaian yang terbaik dan tercantik, walaupun tak baru. Imam Baihaqi ada menyebutkan bahawa Ibnu Umar menjelaskan bahawa baginda Rasulullah SAW mengenakan pakaian yang terbaik dan tercantik bagi meraikan kedua-dua hari kebesaran Islam; Aidilfitri dan Aidiladha.

9. Kalau mampu, pakailah pakaian yang baru beli.
Jangan simpan baju raya untuk bawa berjalan ke rumah orang atau mengorat anak dara/teruna orang. Sunat bawa ke masjid.

10. Sunat mengenakan haruman (tidak kepada wanita).
Kalau yang kalut tu. Pagi-pagi raya dok cuci kereta, basuh motor atau bakar lemang lagi, elok taruk banyak-banyak sikit minyak wangi atau mandi sekali lagi.

11. Makan terlebih dahulu.
Sebelum berangkat ke masjid makanlah dulu. Jangan habiskan semua kurma dalam bulan Ramadan. Simpan sikit untuk 1 Syawal. Sebuah hadis dari Anas bin Malik telah menjelaskan bahawa Baginda SAW makan kurma dengan bilangan yang ganjil (3,5,7 dan sebagainya) sebelum pergi menunaikan solat sunat Aidilfitri.

12. Sebelum solat bermaaf-maafan dengan keluarga.
Betullah, tidak ada masa tertentu atau musim yang khusus untuk kita bermaaf-maafan. Cuma apabila berada pada hari kebesaran Islam ini eloklah kita gunakan kesempatan tersebut, untuk mengikis perasaan ego dan takbur diri dengan memaafkan segala kesalahan saudara-saudara kita. Bukan senang nak jumpa, nak peluk cium dan sebagainya. Kalau nak bergambar pun, bergambarlah sekeluarga masa ini. Lepas raya dah berterabur, pakatpakat berjalan belaka.

13. Pergi ke masjid melalui jalan lain dan pulang melalui jalan lain.
Hikmahnya agar bertemu ramai orang. Maklumlah bukan selalu balik. Rupa pun dah berubah. Berkenal-kenalanlah kalau berselisih dengan orang. Tengok-tengoklah jalan kampung yang semak dengan lalang atau jalan berlubang, jambatan patah dan lain-lain. Jangan tunggu YB. Hulurkan duit lebih dalam tabung masjid.

14. Lambatkan solat sunat Aidilfitri.
Lambatkanlah sedikit solat. Pesan kat tok imam yang gilirannya bertugas. Jangan bertukar dengan solat hari raya korban. Melewatkan solat Aidilfitri bertujuan memberi masa bagi sesiapa belum mengeluarkan zakat fitrah. Zakat fitrah wajib dikeluarkan sebelum menunaikan solat Aidilfitri.

15. Solat hari raya tidak perlu dilaungkan azan dan iqamah.
Ditunaikan sebanyak 2 rakaat. Rakaat pertama ada 7 kali takbir dan rakaat kedua ada 5 kali takbir. Hukum bilangan-bilangan takbir ini adalah sunat bukan wajib. Jika takbir ini tertambah atau terkurang, solat hari raya tetap sah.

16. Surah yang dibaca dalam solat
Bagi yang terlupa, di dalam Sahih Muslim disebutkan bahawa Baginda menunaikan solat sunat Aidilfitri dengan membaca surah al-’Ala pada rakaat pertama dan al-Ghasyiah pada rakaat kedua.

17. Solat raya terlebih dahulu diikuti khutbah.
Jangan tertukar. Maklumlah setahun seklai. Ini berdasarkan hadith di dalam Musnad Ahmad daripada Ibn ‘Abbas r’anhuma

18. Dengar Khutbah.
Kemuncak Hari Raya Aidil Fitri, bukan baju baru, kuih raya, lemang atau ketupat. Tak ada pun tak mengapa. Kemuncaknya ialah mendengar khutbah. Jangan jadi macam budak-budak belum habis salam lagi berderau enjin motor balik. Kadang-kadang bapak budak lebih daripada anak lagi.

19. Solat di lapangan, terbuka agar mendengar khutbah hinggakan kepada kaum wanita, tidak kira yang tua atau muda, yang uzur atau sebaliknya. Cuma mereka yang uzur diarahkan agar berada di luar masjid kerana halangan keuzuran tersebut seperti riawayat Ummi ‘Atiah dalam Sahih Bukhari dan Muslim.

Selepas Solat

20. Mendoakan orang lain.
Jangan sekadar ucap Selamat Hari Raya, Maaf Zahir dan Batin sahaja hingga terlupa ucapan yang lebih bermakna daripada itu. Ucapkanlah tahniah dan selamat, di samping saling berdoa agar amalan-amalan kita sepanjang Ramadan lepas diterima Allah. Lafaznya: Taqabbalallahu Minna wa Minkum Soleh al-’Amal.

21. Bermaaf-maafan dengan yang kenal dengan yang tidak.
Jangan memilih untuk bersalaman. Bersalm dan bermaaf-maafan dengan semua orang. Dalam sepotong hadis, Baginda bersabda maksudnya: Harta itu tidak akan luak atau berkurangan akibat sedekah, dan tidaklah bertambah di sisi Allah SWT bagi seseorang yang sudi memaafkan, melainkan kemuliaan dan tidaklah seseorang merendah diri melainkan akan diangkat oleh Allah SWT (Riwayat Muslim)

22. Ziarah-menziarahi sesama Muslim.
Selepas solat jangan terus balik. Elok pergi rumah guru-guru dulu. Inilah sebabnya Baginda SAW mengambil yang lain sewaktu pulang daripada solat tersebut. Hikmahnya singgahlah dulu rumah sahabat-sahabat dan jiran tetangga yang ditemui atau diziarahi untuk mengucapkan tahniah atas kejayaan beroleh kemenangan berpuasa selama sebulan Ramadan.

23. Bersedekah - pemberian duit raya.
Soalnya adakah ia satu keperluan dalam agama atau hanya suatu budaya?
Kalau dah rajin bagi sedekah sebelum raya dan hari raya pun bagi sedekah itu ibadah. Andai seumur hidup atau setahun sekali baru bagi sedekah itu namanya adat. Sedekah itu ibadat bukan adat.

Harus diingat, sedekah tidak hanya duit raya, kuih raya juga sedekah, gula-gula juga sedekah untuk anak-anak bagi yang tak mampu. Yang penting ialah ikhlas dan menghargai kesungguhan mereka berpuasa. Tanyalah dulu berapa hari puasa. Kalau puasa penuh bagilah RM30 seorang. RM1 sehari. Ah, cadangan sahaja. Utamakan juga kepada anak-anak, isteri, suami, ibu bapa dan mertua.

24. Menziarahi Kuburan.
Tak salah menziarahi kubur. Bukankah ia sunah yang disyariatkan oleh Nabi Muhammad SAW supaya ingat mati. Dalam sepotong hadis, Baginda menegaskan: Aku dahulunya pernah melarang kamu semua menziarahi kubur, sekarang ziarahlah ia, lantaran ia dapat mengingatkan kamu dengan Hari Akhirat. (Riwayat Muslim)

Isunya kenapa pagi Hari Raya Aidilfitri? Kalau dah balik awal ke kampung, ziarahlah awal-awal sikit. Bersihkanlah mana yang patut. Kecuali kalau ‘mobile’, pagi raya tu baru sampai kampung. Petang dah nak balik rumah mentua-mentua yang lain. Bolehlah tengok sekejap.

Orang bandar bukan selalu balik kampung kan? Masalahnya orang kampung situ pun ziarah kubur pada hari raya juga. Itu taklah jadi ibadat, maka ia akan jadi adat dan taku-takut jatuh khurafat pula.

25. Boleh ke raya pada 1 Syawal sahaja?
Boleh ‘Raya’ sebulan selagi amalan itu tidak bertentangan syariat, cuma dalam Islam Aidil Fitri hanya 1 Syawal sahaja. 2 Syawal dan hari seterusnya sudah dibenarkan berpuasa ganti dan sunat. Buatlah puasa sunat enam syawal cepat-cepat. Dalilnya ialah sabda Nabi SAW ; “Sesiapa berpuasa bulan Ramadhan, kemudian ia ikuti dengan berpuasa enam hari di bulan syawal, maka ia seolah-olah berpuasa setahun” (HR Imam Muslim dari Abu Ayyub al-Ansari r.a.)

Wallahu ‘A’lam. Tips-tips ini boleh dicabar kewibawaannya dan boleh dibincang-bincangkan lagi. Moga boleh jadi rujukan. - al-Kurauwi

Sumber : Ibnu Ahmad al-Kurauwi Wordpress

Beberapa amalan menghidupkan malam, pagi raya Aidilfitri

Zaini Hashimi

Dalam beberapa hari lagi Ramadan yang mulia akan melabuhkan tirainya yang menandakan berakhirnya kemuliaan bulan ini dan disusuli pula dengan kedatangan Hari Raya Aidilfitri, atau menurut bahasa Arabnya ialah ‘Idul Fitri yang bermaksud kembali kepada fitrah.

Ini kerana sepanjang sebulan di bulan Ramadan, seseorang itu telah memenuhkan agenda bulan tersebut dengan pelaksanaan amal ibadat yang mampu menjadikannya sebagai hamba Allah yang terbaik seperti membaca dan bertadarus al-Quran, bersolat jamaah sama ada solat-solat fardu dan tarawih, bersedekah, beriktikaf dalam masjid, memberi atau menyediakan juadah berbuka puasa kepada mereka yang berpuasa dan banyak lagi.

Seolah-olah amalan yang dilakukan itu menjadikannya bersih serta suci bagaikan anak-anak kecil yang baru dilahirkan oleh ibu-ibu mereka, inilah yang dikatakan kembali kepada fitrah, selagi mana seseorang tidak memelihara fitrah selepas Ramadan, maka tidak mustahil fitrah dirinya terdedah kepada virus yang menjerumuskannya ke dalam lembah kehinaan.

Walau bagaimanapun kejayaan mentarbiahkan diri sebulan pada bulan Ramadan dan berakhir dengan sambutan Aidilfitri, tidak disia-siakan kerana Allah SWT memuliakan mereka dengan hari raya seperti yang diungkapkan-Nya menerusi ayat 185 surah al-Baqarah yang bermaksud: "Dan supaya kamu cukupkan bilangan puasa sebulan Ramadan dan supaya kamu membesarkan Allah dengan Takbir dan Tahmid serta Takdis kerana mendapat petunjukNya dan supaya kamu bersyukur."

Sesungguhnya umat Islam merayakan hari raya ini dengan penuh kesyukuran dan dengan pelbagai jenis amal bakti yang diredai oleh Allah SWT, di antaranya solat Hari Raya, ziarah menziarahi di antara sesama mereka, bersedekah dan lain-lain lagi.

Kemuliaan Hari Raya

Kemuliaan Hari Aidil Fitri diterangkan oleh Allah di dalam Al-Quran dan oleh Rasulullah di dalam beberapa hadisnya.

Oleh itu umat Islam amat digalakkan untuk menghidupkan malam Hari Raya sama ada Hari Raya Puasa atau Hari Raya Korban.

Sehubungan dengan inilah Allah berfirman di dalam Al Quran menerusi ayat 185 surah al-Baqarah yang bermaksud: "Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangan (hari terakhir Ramadan 30 hari) dan kamu mengagungkan Allah (bertakbir raya) atas petunjuk-Nya yang dianugerahkan kepada kamu agar kamu menjadi orang-orang yang bersyukur."

Kemuliaan Hari Raya juga diterangkan di dalam Hadis seperti sabda Rasulullah s.a.w. yang bermaksud: Daripada Umamah r.a. bahawasanya Nabi Muhammad s.a.w. telah bersabda barang siapa mengerjakan amal ibadah pada malam Hari Raya Aidilfitri dengan mengharapkan keredaan Allah semata-mata hatinya tidak akan mati pada hari kiamat sebagai matinya hati orang-orang yang kafir ingkar pada hari kiamat.

Daripada hadis di atas dapatlah kita membuat kesimpulan bahawa Hari Raya satu perkara yang disyariatkan dalam Islam dan pada Hari Kiamat kelak orang-orang yang beriman dan beramal soleh hatinya hidup bahagia dan gembira kerana berjaya mendapat balasan yang baik dan keredaan Allah azzawajallah hasil daripada amal-amal kebajikan yang mereka kerjakan di dunia seperti berpuasa di bulan Ramadan.

Sebaliknya orang yang kufur dan ingkar hatinya mati mereka hampa dan kecewa pada hari itu kerana dimurkai oleh Allah dan mereka ditimpa dengan seburuk-buruk balasan.

Terdapat juga hadis-hadis yang lain yang menceritakan tentang menghidupkan malam Hari Raya seperti hadis yang diriwayatkan oleh Imam Tabrani r.a. yang bermaksud:

"Barang siapa menghayati malam Hari Raya Aidil Fitri dan malam Hari Raya Aidil Adha dengan amal ibadah sedang dia mengharapkan keredaan Allah semata-mata hatinya tidak akan mati seperti hati orang-orang kafir."

Umat Islam digalakkan menyambut Hari Raya Aidil Fitri dengan tahmid sebagai bersyukur kepada Allah bersempena dengan hari yang mulia itu. Ini diterangkan di dalam Al-Quran dan juga di dalam hadis Rasulullah s.a.w.

Firman Allah SWT, maksudnya: Dan supaya kamu cukupkan bilangan puasa sebulan Ramadhan dan supaya kamu membesarkan Allah dengan Takbir dan Tahmid kerana kamu telah mendapat petunjukNya dan supaya kamu bersyukur."

Daripada hadis pula sebagaimana sabda Rasulullah s.a.w. diriwayatkan oleh Abu Hurairah r.a. maksudnya: Hiasilah Hari Raya kamu dengan Takbir dan Tahmid.

Di dalam hadis yang lain Rasulullah s.a.w. bersabda daripada Anas r.a. maksudnya: Hiasilah kedua-dua Hari Raya kamu iaitu Hari Raya Puasa dan juga Hari Raya Korban dengan Takbir, Tahmid dan Taqdis.

Ini bermakna, seseorang muslim itu adalah digalakkan agar menghidupkan malam hari raya dengan amalan-amalan yang boleh mendekatkan dirinya kepada Allah bagi menjamin hatinya tidak akan mati pada hari kiamat.

Adalah lebih baik mengemas rumah, menjahit baju yang masih belum siap, menggosok pakaian raya untuk persiapan solat pagi raya bagi membesarkan Allah, menggantung langsir dengan niat mencantikkan rumah, kerana Allah suka kepada yang indah dan cantik, daripada menghabiskan sepanjang malam raya dengan menonton rancangan televisen, apatah lagi rancangan hiburan, filem, seloka Aidilfitri, mendengar lagu raya yang mengasyikkan, kerana tindakan itu sedikit sebanyak boleh menjejas pahala yang kita raih sepanjang bulan Ramadan.

Aktiviti pagi raya

1. Aidilfitri digalakkan bersarapan terlebih dahulu.

2. Mengenakan pakaian raya yang baru (tapi ia bukan satu kemestian) serta berwangi-wangian bagi orang lelaki.

3. Bersegera pergi ke tempat solat, sama ada masjid, surau, dewan terbuka atau di tanah lapang, iaitu dengan melalui jalan lain dari jalan yang dilalui sebelum menunaikan solat.

4. Antara amalan yang patut dilakukan pada Hari Raya Aidilfitri ialah amalan berziarah. Amalan ini adalah bertepatan dengan suruhan agama Islam itu sendiri.

5. Pada pagi Hari Raya, umat Islam yang telah kehilangan saudara-mara akan mengunjungi pusara mereka dan menghadiahkan Surah Al-Fatihah atau bacaan surah Yaasin.

6. Kemudian mereka akan berkunjung ke rumah jiran tetangga, sanak saudara dan rakan taulan.

Ini kerana mereka akan bermaaf-maafan dan melupakan kesilapan yang lampau. Pada asasnya, Hari Raya adalah hari untuk bergembira, bermaaf-maafan, dan hari untuk mengeratkan tali persaudaraan di kalangan umat Islam di samping meraikan kejayaan beribadah kepada Allah.

7. Menceriakan suasana hari raya dengan memberi anak-anak sampul duit raya (sebagai amalan 'idkhal as-surur' iaitu menggembirakan orang lain terutama kanak-kanak.)

Sumber : Harakah Daily

FAJAR 916

Fajar 16 Sep sudah menyinsing. Berdasarkan kenyataan DSAI semalam di Stadium Kelana Jaya, jumlah MP sudah mencukupi.

Kesemua pemimpin komponen Pakatan Rakyat telah menandatangani dokumen perlantikan DSAI sebagai PM. Lebih 32 MP Be End juga telah menandatangani akuan atau memberi akujanji/ jaminan menyokong DSAI sebagai PM. Untuk sebab-sebab sekuriti nama-nama mereka tidak dapat dihebahkan.

The big question mark is bila peralihan kuasa nak dibuat?

First-DSAI dan pimpinan PR akan berjumpa Pak Lah sehari dua ini untuk maklumkan beliau jumlah MP yang mencukupi. DSAI akan meminta Pak Lah melepaskan jawatan secara terhormat dan beradab.

Samada Pak Lah bersetuju atau tidak, DSAI dan pimpinan PR akan bertemu YDP Agong untuk mempersembahkan nama-nama MP yang menyokong DSAI menjadi PM. Jika YDP Agong mahu berjumpa kesemua MP berkenaan, maka kesemua MP akan di bawa mengadap Tuanku. Apa pun jika YDP Agong berpuashati maka Baginda akan memanggil Pak Lah dan menasihatkan Pak Lah melepaskan jawatan.

Di waktu ini Pak Lah sebagai PM mempunyai 3 pilihan.
Pertama, beliau boleh melepaskan jawatan. Jika itu berlaku maka DSAI akan dipanggil mengadap untuk menerima jawatan PM.
Atau Pak Lah boleh menasihatkan YDP Agong membubarkan Parlimen. Bermakna kita terpaksa ke pilihanraya umum dalam tempoh 60 hari.
Ketiga Pak Lah boleh nasihatkan YDP Agong supaya menggantung Parlimen dan mengisytiharkan darurat. Maka jika itu yang berlaku, Parlimen & kabinet akan digantung dan YDP Agong hendaklah melantik seorang yang baginda percayai untuk menjadi Pengarah Majlis Gerakan Negara (Mageran). Pengarah yang dilantik ini mempunyai kuasa mutlak dan hanya menjawab kepada YDP Agong.

The next 10 days akan menjadi very critical. It can go either way. So you people can see that walaupun kita mempunyai jumlah MP yang cukup, namun ada beberapa prosedur dan perkara teknikal yang perlu diselesaikan dan di atasi.

So itulah keadaannya sekarang. Kiita mohon kepada ALLAH agar memberi perlindungan dan petunjuk serta kekuatan untuk melakukan yang terbaik untuk Islam, bangsa& negara.
Adios..

Zulkifli Noordin

Sent from my BlackBerry® wireless device via Vodafone-Celcom Mobile.

Ramadan peluang mengislah diri

Ustaz Zainudin Hashim
Thu | Sep 04, 08 | 3:28:00 pm MYT

Umat Islam seluruh dunia wajib bersyukur kerana masih lagi berkesempatan pada tahun ini menikmati kehadiran bulan Ramadan yang ditunggu-tunggu, kerana kedatangannya membawa seribu makna yang tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata.

Apapun Ramadan memang benar-benar menjanjikan yang terbaik berupa amalan-amalan, yang bukan sahaja tidak dijanjikan pada bulan-bulan lain selainnya, malah setiap amalan itu pula diganjari dengan pahala yang berlipat kali ganda. Ia bertujuan untuk menggalakkan umat agar suka beribadat untuk mencari keredaan Allah SWT.

Ditambah pula dalam Ramadan terdapat 'Lailatul Qadr', tadarus al-Quran, tazkirah, sesi berbuka puasa dan sahur, qiamullail, iktikaf, pengeluaran zakat fitrah, sedekah, penyediaan juadah berbuka puasa untuk orang yang berpuasa, bersolat jemaah pada solat lima waktu, bersegera melakukan kebaikan dan banyak lagi merupakan amalan-amalan yang boleh melonjakkan prestasi seorang individu Muslim itu kepada Allah SWT.

Bayangkan, bahawa Rasulullah s.a.w. ada menegaskan dalam sebuah hadisnya yang diriwayatkan oleh Salman al-Farisi maksudnya, setiap amalan sunat seseorang Muslim itu pada bulan Ramadan dianggap sebagai satu amalan fardu, dan amalan fardunya pula diganjari hingga 700 pahala, ia bertujuan menggalakkan kepada semua agar bersungguh melakukannya dan meraih pahala daripada allah SWT.

Kaedah bagi melakukan pengislahan diri pada bulan Ramadan

* Iringkan diri anda sentiasa bersama niat yang suci untuk melakukan pengislahan diri sepanjang bulan Ramadan.

* Persiapkan diri anda dengan perancangan rapi untuk berubah dan sentiasa raikan perancangan tersebut.

* Paling utama yang perlu anda lakukan ialah pulihkan hubungan baik dengan Allah, jadikan Ramadan tahun ini sebagai langkah permulaan ke arah itu dengan sentiasa memerhatikan segala kekurangan yang telah anda lakukan terhadap-Nya dalam segenap tindakan beribadat sebelum kehadiran Ramadan.

* Jadikan Ramadan tahun ini untuk bertekad melakukan solat fardu pada awal waktu secara berjemaah di masjid atau surau, sama ada ketika berada di rumah atau di pejabat.

* Mulakan tekad untuk bertadarus al-Quran, bukan sahaja dalam bentuk bacaan, malah meneliti ayat-ayatnya yang terdiri daripada arahan, larangan, janji syurga dan neraka, pahala dan dosa, mengenai hukum-hukum Allah yang wajib dilaksana, ayat-ayat gembira, sedih, ancaman dan sebagainya bagi membangkitkan rasa tanggungjawab untuk menjadikan diri sebagai hamba Allah yang kerdil di sisi-Nya, kerana al-Quran adalah kitab Allah yang abadi hingga ke akhir zaman.

* Berjanji di hadapan Allah untuk menjadi hamba-Nya yang baik, dengan melakukan amar makruf dan nahi mungkar.

* Menjadikan pelaksanaan solat fardu lima waktu sebagai pemangkin kepada meninggalkan perkara-perkara terlarang, sepertimana yang ditegaskan Allah dalam al-Quran, ia dapat dilakukan melalui penghayatan terhadap segenap bacaan yang terkandung dalam ibadat tersebut.

* Bertekad untuk melakukan 'taubat nasuha' iaitu dengan niat dan berazam untuk meninggalakan segala kejahatan, tidak mahu mengulanginya semula, bersahabat dengan orang-orang yang boleh meningkatkan keimanan kepada Allah SWT, kerana setiap satu kesalahan walaupun kecil bentuknya, jika ia dilakukan, sesungguhnya ia telah mengundang kemarahan Allah, menggembirakan syaitan, menjauhkan diri anda daripada syurga, mendekatkan diri kepada neraka, menyebabkan Rasulullah s.a.w. sedih di dalam kubur, menyakiti para Malaikat, mengkhianati seluruh makhluk yang ada di muka bumi ini.

* Layani kedua-dua ibu bapa dengan baik dan sopan khususnya pada bulan Ramadan, ia juga termasuk menghormati golongan yang lebih tua daripada diri anda seperti abang, kakak, para guru dengan ungkapan yang boleh membangkitkan rasa hormat terhadap mereka.

* Berbuat baik terhadap jiran tetangga, kawan-kawan, saudara mara, mohonlah kemaafan atas kesalahan yang pernah anda lakukan terhadap mereka, bukan tunggu menjelangnya awal Syawal.

* Hadiri majlis-majlis tazkirah yang boleh membangkitkan kesedaran dan tanggungjawab terhadap agama.

* Carilah keaiban diri sendiri untuk melakukan pengislahan dengan bersungguh-sungguh, kerana sepanjang Ramadan adalah waktu yang palin sesuai untuk melakukannya, janganlah biarkan Ramadan berlalu tanpa melakukan perkara yang terbaik buat diri anda sendiri.

* Tinggalkan tabiat buruk menjelang Ramadan seperti suka melewatkan solat fardu, melepak, tidak suka berkunjung ke masjid atau surau.

* Hormati bulan Ramadan dengan menutup aurat dengan sempurna lebih-lebih lagi jika anda seorang Muslimah, kerana orang yang tidak menghormati bulan Ramadan dengan menjaga maruah dan harga dirinya tidak mungkin akan diberi syafaat (recommendation) Rasulullah s.a.w. untuk masuk syurga pada hari Kiamat.

Yang penting, pengislahan diri yang mahu anda lakukan itu pada bulan Ramadan, janganlah terhenti dengan kedatangan bulan Syawal, kerana Allah SWT bukan sahaja ada pada bulan Ramadan, malah sepanjang bulan, sepanjang masa Dia memerhatikan kita.

Mudah-mudahan Ramadan tahun ini adalah yang terbaik untuk kita persembahkan ke hadrat Allah SWT. Ingatlah saudara-saudari, umur kita semakin hari semakin meningkat tua, perhatikan sepanjang kita hidup yang sudah pun mencecah puluhan tahun dengan memakan rezeki Allah.

Apa yang telah kita lakuan untuk agama-Nya dari sudut sumbangan, jasa bakti seperti yang pernah ditonjolkan oleh pasa sahabat baginda sebelum mereka meninggal dunia. Sama-samalah kita fikirkan.

Sumber : Harakah Daily

Jangan Percaya Janji Orang Politik


"Di hadapan kita ini ada satu Rang Undang-Undang yang bertujuan hendak memerangi subversif. Di dalam undang-Undang ini ada beberapa peraturan yang ditujukan kepada maksud itu.

Saya bangun menyokong Undang-Undang ini tetapi saya hendak menceritakan beberapa perkara di dalamnya yang pada fikiran saya akan boleh menimbulkan kepayahan dan kesusahan dan akan boleh digunakan bagi maksud yang lain daripada maksud asal Undang-Undang ini.

Tadi, Timbalan Perdana Menteri (Tun Razak) sudah memberikan fikirannya dan dalam ucapannya yang panjang itu dia telah memberi satu tegasan mengatakan bahawa Undang-Undang ini tidak dimaksudkan untuk mencengkam kebebasan demokrasi di dalam negeri ini. Dan dia telah berjanji dan memberi jaminan, tidak pula ada tujuan kerajaan hendak menggunakan Undang-Undang ini bagi maksud menahan perkembangan parti-parti politik yang bertentangan dengan kerajaan. Saya tidak tahu janji ini boleh dipegang atau tidak. Itu akan diterangkan oleh perbuatan-perbuatan yang akan ditunjukkan kepada menteri itu kelak.

Petikan sebahagian daripada ucapan Prof. Zulkiflee Muhammad,
Timbalan Yang Di Pertua Agung PAS di parlimen
dalam perbahasan rang undang-undang
ISA pada 21 Jun 1960

Prof. Zulkiflee Muhammad, Yang Di Pertua Agung PAS telah mengagak ISA ini akan disalahgunakan oleh pemerintah tetapi PAS tetap memberikan sokongan kepada akta ini semasa ianya dibentangkan. Beliau juga telah menjangkakan akta ini akan memberikan kepayahan dan kesusahan kepada orang lain. Tetapi apa lagi hendak dikatakan, nasi telah menjadi bubur.

Prof. Zulkiflee adalah salah seorang pemimpin PAS yang cukup dihormati. Kebijaksanaannya bukan sahaja diakui oleh PAS tetapi juga pemimpin parti-parti lawan. Bagaimanapun sokongannya kepada ISA itu telah menyusahkan generasi hari ini.

Janji orang politik sememangnya tidak boleh dipakai lansung, walaubagaimana baik sekalipun orang itu.

Muawiyah salah seorang sahabat nabi dan juga sebagai penulis wahyu nabi, pernah berjanji kepada Syidina Hassan, cucu Rasulullah bahawa dia akan menyerahkan pemilihan jawatan Khalifah kepada umat Islam selepas kematiannya. Tetapi Muawiyah telah memungkiri janjinya dan menyerahkan jawatan khalifah itu kepada anaknya Yazid sebelum kematiannya.

Atas perbuatannya itu telah menyebabkan kepala cucu Rasulullah, Syidina Hussain dipenggal oleh Yazid dalam peristiwa Karbala.

Jadi kalaulah masih ada dikalangan pemimpin-pemimpin PAS yang masih mahu memberikan kepercayaan kepada UMNO, haruslah memikirkannya berkali-kali. PAS bukan sahaja tertipu dengan pengubalan akta ISA ini, tetapi juga tertipu semasa dijemput menyertai Barisan Nasional dahulu.

Datuk Seri Anwar Ibrahim yang pernah menyerahkan jiwa raganya kepada UMNO satu masa dahulu, juga ditipu oleh UMNO.

Kalau Muawiyah yang bertemu lutut dengan Rasulullah sanggup memungkiri janji yang dibuatnya dengan cucu kesayangan nabi, inikan pula pemimpin UMNO yang tidak pernah takut syurga dan neraka.

Sumber: Blog Abdrahim Kassim

UMNO/BN AKAN "ISA"KAN MUSUHNYA SAHAJA

Utusan Malaysia atau sebutan arabnya "Rasul Malaiziya" memaparkan Berita hari ini bahawa Raja Petra ditangkap dan ditahan mengikut ISA. Kandungan beritanya adalah seperti berikut;

KUALA LUMPUR 12 Sept. — Penulis blog, Raja Petra Kamarudin ditahan mengikut Akta Keselamatan Dalam Negeri (ISA) tengah hari ini.

Menteri Dalam Negeri, Datuk Seri Syed Hamid Albar ketika mengesah penahanan itu, berkata, tindakan itu terpaksa dilakukan setelah diyakini Raja Petra boleh mengganggu dan mengancam keselamatan dan ketenteraman awam

“Raja Petra ditahan di rumahnya pukul 1.10 tengah hari di bawah Seksyen 731 Akta Keselamatan Dalam Negeri,” katanya ketika dihubungi di sini hari ini

Syed Hamid berkata, tindakan itu diambil setelah pelbagai kenyataan dibuat oleh Raja Petra dalam laman blog Malaysia Today termasuk yang terbaru yang didakwa menghina Islam dan Nabi Muhammad (SAW)

“Kita telah banyak kali memanggil dan menasihatkan beliau berikutan kenyataannya namun beliau masih terus menulis hingga boleh menimbulkan ancaman,” katanya. - Bernama
[1]

KOMEN:

a. Benarkah kerana hina islam itu yang menjadi punca Raja Petra di"ISA"kan? Kalau begitu, kenapa tidak "ISA"kan Dr Mahathir yang pernah hina janggut nabi? Kenapa tidak "ISA"kan Astora Jabat yang pernah menghina islam? Dan isunya adalah sama, iaitu isu tudung.

b. Kalau kerana pelbagai articlenya yang kononnya mengganggu dan mengancam keselamatan dan ketenteraman awam. Mengapa tidak ISAkan Ahmad ismail yang mempertahankan kenyataannya yang berbau perkauman, sehingga menyebabkan orang-orang cina marah. Bukankah itu mengganggu dan mengancap keselamatan dan ketenteraman awam?

Kesimpulannya;

UMNO/BN akan ISAkan sesiapa sahaja yang melawannya. Tetapi, disebabkan tiada isu yang hendak menjadi alasan, maka dia senyapkan dahulu. Tetapi, apabila ada isu, mereka pun menjadikannya sebagai alasan untuk ISAkan orang tersebut. Inilah yang sedang dihadapi oleh Raja Petra, walaupun kesalahan yang agak sama juga telah dilakukan oleh pengikut UMNO/BN, seperti Ahmad Ismail, Mahathir dan Astora Jabat.

Dalam komen ringkas ini, ingatlah pesanan Rasulullah SAW yang bersabda;

إِنَّمَا أَهْلَكَ الَّذِينَ قَبْلَكُمْ أَنَّهُمْ كَانُوا إِذَا سَرَقَ فِيهِمْ الشَّرِيفُ تَرَكُوهُ وَإِذَا سَرَقَ فِيهِمْ الضَّعِيفُ أَقَامُوا عَلَيْهِ الْحَدَّ وَايْمُ اللَّهِ لَوْ أَنَّ فَاطِمَةَ بِنْتَ مُحَمَّدٍ سَرَقَتْ لَقَطَعْتُ يَدَهَا

Maksudnya;
"Sesungguhnya telah binasa orang-orang sebelum kamu, kerana mereka meninggalkan (tidak melaksanakan hukuman) kepada orang-orang mulia mereka yang mencuri. Tetapi, apabila orang-orang lemah mereka mencuri, mereka laksanakan hukuman terhadapnya. Demi Allah, sekiranya Fatimah binti Muhammad mencuri, nescaya Aku akan potong tangannya
[2]"

Sekian

Al-Bakistani
http://one-g.blogspot.com

abu_abdillah_azzam@yahoo.com


- Sri Indah (B), Sg Buloh
12 september 2008 * 5:14 petang.

Dr. Mohd Asri Kecewa Sikap Pengarah JAKIM

Laporan: Semalam Akhbar Utusan melaporkan Dr. Mohd Asri menganggap perbuatan Raja Petra adalah biadap. Bahkan kenyataan asal Dr Asri menyebut sesiapa yang menghina Islam atau bersekongkol dengan orang menghina Islam –secara sedar dan faham apa yang dilakukannya- adalah terkeluar dari akidah Islam dan wajib bersyahadah semula.

Akhbar semalam juga melaporkan beliau berpendapat tindakan JAKIM membuat laporan Polis terhadap Raja Petra sebelum diwujudkan sessi dialog dan penegakkan hujah (iqamah al-hujjah) supaya dibetulkan (jika masih ada ruang) akidah pihak yang dianggap menghina Islam iaitu Raja Petra adalah kurang tepat.

Hari ini Pengarah JAKIM, Dato Wan Muhammad (Utusan 8 Sep. 2008) membuat kenyataan sebagai membantah Dr. Mohd Asri seperti berikut: “Masalahnya beliau kerap tidak hadir dalam muzakarah tetapi beliau lebih senang menghadiri program yang lebih beliau sukai dan berorientasikan hizbiah (kepartian). Jadi sudah tiba masanya mufti tersebut ditakdib (diperadabkan), bimbang nanti dia terbelenggu dengan sifat ujub, rasa pandangannya hebat sehingga ada kecenderungan merendah-rendahkan orang lain”. (klik di sini untuk laporan penuh berita 8 Sep. 2008)

Berikut adalah kenyataan Dr. Mohd Asri mengulas kenyataan Pengarah JAKIM berkenaan:

“Saya amat terkejut dengan bahasanya dalam keadaan kita berpuasa ini. Saya seakan membaca kata-kata yang amat tidak sesuai dengan kedudukan seorang Pengarah JAKIM. Saya hanya memberi pendapat bahawa tugasan JAKIM bukan sekadar membuat laporan Polis. Itu boleh dibuat oleh orang biasa, tidak memerlukan institusi sebesar itu.

Dalam bab aqidah, jika ada kes yang seperti ini, maka langkah yang awal adalah membetulkan kesalahan faham terhadap akidah Islam tersebut dengan cara yang dipanggil Iqamah al-Hujjah iaitu penegakkan hujjah. Setelah dia faham, tapi dia masih lagi kekal dengan kesalahan itu, maka hukuman ridah (murtad) atau selainnya boleh diputuskan.

Selepas itu, tindakan secara kekuasaan boleh dibuat. Mana mungkin dalam perkara akidah seseorang dituduh tanpa dia dijelaskan hujah-hujah yang menunjukkan dia terkeluarkan dari akidah yang sahih. Saya tidak menghina JAKIM, cumanya memberikan pandangan yang berbeza. Apakah itu menjadi kesalahannya?

Apakah dalam Islam di Malaysia ini seseorang diharamkan berbeza pendapat dengan Pengarah JAKIM? Beliau membangkitkan saya tidak hadir beberapa mesyuarat, saya sebenarnya malas hendak mengulas. Banyak pun mensyuarat yang saya hadir dan aktif. Cumanya beberapa mesyuarat fatwa saya tidak hadir.

Antaranya, ketika membincangkan hukum terkena dakwat pilihanraya. Maaf, saya rasa segan pada diri saya sendiri untuk datang jauh dari Perlis ke Putrajaya bagi membincangkan hal itu. Ada juga saya tidak hadir kerana terlalu mengejut, sedangkan jadual saya telah tersusun. Ada juga kerana bertembung dengan program negeri. Terbaru JAKIM buat mensyuarat di Terengganu pada tarikh Pilihanraya Permatang Pauh, sedangkan saya pengundi kawasan berkenaan.

Adapun dakwaan beliau saya hadir program kepartian, saya tidak pasti. Semua orang tahu, saya tidak pernah membuat sokongan terbuka untuk sesebuah parti. Memang, saya agak kerap hadir program jemputan Kerajaan Kelantan. Namun saya berbicara atas prinsip-prinsip umum Islam. Mereka menjemput saya dan saya hadir. JAKIM tiada hak dalam perkara itu.

Saya bergerak atas prinsip, bukan untuk keredhaan sesiapa insya Allah. Jemputan pihak lain pun saya hadir. Apa salahnya? Adapun tuduhan beliau tentang ujub dan seumpamanya, pada bulan puasa ini saya serahkannya kepada Allah. Beliau lebih tahu siapa diri beliau.”

JALAN PULANG KE PANGKUAN TUHAN TERLALU LUAS

ANTARA keistimewaan Islam yang agung ini adalah jalan pulang ke pangkuan agama ini amat luas terbuka dan tidak membebankan. Peluang seorang insan kembali ke pangkuan keampunan dan keredaan Allah tidak pernah disekat oleh sebarang jarak waktu, latar diri, keturunan, atau harta.

Sesiapa yang ingin pulang ke pangkuan Allah tidak pernah dihalang oleh agama ini disebabkan jenis dosanya atau keturunan, usianya yang lanjut, atau apa sahaja.

Seseorang yang ingin kembali kepada Allah diterima oleh kerahmatan-Nya dengan syarat insan tersebut menyesali kesilapannya, benar-benar memohon keampunan dan berazam tidak mengulangi kesalahan lalu.

Jika kesalahan itu sesama insan lain, dia memohon maaf dari yang dizalimi. Jika tidak mampu, bimbang mudarat yang lebih besar jika permohonan maaf dibuat, serahkan sahaja urusannya itu kepada Allah dan Allah Maha Mengetahui kadar kemampuan hamba-hamba-Nya.

Firman Allah dalam surah Ali ‘Imran 135-136:

(maksudnya) Dan mereka yang apabila melakukan perbuatan keji, atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat kepada Allah lalu memohon ampun dosa-dosa mereka - dan sememangnya tidak ada yang mengampunkan dosa-dosa melainkan Allah - dan mereka juga tidak meneruskan (perbuatan buruk) yang mereka telah lakukan itu, sedang mereka mengetahui (akan salahnya dan akibatnya). Orang- orang yang demikian sifatnya, balasannya adalah keampunan dari Tuhan mereka, dan syurga-syurga yang mengalir di bawahnya beberapa sungai, mereka kekal di dalamnya; dan yang demikian itulah sebaik-baik balasan (bagi) orang-orang yang beramal.

Islam bukan seperti sesetengah ajaran yang menyuruh seseorang yang berdosa membuat pengakuan di hadapan orang agama, atau melakukan upacara yang menyeksa diri demi penghapusan dosa seperti melukakan diri atau berjalan atas bara api atau membuat bayaran penebusan.

Demikian perbuatan sesetengah pihak mencari rezeki dengan mengambil upah untuk pelupusan dosa solat atau puasa atau ibadah yang lain, bukan dari ajaran Islam. Islam tidak pernah mengenal itu semua. Seperti Islam tidak pernah menerima sama sekalipun perbuatan sesetengah agama lain yang mengeluarkan surat berbayar untuk penghapusan dosa, demikian Islam tidak dapat menerima perbuatan penganutnya jika melakukan hal yang sama dengan mengeluarkan borang pahala yang dijual sempena Ramadan atau selainnya.

Keampunan dan rahmat Allah bukan dijual di jalanan. Ia sangat berkaitan dengan keluhuran jiwa yang ikhlas ingin kembali kepada Allah Yang Maha Pengampun. Jika keampunan hanyalah bayaran yang dibayar kepada pihak tertentu, tentulah semua orang kaya tempatnya di syurga.

Sementara si miskin yang tidak mampu membayar kepada golongan agama tiadalah habuan keampunan untuknya. Maka tidaklah perlu lagi seseorang berpegang dengan agama, cukuplah dengan membanyakkan ongkos, maka selamatlah dia di sisi Tuhan. Aduhai, tentu tidak demikian.

Firman Allah (maksudnya) Hari yang padanya harta benda dan anak-pinak tidak dapat memberikan manfaat sesuatu apapun. Kecuali orang yang datang menghadap Allah dengan hati yang sejahtera. Dan (pada hari itu) didekatkan syurga bagi orang- orang yang bertakwa. Dan diperlihatkan neraka jelas nyata kepada orang-orang yang sesat. (surah al-Syu’ara 88-91).

Seseorang yang berdosa pula, tidak disuruh mendedahkan dosanya kepada orang lain sekalipun di hadapan ulama atau siapapun di kalangan manusia. Bahkan dia disuruh bertaubat antara dia dengan Allah dan menutup keburukan dirinya daripada orang lain.

Nabi s.a.w. bersabda: Sesiapa yang menutup (keburukan) seorang Muslim, Allah tutup (keburukannya) di dunia dan akhirat. (Riwayat Muslim).

Termasuk dalam perkataan Muslim itu diri insan yang berdosa itu sendiri, dia juga tentu seorang Muslim. Maka dia wajib menutup keaiban dirinya. Maka dalam Islam tidak ada ‘pengakuan dosa di hadapan paderi’. Sesiapa sahaja yang berasa berdosa dan ingin kembali kepada Allah, maka dia bertaubat di mana sahaja dia berada.

Sabda Nabi: Sesungguhnya Allah menerima taubat seorang hamba selagi nyawa belum sampai ke halkumnya. (Riwayat al- Tirmizi, dinilai hasan oleh al-Albani).

Aduhai luasnya rahmat Allah dalam agama ini. Bahkan dalam sebuah hadis kudsi,

Allah berfirman: Wahai anak-anak Adam, selagi mana engkau memohon dan mengharapkan dari-Ku, Aku ampunkan engkau walau apapun dosamu, Aku tidak peduli. Wahai anak-anak Adam, jika dosamu sampai ke puncak langit, lalu engkau pohon keampunan dari-Ku, Aku ampunkan engkau, aku tidak peduli. Wahai anak-anak Adam, engkau jika datang kepada-Ku dengan dosa yang hampir memenuhi bumi, namun engkau menemui-Ku tanpa mensyirikkan Daku dengan sesuatu, nescaya aku datang kepadamu dengan penuh keampunan. (Riwayat al-Tirmizi, dinilai hasan oleh al-Albani).

Bahkan kita dilarang kecewa dengan hidup disebabkan dosa yang lalu. Sebaliknya, disuruh agar sentiasa memohon keampunan daripada Allah dan jangan kecewa dari rahmat-Nya.

Firman Allah dengan penuh syahdu dalam surah al-Zumar ayat 53: (maksudnya), Katakanlah: Wahai hamba- hamba-Ku yang telah melampaui batas terhadap diri mereka sendiri (dengan perbuatan maksiat), janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah, kerana sesungguhnya Allah mengampunkan segala dosa; sesungguhnya Dialah jua Yang Maha Pengampun, lagi Maha Mengasihani.

Al-Imam Ibn Kathir (meninggal 774H) ketika mentafsirkan ayat ini menyebut: “Ayat yang mulia ini adalah panggilan untuk semua pembuat dosa dari kalangan yang kufur dan selain mereka agar bertaubat dan kembali kepada Allah. Ayat ini juga adalah pemberitahuan Allah Yang Maha Berkat Lagi Maha Tinggi bahawa Dia mengampunkan segala dosa untuk sesiapa yang bertaubat dan meninggalkannya, walau bagaimana besar dan banyak sekalipun dosa tersebut. Sekalipun bagaikan buih di lautan”. (Tafsir al-Quran al-‘Azim, 4/74, Beirut: Mussasah al-Rayyan).

Maka tidak ada kecewa bagi insan yang berdosa. Sekalipun kadangkala ada dosa yang tidak dapat dimaafkan oleh perasaan insan lain, namun Allah tidak pernah menutup pintunya selagi insan yang berdosa itu insaf, benar-benar kembali kepada-Nya.

Saya bicarakan tajuk ini, sesuai dengan suasana puasa. Juga agar perbincangan agama, janganlah menyebabkan manusia ini kecewa dengan diri mereka dalam mencari jalan pulang ke pangkuan Tuhan.

Agama ini begitu lunak. Pintu untuk mendekati Tuhan tidak pernah hanya dikhususkan untuk orang tertentu semata. Bahkan sesiapa sahaja yang menerima Islam ini dan berusaha mendekatkan diri dengan jalan Rasulullah maka dia akan sampai ke dalam rahmat Allah.

Tiada perbezaan antara mufti, ustaz, imam dan orang biasa. Tuhan tidak pernah menilai insan dengan gelaran-gelaran yang diberikan oleh sesama manusia. Dia melihat keluhuran jiwa dan kesahihan amalan. Entah berapa ramai orang biasa lebih mulia di sisi Tuhan dibandingkan mereka yang bersandar dengan berbagai-bagai gelaran dan pangkat. Jalan pulang ke pangkuan Tuhan tidak pernah mendiskriminasikan manusia.

Kadangkala amat menakutkan kita mendengar ucapan sesetengah orang. Saya pernah mendengar seseorang menyebut “dosa- dosa si polan tidak akan diampunkan Allah.” Ringan perkataan itu di lidah kita, amat berat kesalahannya di sisi Allah.

Sejak bilakah pula kita menjadikan wakil Tuhan dalam memutuskan rahmat atau kelaknatan di kalangan hamba-hamba-Nya. Kita menolak manusia ingin kembali dataran keampunan Allah hanya kerana emosi kita, sedangkan Allah sendiri mengisytiharkan keluasan rahmat-Nya untuk semua.

Marilah kita berkempen untuk manusia mendapatkan rahmat keampunan Allah ini. Bukan untuk orang masjid dan surau sahaja, tetapi juga semua muda-mudi di jalanan, artis di pentas, pemimpin di gelanggang politik dan seterusnya. Jangan menghukum seseorang itu sebagai tidak berpeluang menerima rahmat Allah sedangkan roh masih di jasadnya dan hukuman Allah belum pun kita tahu.

Nabi bersabda: Jika seseorang berkata: Binasalah manusia, maka dialah yang paling binasa. (Riwayat Muslim).

Hadis ini bermaksud apabila seseorang berkata dengan tujuan merendahkan orang lain dan membanggakan dirinya seakan orang lain tidak mendapat kerahmatan, maka dialah akan dibinasakan Allah. Dakwah agama hendaklah merentasi sempadan-sempadan yang dibikin oleh kita. Rahmat Allah mestilah disebarkan ke semua daerah hidup yang pelbagai. Sama ada yang berada di gelanggang sukan, di pentas filem, di medan politik atau apa sahaja.

Janganlah perbincangan agama hanya menggambarkan seakan semua manusia akan memasuki neraka semata, lalu kita lupa Allah ialah Tuhan Yang Maha Rahmat. Ungkapan-ungkapan agama ini adalah ungkapan memberikan harapan, bukan menimbulkan kekecewaan.

Sehingga dalam hadis Nabi bersabda: Seorang telah melakukan satu dosa, lalu dia berkata: Wahai Tuhanku ampunilah dosaku. Lalu Allah azza wa jalla berfirman: Hamba-Ku melakukan dosa dan dia mengetahui bahawa baginya Tuhan yang boleh mengampun dan menghukumnya – dalam riwayat yang lain ditambah: Aku ampunkan dosanya. Kemudian dia kembali melakukan dosa yang lain, dia berkata: Wahai Tuhanku aku telah melakukan dosa ampunilah dosaku. Lalu Allah berfirman: Hamba-Ku melakukan dan dia mengetahui bahawa baginya Tuhan yang boleh mengampun dan menghukumnya-dalam riwayat yang lain ditambah: Aku ampunkan dosanya. Lalu dia melakukan dosa sekali lagi, dia berkata: Wahai Tuhanku aku telah melakukan dosa ampunilah dosaku. Lalu Allah berfirman: Hamba-Ku melakukan dan dia mengetahui bahawa baginya tuhan yang boleh mengampun dan menghukumnya, maka aku ampunkan hamba-Ku in, buatlah apa yang kau mahu Aku ampunkan engkau. (Riwayat al-Bukhari dan Muslim).

Hadis ini bukanlah menggalakkan manusia melakukan dosa, tetapi menceritakan hal seorang hamba yang bertaubat bersungguh-sungguh namun gagal mengawal dirinya lalu tetap terjatuh ke dalam dosa. Setiap kali berdosa, dia ikhlas memohon keampunan dan dia tetap diampun oleh Allah s.w.t.

Hadis ini memberikan semangat kepada mereka yang telah bersalah berulang kali untuk terus bertaubat bukan berputus asa dan terus mengikut jejak langkah syaitan. Walaupun barangkali orang lain akan menyebut kepadanya “tidak guna kau bertaubat, sudah berapa kali kau tetap gagal kekal atas taubatmu”, namun Allah tidak berkata demikian. Dia Yang Maha Pengampun tetap membuka pintu selagi hamba-Nya itu jujur dan ikhlas merintih kepada-Nya.

Jika Allah menutup pintu, maka kekecewaan akan meliputi jiwa hamba yang seperti ini dan akhirnya dia akan terus tenggelam dalam kejahatan. Namun dengan dibuka seperti ini, insan akan terus berusaha kembali kepada Allah setiap kali tergelincir.

Saya amat hairan, ada agama tertentu yang dikatakan mempengaruhi emosi sesetengah anak-anak muda kita disebabkan unsur kasih sayang dan rahmat berkenaan yang ditonjolkan dalam agama. Seakan anak-anak muda kita tidak pernah mendengar tentang keluasan rahmat dan keampunan Allah dalam Islam ini. Lalu mereka pun kagum dengan agama lain dan melupai agama sendiri yang diturunkan Allah ini.

Adakah kerana mereka tidak mempelajari ajaran Islam yang betul? Ataupun kempen kita kepada Islam kurang menonjolkan unsur-unsur kerahmatan agama ini?

Hendaklah kita sedar, dalam dakwah baginda Nabi bukan hanya diceritakan balasan neraka, namun diceritakan juga kenikmatan syurga. Bukan hanya tentang kemurkaan Allah kepada yang menderhakai-Nya tetapi juga rahmat-Nya bagi yang kembali kepada kepada-Nya.

Firman Allah dalam surah al-Hijr 49-50: (maksudnya) Khabarkanlah kepada hamba-hamba-Ku (Wahai Muhammad), bahawa Akulah Yang Maha Pengampun lagi Maha Mengasihani (bagi mereka yang bertaubat dan beramal soleh). Dan bahawa azab-Ku, adalah azab yang tidak terperi sakitnya, (bagi mereka yang tetap dalam kederhakaan).

Di suasana Ramadan ini, semoga taubat mempunyai ruang yang besar dalam hidup kita. Manusia disuruh takut melakukan dosa. Namun jangan kecewa jika tersilap. Di samping insan juga hendaklah selalu beringat, bahawa dosa yang terlampau setelah diberi peringatan, boleh menghilangkan ingatan insan untuk kembali kepada Tuhan.

Firman Allah dalam surah al-Baqarah ayat 6-7: (maksudnya) Sesungguhnya orang-orang yang ingkar itu, sama sahaja kepada mereka: Sama ada engkau beri amaran kepadanya atau engkau tidak beri amaran, mereka tidak akan beriman. (Dengan sebab keingkaran mereka), Allah mematerikan atas hati mereka, pendengaran mereka, dan pada penglihatan mereka ada penutupnya; dan bagi mereka pula disediakan azab seksa yang amat besar.

Sumber : Blog Dr MAZA

Merdeka: Mengubat Cinta Yang Terluka

Beberapa pihak bersungut tentang semangat patriotik generasi muda yang makin terhakis. Hal ini cuba dikaitkan dengan kemurungan mempamerkan semangat kemerdekaan. Juga pelbagai sikap yang lain generasi muda kita yang kelihatan seakan tidak lagi kisah dengan kedaulatan dan harga kemerdekaan negara. Saya tidak pasti sejauh manakah mendalamnya dakwaan ini. Jika benar itu berlaku, tentu ada sebab-sebabnya yang mengheret ke arah tersebut.

Cinta adalah sesuatu yang tidak boleh dipaksa, atau dibuat-buat. Cinta itu lahir daripada lubuk jantung insani disebabkan faktor-faktor tertentu. Cinta lebih mendalam daripada sekadar perasaan suka atau gembira. Cintalah yang telah membina seluruh rangkaian hidup di maya pada ini. Tidakkah kita lihat, tanpa cinta tiada agama, tiada keluarga, tiada negara, tiada kehidupan dalam ertikata yang sebenar.

Agama itu sendiri dibina atas kecintaan kepada Allah dan RasulNya. Sesiapa yang mendakwa beriman, tetapi kontang jiwa dari kesyahduan cinta kepada Allah dan RasulNya, dia sebenarnya seorang pendusta. Firman Allah: (maksudnya)

“Katakanlah (Wahai Muhammad): “Jika bapa-bapa kamu, anak-anak kamu, saudara-saudara kamu, isteri-isteri kamu, kaum keluarga kamu, dan harta benda yang kamu usahakan, dan perniagaan yang kamu bimbang akan merosot, dan rumah-rumah tempat tinggal ang kamu sukai, - (jika semuanya itu) menjadi perkara-perkara yang kamu cintai lebih daripada Allah dan RasulNya dan (daripada) berjihad untuk ugamaNya, maka tunggulah sehingga Allah mendatangkan keputusanNya (azab seksaNya); kerana Allah tidak akan memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik (derhaka)”

(Surah al-Taubah, ayat 24).

Justeru Nabi s.a.w menyebut dalam hadisnya:

“Tiga perkara sesiapa yang ada padanya maka dia mendapati kemanisan iman. (pertama) Hendaklah Allah dan rasulNya lebih dicintai mengatasi selain keduanya. (kedua) Hendaklah dia mencintai seseorang, tidak dia cintainya kecuali kerana Allah. (ketiga) Hendaklah dia benci untuk kembali kepada kekufuran sepertimana dia benci untuk dicampakkan ke dalam neraka”

(Riwayat al-Bukhari dan Muslim).

Cinta mutlak hanya boleh diperuntukkan untuk Allah dan RasulNya. Dalam jiwa insani tidak mungkin untuk berhimpun antara cinta mutlak dan cinta lain yang saling bertentangan. Tidak mungkin untuk sebuah keimanan yang luhur mengizinkan ruang jiwa diisi cintakan seorang kekasih secara mutlak, dalam masa yang sama mencintai musuh kekasih tersebut. Jika itu berlaku, itu adalah cinta yang tidak mutlak sama sekali.

Insan mungkin ada kelemahan dan kesilapan dalam kehidupan. Mungkin ada dosa dan kesalahan, tetapi tiada perkongsian dalam jiwa berhubung cinta mutlak kepada Allah dan RasulNya. Cinta mutlak ini akan dapat dinilai apabila berlaku pertembungan. Firman Allah: (maksudnya)

“Engkau tidak akan dapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, tergamak berkasih-mesra dengan orang-orang yang menentang Allah dan RasulNya, sekalipun orang-orang yang menentang itu ialah bapa-bapa mereka, atau anak-anak mereka, atau saudara-saudara mereka, ataupun kaum keluarga mereka. Mereka (yang setia) itulah, Allah telah menetapkan iman dalam jantung hati mereka, dan telah menguatkan mereka dengan semangat pertolongan daripadanya; dan Dia akan memasukkan mereka ke dalam syurga yang mengalir di bawahnya beberapa sungai, mereka tetap kekal di dalamnya. Allah redha kepada mereka dan mereka redha kepadaNya. Merekalah penyokong (agama) Allah. Ketahuilah! Sesungguhnya penyokong (ugama) Allah itu ialah orang-orang yang berjaya”.

(Surah al-Mujadilah, ayat 22).

Maka tidak mungkin mereka yang mendakwa berjuang untuk Islam, dalam masa yang sama berkasih-sayang kepada penentang ajaran Islam secara terbukti. Bagaimana mungkin mereka yang ingin menegakkan Islam sebagai prinsip dan asas sesebuah negara akan berkasih saya dengan sesiapa yang menentang Islam sebagai teras sesebuah negara? Jika itu berlaku, cinta perjuangan itu tidak mutlak dan ada pembohongan di sebalik dakwaan.

Cinta penting dalam kehidupan. Lahirnya kehidupan insan segalanya atas cinta. Suami isteri hidup atas dasar cinta. Tanpa cinta, porak peranda segalanya. Cinta jugalah yang membesarkan seseorang insan. Cinta ibu, cinta bapa, cinta anak, cinta saudara, cinta sahabat dan seterusnya, itulah yang membuat alam ini berjalan dengan harmoni dan tenteram. Tanpa cinta, akan nampak kecacatan emosi dan ketidakseimbangan perasaan dalam kehidupan insan.

Firman Allah: (maksudnya)

“Dan antara tanda-tanda kebesaranNya bahawa Dia menciptakan untuk kamu (Wahai kaum lelaki), isteri-isteri daripada jenis kamu sendiri, supaya kamu bermesra dengannya, dan dijadikannya antara kamu (suami isteri) perasaan kasih sayang dan belas kasihan. Sesungguhnya yang demikian itu mengandungi keterangan-keterangan (yang menimbulkan kesedaran) bagi orang-orang yang berfikir”.

(Surah al-Rum, ayat 21).

Sesuatu yang bergerak tanpa sayang dan cinta akan lahirlah kepincangannya. Jika seseorang mengakui beriman tapi jiwanya kosong dari mencintai Allah dan RasulNya, maka rosak pegangan dan amalannya. Suami isteri yang hidup tanpa cinta, bagaikan neraka dunia. Hubungan ibubapa dan anak tanpa cinta akan berlakulah penderhakaan. Demikian rakyat, apabila sudah tidak cintakan negara, atau kepimpinannya maka rosaklah ketenteraman dan keharmonian.

Ya! hadis yang menyebut “Cintakan negara itu daripada iman” merupakan hadis palsu, seperti yang diputuskan oleh para ulama hadis (lihat: al-Albani, al-Silsilah al-Da‘ifah, 1/113). Maka tidak wajar untuk sesiapa pun cuba menyandarkan hadis ini kepada Nabi s.a.w. Sekalipun mungkin dari segi maksud, ada kebenarannya. Cuma, bukan semua cinta negara itu termasuk dalam iman.

Rakyat negara komunis juga mungkin mencintai negara mereka, tetapi mereka tidak beriman sama sekali. Kecintaan kepada negara boleh jadi disebabkan faktor iman, jika sesebuah negara itu tertegak dalamnya keadilan, kebenaran dan keharmonian bersesuaian dengan titah perintah Allah dan RasulNya. Bahkan mempertahankan tanahair Islam itu merupakan kewajipan yang difardukan kepada setiap individu muslim.

Secara fitrahnya, insan cintakan ibunya, ibu cintakan anaknya, suami cintakan isterinya, isteri cintakan suaminya, demikian rakyat cintakan negaranya. Jika terhakis perasaan cinta antara semua itu, sudah pasti ada faktor-faktor yang mempengaruhi. Boleh jadi ia disebabkan ada faktor luaran seperti hasutan atau racun perasaan yang ditaburkan. Atau, boleh jadi tindakan yang dilakukan oleh salah satu pihak telah melukai perasaan pihak yang lain.

Jika kita berbalik kepada semangat kemerdekaan, dahulu kita lihat rakyat kita setiap kali menjelang kemerdekaan begitu bersemangat mempamerkan kebanggaan mereka kepada negara ini. Namun kebelakangan ini kelihatan jelas semangat itu terhakis dan begitu malap. Ke mana pergi semangat itu semua? Mungkin berbagai faktor boleh disebutkan.

Namun saya berpendapat bahawa antara faktor utama adalah, banyaknya tindakan mereka yang diberikan amanah dalam negara ini telah benar-benar mengguris hati dan perasaan rakyat. Walaupun kebelakangan ini semacam ada usaha untuk membaiki keadaan, tetapi hati yang luka itu nampaknya amat sukar untuk dipujuk kembali. Tidak semestinya kerana mereka telah jatuh hati kepada kekasih baru, tetapi kebencian dan kemarahan boleh menjadikan manusia benar-benar berubah.

Dalam setiap negara dua perkara amat penting bagi sesebuah pemerintahan. Pertama; keadilan hukum antara rakyat. Sehingga tiada seorang pun yang diberikan keistimewaan mengatasi perundangan dan hukum. Jangan ada yang lemah sentiasa kalah, yang kuat sentiasa megah. Jika itu berlaku, kebencian akan merebak dan cinta akan terpadam.

Apabila orang-orang besar cuba menunjukkan kuasa mereka kepada orang bawahan, sehingga ada yang rasa mereka dizalimi, maka pemerintah akan dibenci. Pemerintah itu hendaklah bak kata Saidina Abu Bakr al-Siddiq:

“Orang yang lemah di kalangan kamu adalah kuat di sisi sehingga aku mengembalikan haknya. Orang yang kuat di kalangan kamu, lemah di sisiku sehingga aku mengambil daripadanya hak (menghalang apa yang bukan haknya), insya Allah”.

(Ibn Athir, Al-Kamil fi al-Tarikh, 1/361).

Kedua; sikap amanah dalam menguruskan harta rakyat. Dalam zaman serba canggih dan serba nampak ini, seorang pemerintah bukan sahaja bersih, hendaklah juga kelihatan bersih. Bagaimana hendak ditafsirkan oleh rakyat bawahan jika seorang yang baru jadi wakil rakyat atau menteri, dalam masa yang singkat kekayaannya berlipat-lipat. Sehingga tidak masuk akal untuk dia memiliki harta sebanyak itu melainkan diragui ada penyalahgunaan kedudukan dan kuasa.

Apatah lagi jika dia mempamerkan kekayaan itu dengan penuh kesombongan. Bertambah pelik lagi jika dia dapat memiliki geran-geran tanah dan projek yang tidak dapat dicapai oleh orang lain secara usaha yang jujur. Rakyat tidak buta. Lebih-lebih lagi jika penyelewengan itu dibuktikan kepada mereka. Mereka tahu menilai bagaimana sesuatu projek berlipat harganya. Siapakah hantu yang menelan wang itu di tengah jalan seperti hantu kisah dongeng Badang yang memakan ikan dari lukahnya sehingga tiba-tiba yang tinggal hanyalah tulang belulang.

Masalahnya, wang projek-projek itu wang bukan ikan Badang, tetapi wang rakyat yang masih ramai hidup dalam kesusahan atas kerakusan orang lain. Perasaan rakyat jadi membengkak saban waktu. Lalu ia menjadi busung yang busuk mengandungi nanah dan darah. Dendam dan kebencian merebak. Segala penjelasan akan ditolak. Yang betul pun akan dikatakan salah, apatah lagi jika benar-benar salah. Rakyat membenci sehingga dalam perkara yang tiada sebab yang jelas. Apa sahaja hasutan apabila sampai ke peringkat seperti ini akan ditelan. Ketika itu negara akan parah. Tidak lagi mahu mendengar perintah. Lalu fitnah akan bertebaran tanpa mampu disekat lagi.

Justeru, Islam mengharamkan rasuah dan penyalahgunaan kuasa dalam pembahagian harta orang ramai. Walaupun rasuah itu dalam banyak keadaan diberikan secara senyap, tetapi kesannya kepada hati dan perasaan mereka yang teraniaya begitu berbekas dan jelas. Daripada kesimpulan para sarjana fekah dapatlah kita rumuskan rasuah sebagai “pemberian yang menyebabkan ada pihak yang dizalimi atau menghalang keadilan ditegakkan”.

Allah berfirman (maksudnya):

“Dan janganlah kamu makan (atau mengambil) harta (orang-orang lain) di antara kamu dengan jalan yang salah, dan jangan pula kamu menghulurkan harta kamu (memberi rasuah) kepada hakim-hakim kerana hendak memakan (atau mengambil) sebahagian daripada harta manusia dengan (berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui (salahnya).

(Surah al-Baqarah, ayat 188).

Sabda Nabi s.a.w:

“Allah melaknat pemberi dan pengambil rasuah”

(Riwayat Abu Daud, dinilai sahih oleh al-Albani).

Jika ramai manusia yang dilaknat menguasai urusan rakyat, maka negara akan terus sakit, kecintaan akan terus kabur.

Semangat kecintaan kepada negara tidak mungkin dapat disuburkan kembali, melainkan dua perkara yang disebutkan itu mesti diperbetulkan secara agresif, bukan kosmetik. Bukan sekadar membarukan slogan, tetapi mesti dikikis insan-insan yang pernah menimbulkan masalah kepada rakyat dan dikembalikan negara kepada Islam tulen berasaskan Siasah Nabi s.a.w dan para khalifah al-Rasyidin.

Saya mengambil kesempatan ini memuji bajet yang dibentang baru-baru ini, kerana cuba membaiki keadaan rakyat. Ramai yang memujinya. Cuma, apa yang menjadi perkara penting adalah sikap amanah semua pihak dalam melaksanakan Bajet 2009 tersebut. Mesti ada kesungguhan yang jelas dalam membebaskan negara dari penyalahgunaan kuasa dan harta.

Banyak cita-cita yang baik akan terbengkalai apabila mereka yang diamanahkan menunaikan tugas itu mencemarinya. Maka pastikan tiada lagi sesiapa pun yang menganggap kuasa pemerintahan seakan kunci mendapatkan harta karun, atau menguasai tampuk kuasa itu bagaikan menguasai harta rampasan perang.

Marilah semua rakyat dan mereka yang mempunyai kuasa menghayati apa yang diperintahkan oleh Allah S.W.T ini dalam firmanNya:

“Wahai sekelian manusia! makanlah daripada apa yang ada di bumi yang halal lagi baik, dan janganlah kamu ikut jejak langkah Syaitan; kerana sesungguhnya syaitan itu ialah musuh yang terang nyata bagi kamu”.

(Surah al-Baqarah, ayat 168).

Selamat Menyambut Hari Kemerdekaan!

Sumber : Blog Dr. MAZA

Sinar Jumaat: Carilah ketenangan di masjid, surau

Ustaz Zainudin Hashim
Fri | Jul 25, 08 | 11:35:23 am MYT

Tidak ada tempat lebih baik di bumi ini selain rumah-rumah Allah yang dikenali sebagai masjid ataupun surau. Ini kerana di situlah terbit segala ketenangan yang diimpikan oleh segenap insan, iaitu insan yang berusaha membentuk dirinya menjadi hamba Allah yang terbaik sepanjang hidup dengan amalan-amalan yang bersifat peribadatan hanya kepada-Nya.

Tidak ada tempat di bumi ini yang mampu menjanjikan ketenangan dan kedamaian hidup, melainkan rumah Allah. Justeru terdapat sebuah hadis Nabi s.a.w. menegaskan bahawa rumah Allah menjanjikan bukan sekadar ketenangan, malah beberapa nikmat lain sebagai dorongan berbuat kebaikan.

Hal ini telah disebut menerusi hadis Nabi s.a.w. yang diriwayatkan oleh Imam Muslim daripada Abu Hurairah maksudnya: "Tidak berhimpun satu kaum dalam rumah daripada rumah-rumah Allah (masjid/surau), membaca kitab Allah (al-Quran) dan berdiskusi mengenainya sesama mereka, melainkan diturunkan ke atas mereka ketenangan, mereka diselubungi dengan rahmat Allah, dikelilingi dengan para Malaikat (menulis segala kebaikan mereka) dan Allah akan sentiasa mengingati mereka (kerana mereka juga mengingati-Nya)."

Segala janji yang ditaburkan oleh baginda Rasulullah dalam hadis di atas, bukanlah satu perkara retorik seperti janji-janji dalam pilihan raya, ia janji yang akan ditunaikan sendiri oleh Allah SWT, iaitu agar umat Islam menjadi umat terbaik dengan mengecapi ketenangan, kedamaian hidup, rahmat Allah serta yang paling penting mereka diingati oleh Allah selaku Pencipta manusia.

Janji-janji tersebut diberikan apabila ada di kalangan insan Muslim yang memiliki ciri-ciri kebaikan seperti membaca dan mendiskusikan al-Quran, dalam erti kata mereka bersedia untuk mengkaji isi-isi kandungannya untuk dijadikan bahan rujukan, pegangan, kefahaman menuju jalan sempurna.

Justeru, Allah SWT menegaskan bahawa golongan Muslim yang sanggup memakmurkannya rumah-Nya adalah terdiri daripada mereka yang benar-benar memiliki kualiti iman yang sempurna.

Hal ini ditegaskannya menerusi ayat 18 surah at-Taubah maksudnya: "Hanyasanya yang layak memakmurkan (menghidupkan) masjid-masjid Allah itu ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari akhirat serta mendirikan sembahyang dan menunaikan zakat dan tidak takut melainkan kepada Allah, (dengan adanya sifat-sifat Yang tersebut) maka adalah diharapkan mereka menjadi dari golongan yang mendapat petunjuk."

Ayat di atas jelas menunjukkan bahawa keimanan yang kental, kepercayaan teguh berpegang kepada hari akhirat, melaksanakan tugas utama dengan bersolat, mengeluarkan zakat serta takut hanya kepada Allah dan tidak yang lain selain-Nya, adalah senjata utama bagi mengekalkan seseorang yang beriman itu menjadi pemakmur rumah Allah yang setia.

Di mana remaja dalam hal ini?

Remaja Muslim pada hari ini lebih tersohor dengan kumpulan 'mat/minah rempit', menjadi golongan yang suka membuang masa seperti terlibat dalam budaya lepak di sana sini, terlibat dengan program-program hiburan melampau, menjadi penyokong kelab bola sepak negeri dan bermacam-macam lagi.

Remaja Muslim hari ini tidak berusaha meningkatkan prestasi kefahaman mereka dengan Islam, sehingga sanggup menjadi golongan penagih dadah, golongan perosak agama dengan penampilan yang tidak sama sekali memperlihatkan 'Islamik', malah ada ketikanya memalukan Islam itu sendiri.

Ada di antara mereka sanggup menjadi golongan yang membuat angkara terhadap program-program masjid, dengan bertindak liar menghalang mereka yang mahu ke masjid atau surau, atau pun terdapat di kalangan mereka yang bersukan berhampiran dengan masjid, tetapi tidak mengendahkan azan yang berkumandang pada waktu Maghrib, berhenti apabila ada teguran daripada pihak tertentu.

Inilah yang dikatakan tindakan bagaikan meroboh masjid, banyak pihak merasa bimbang dengan tindakan seumpama itu, apatah jika tindakan itu boleh dikaitkan dengan firman Allah menerusi ayat 114 surah al-Baqarah yang membawa maksud: "Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang-orang yang menyekat dan menghalangi dari menggunakan masjid-masjid Allah untuk (sembahyang dan) menyebut nama Allah di dalamnya, dan ia berusaha pula untuk meruntuhkan masjid-masjid itu? Orang-orang yang demikian, tidak sepatunya masuk ke dalam masjid-masjid itu melainkan dengan rasa penuh hormat dan takut kepada Allah (bukan secara apa mereka lakukan itu). Mereka (dengan perbuatan itu) akan beroleh kehinaan di dunia, dan di akhirat kelak mereka mendapat azab seksa yang amat besar."

Itu semua tidak melambangkan mereka hidup dengan Islam secara serius, malah hala tuju hidup mereka pun masih kabur, justeru apa yang amat diharapkan dari golongan remaja muslim ini adalah tercetus rasa kesedaran yang amat mendalam terhadap Islam, di ketika Islam diinjak, difitnah, dimahkamahkan, dituduh dengan pelbagai pendekatan negatif, oleh itu remaja seluruhnya disaran agar menjadi remaja seperti yang pernah disebut oleh al-Quran dengan istilah 'Ashabul Kahfi' dan 'Ashabul Ukhdud'.

Ketahuilah bahawa pada usia remaja ini juga tidak akan terlepas daripada dibuat perhitungan di sisi Allah pada hari akhirat. Ia pernah ditegaskan oleh baginda Rasulullah s.a.w. dalam hadis yang bermaksud: "Sebelum kedua-kedua kaki anak Adam (manusia) tergelincir untuk dimasukkan dalam syurga atau pun neraka, maka dia akan ditanya dengan empat perkara: Waktu remajanya apa yang telah dia habiskan, seluruh umurnya apa yang telah dibuat (untuk kebaikan dirinya), tentang hartanya daripada mana sumber ia diperolehi dan bagaimana pula ia dibelanjakan, tentang ilmunya, apa yang telah dia lakukan." (Hadis riwayat Mu'az Bin Jabal).

Remaja hari perlu mencontohi remaja-remaja silam khususnya di kalangan para sahabat dan lain-lain, mereka juga ada perasaan untuk bersuka-ria, rasa nak 'enjoy', tetapi semuanya dikekang kerana ia tidak memberi apa-apa kepada Islam, justeru remaja hari ini juga perlu mentelaah sejarah itu untuk mengembalikan keyakinan diri dengan Islam.

Sumber: Harakah Daily

Harapan Ramadhan



Buku SUMPAH DAN AIRMATA REFORMIS BANGSA BUKU yang masih relevan untuk dibaca oleh semua mereka yang tertanya-tanya dan ingin tahu; apa, mengapa dan bagaimana berhubung tuduhan dakwaan liwat yang membabitkan Anwar Ibrahim yang hangat ketika ini. Buku ini saya hasilkan beberapa minggu selepas Anwar dipecat dari Umno pada 2 September 1998 kerana isu liwat. Apa yang digambarkan dalam buku ini boleh dijadikan panduan untuk mencri formula memastikan apa yang berlaku sekarang ini. Buku ini akan menenangkan kepala anda dengan apa yang berlaku kini. Kepada anda berminat untuk memilikinya boleh hubungi saya telefon 0192336996. Harga asal ialah RM15.00 dan tawaran selagi stok masih ada ialah RM10.00 - MSO. Perhatian: Kepada anda yang ingin memiliki buku tersebut diatas hantarkan wang pos RM10.00 atas nama TINTA MERAH ke alamat No: 55 Jalan Wangsa Siaga 1, Wangsa Melawati, 53300 K Lumpur.

UBAH GAYA HIDUP

Perbandingan Negara Pengeluar Minyak Harga Semasa

Perbandingan Negara Pengeluar Minyak Harga Semasa
“Dan berikanlah kepada kaum keluargamu, dan orang miskin serta orang musafir akan haknya masing-masing; dan janganlah engkau membazir dengan pembaziran yang melampau. Sesungguhnya orang-orang yang membazir itu adalah saudara-saudara syaitan, sedang syaitan itu pula sangat kufur kepada Tuhannya”. (Surah al-Isra: 26-27).

Saya tertarik apabila membaca membaca kisah al-Imam al-Nawawi (631-676H) yang diminta oleh Raja pada zamannya al-Malik al-Zahir untuk memberikan fatwa bagi mengharuskan Raja mengambil harta rakyat untuk digunakan memerangi musuh yang mengancam negara iaitu tentera Tatar. Tujuan itu pada zahirnya baik kerana mempertahankan negara dari ancaman musuh. Harta itu pun hendak digunakan untuk keperluan jihad.

Namun ramai ulama yang telah dibunuh ketika itu kerana enggan mengeluarkan fatwa berkenaan. Al-Nawawi juga enggan menulis surat sokongan terhadap tindakan Raja Zahir itu sekalipun beliau tahu pengambilan harta itu untuk kepentingan negara juga.

Apabila Raja bertanya kepada beliau mengapa beliau enggan menyokong? Beliau menjawab: Setahu saya engkau dahulunya seorang hamba, tidak mempunyai harta. Kemudian Allah memberikan kurniaan kepadamu lalu diangkat engkau menjadi seorang raja. Aku dengar engkau memiliki seribu hamba lelaki yang setiap mereka memiliki talipinggang daripada emas. Engkau juga ada memiliki dua ratus hamba perempuan, dan setiap mereka memiliki sebekas perhiasan. Jika engkau belanjakan itu semua, sehingga hamba-hamba lelakimu hanya memakai tali pinggang kain, dan hamba-hamha perempuanmu hanya memakai baju tanpa perhiasan, juga baitul mal sudah tiada simpanan wang, harta dan tanah lagi, maka aku akan fatwakan untukmu keharusan mengambil harta rakyat itu. Sesungguhnya yang menolong jihad dan selainnya ialah penyerahan diri kepada Allah dan mengikut jalan nabiNya s.a.w. (lihat: ‘Abd al-Ghani al-Daqar, al-Imam al-Nawawi, 144-145, Damsyik: Dar al-Qalam).

Saya suka dengan jawapan al-Imam al-Nawawi ini. Saya tahu, selepas ini banyak forum-forum perdana, ceramah-ceramah di radio dan televesyen akan memperkatakan tentang kewajipan berjimat cermat. Maka ustaz, ustazah dan penceramah pun –atas pemintaan penaja yang membayar harga ceramah- akan bersungguh-sungguh menyuruh orang-orang bawahan untuk berjimat cermat.

Dalil-dalil pun akan dibaca. Mungkin akan ada ustazah yang mencari cerita-cerita ajaib yang baru untuk dikaitkan dengan bab jimat cermat dan jangan membazir. Mungkin akan ada penceramah yang cuba menangis-menangis –seperti seorang pelakon berjaya yang menerima anugerah- bercerita kepada mak cik-makcik yang kusyuk menonton tentang azab seorang yang membazir ‘nasi lemaknya’.

Datanglah orang-orang kampung mendengar forum perdana dengan basikal atau motosikal sebagai menyahut seruan agar tidak membazir petrol. Adapun penceramah, datuk-datuk pengajur, YB-YB hanya menggunakan kenderaan mewah yang berkapasiti atas daripada 2000cc. Tujuannya untuk mengelakkan pembaziran wang kerajaan yang terpaksa dibayar kepada empunya kenderaan 2000cc ke bawah, lebih tinggi daripada 2000 ke atas.

Maka insaflah mak cik dan pak cik yang barangkali teringatkan tulang ikan yang pernah dibuangnya padahal masih ada sedikit sisa isinya yang melekat. Itulah membazir namanya. Maka, atas keinsafan dan taubat itu, mungkin ada yang akan mula mengurangkan makan nasi lemak daripada sebungkus seorang kepada sebungkus yang dikongsi bersama. Air kopinya yang memang sudah ‘ceroi’ akan ditukar kepada yang warna hitamnya antara kelihatan dan tidak. Maka selamat negara kita ini, disebabkan pakcik dan makcik, pak long dan mak long, pak lang dan mak lang di kampung sudah mengubah gaya hidup mereka.

Jika saya hadir ke forum yang seperti itu, saya ingin bertanya soalan, tapi soalan yang belum ‘dijakimkan’, “apakah agama ini dihantar oleh Allah untuk menghukum manusia bawahan dan menghalalkan yang lain tidur dalam kekenyangan dan kemewahan?”. Sebelum harga minyak naik, telah sekian mereka yang berada di teratak usang itu menjimat makan dan pakai. Saban hari mereka mengira belanja untuk memboleh mereka terus hidup di kala negara dunia belum menghadapi krisis harga minyak.

Saya tidak mahu membicarakan tentang kenaikan harga minyak dari sudut perjalanan ekonomi antarabangsa. Telah banyak pakar-pakarnya bicarakan. Tapi saya ingin bincangkan tentang soal pembaziran dan jimat-cermat. Ya, memang Islam memusuhi pembaziran. Bahkan al-Quran tidak pernah mempersaudarakan antara mana-mana pembuat dosa dengan syaitan, melainkan mereka yang membazirkan.

Allah menyebut dalam al-Quran: (maksudnya): “Dan berikanlah kepada kaum keluargamu, dan orang miskin serta orang musafir akan haknya masing-masing; dan janganlah engkau membazir dengan pembaziran yang melampau. Sesungguhnya orang-orang yang membazir itu adalah saudara-saudara syaitan, sedang syaitan itu pula sangat kufur kepada Tuhannya”. (Surah al-Isra: 26-27).

Demikianlah Allah persaudarakan pembazir dengan syaitan. Kesan pembaziran sangat besar. Lihat negara kita yang kaya dengan berbagai hasil. Sepatutnya kita akan tetap kukuh dan setiap rakyat akan menikmati kekayaan ini dengan adilnya. Namun, disebabkan pembaziran, harta negara yang sepatutnya dapat dimakan puluhan tahun, tetapi surut mendadak dalam masa beberapa tahun.

Maka, yang patut mendapat bantuan dan hak, tidak cukup untuk sampai kepadanya. Barang keperluan pula bertukar menjadi mahal. Pembaziran memusnahkan kehidupan rakyat bawahan dan menghalang hak yang sepatutnya sampai kepada mereka. Maka betapa wajar untuk para pembazir itu dipersaudarakan dengan syaitan. Apatah lagi dalam banyak keadaan, pembaziran itu lahir dari keangkuhan dan kesombongan. Sifat-sifat itulah jua yang menjadi asas kepada kekufuran syaitan.

Soalannya, mengapakah apabila kita membicarakan tentang pembaziran, kita hanya terbayang orang-orang bawahan di kampung ataupun bandar. Jika kita ingin meminta supaya setiap warga negara ini berjimat dan jangan membazir, maka bermulalah daripada atas. Bukan sekadar untuk ‘mengenakan si miskin yang sekian lama telah berjimat dan sudah tidak tahu apa yang hendak dijimatkan lagi. Mengapa kita hanya terbayang rakyat yang berada dalam rumah persendirian dan berbelanja dengan wang poketnya yang sudah lelah?

Kita sepatutnya terlebih meneliti semula bagaimana perbelanjaan yang menggunakan harta negara dan rakyat yang sedang berjalan di istana-istana, kediaman-kediaman rasmi kerajaan di peringkat negara dan negeri?. Apakah wajar di kala ini keraian untuk orang-orang besar sama ada sultan atau menteri begitu mewah? Makanan yang dihidangkan untuk mereka, harga satu meja kadang-kala boleh dimakan oleh ratusan rakyat bawahan. Karpet yang dipijak oleh mereka harganya ribuan bungkusan nasi yang dimakan oleh ‘orang biasa’.

Apakah patut di saat yang sebegini, ada istana atau kediaman rasmi menteri yang hendak ditambahmewahkan? Apakah patut orang-orang besar ini diraikan dengan hiburan atau pertunjukan dan konsert yang menelan puluhan ribu ringgit sempena sesuatu kunjungan mereka. Wang itu, wang negara. Wang itu, wang rakyat.

Apakah dalam masa yang sebegini mereka masih mendapat peruntukan untuk bersantai, bermain golf dan ‘berhiburan’ dengan menggunakan wang rakyat bawahan yang disuruh menjimatkan nasi lemak dan air kopi mereka?. Pembaziran sebegini lebih rapat menjadi saudara syaitan dibanding wang persendirian yang dibelanjakan.

Meminjam falsafah al-Imam al-Nawawi yang saya sebutkan tadi, jika orang atasan telah benar-benar berjimat, maka wajarlah untuk dikurangkan subsidi rakyat. Al-Nawawi telah dibuang negeri kerana enggan bersekongkol dengan perkara yang seperti ini. Namun, jika itu tidak dilakukan, ulama bukan burung kakak tua.

Saya mengambil risiko menulis hal ini. Tanggungjawab di hadapan Allah lebih besar daripada segala-galanya. Para ulama dahulu jauh lebih mulia, tidak dibandingkan kedaifan saya ini. Pun mereka telah menunaikan tanggungjawab al-Amr bil Ma’ruf dan al-An-Nahy ‘an al-Munkar ini. Semoga Allah menimbang tinta para ulama dengan darah para syuhada.

Telah berlaku tahun kesusahan dan kelaparan yang amat sangat di Semenanjung Arab pada zaman Amirul Mukminin ‘Umar bin al-Khattab. Dikenali dengan ‘Am al-Ramadah kerana seakan bagaikan warna ramad atau abu disebabkan kekurangan hujan, warna tanah dan warna kulit manusia yang bertukar disebabkan kekeringan. Ini berlaku pada antara tahun 17H dan 18H selama sembilan bulan.

Amirul Mukminin telah berhempas pulas menguruskan harta negara ketika itu bagi mengatasi kesusahan rakyat. Di samping kecemerlangan pengurusan, yang ingin disebutkan di sini kecemerlangan pendirian dan sikap. Ibn Jarir al-Tabari meriwayatkan bahawa ‘Umar bin al-Khattab tidak memakan pada tahun berkenaan lemak haiwan, susu dan daging sehingga orang ramai dapat memakannya. Barangan makanan berkurangan di pasar.

Pada suatu hari pekerjanya dapat membeli untuknya lemak dan susu namun dengan harga yang agak tinggi. ‘Umar enggan makan bahkan berkata: “Engkau telah menyebabkan lemak dan susu menjadi mahal, sedekahkan keduanya, aku bencikan pembaziran. Bagaimana aku dapat memahami keadaan rakyat jika tidak mengenaiku apa yang mengenai mereka?”. (Al-Tabari, 2/358, Beirut: Dar al-Fikr).

Juga diriwayatkan bahawa suatu hari pada tahun berkenaan disembelih unta lalu dimasak dan dibahagikan kepada orang ramai. Lalu diceduk masakan itu untuk dihidangkan juga buat ‘Umar. Tiba-tiba yang diceduk itu bahagian belakang unta dan hatinya. Lalu ‘Umar bertanya: “Dari mana diperolehi ini?”. Daripada unta yang kita sembelih hari ini. Kata ‘Umar: “Oh! Alangkah buruknya aku ini sebagai pemimpin, jika aku memakan bahagiannya yang baik lalu aku berikan rakyat makan yang sisa” (Ibn Sa’d, al-Tabaqat al-Kubra, 3/312, Beirut: Dar Sadir).

Maka alangkah buruknya seorang presiden, atau sultan, atau raja, atau perdana menteri, atau menteri besar, atau menteri yang makan dengan mewah daripada peruntukan harta negara atau negeri sedangkan rakyatnya dalam kesusahan. Ketika rakyat membilang butiran beras, helaian ringgit untuk persekolahan anak, keperitan membayar sewa rumah, api dan air, sementara mereka yang berkuasa ini pula menghadiri jamuan negara dan negeri itu dan ini.

Bermewahan dengan pertunjukan dan hiburan dari peruntukan wang negara. Kemudian bercuti rehat, tanpa rakyat ketahui apakah kepenatannya untuk rakyat. Kos cuti itu pula ditanggung oleh negara tanpa sebarang pulangan keuntungan buat rakyat. Alangkah zalim! Alangkah keji sikap yang sedemikian rupa.

Saya kadang-kala begitu hairan apabila seseorang dianggap ‘berjiwa rakyat’, hanya kerana makan nasi yang dijamu oleh rakyat, atau masuk ke kampung mendukung anak rakyat untuk beberapa minit bagi membolehkan wartawan mengambil foto. Apakah itu dinamakan berjiwa rakyat?

Jika hendak diiktiraf sebagai berjiwa rakyat, rasailah apa yang rakyat rasai. Orang seperti ‘Umar bin al-Khattab lebih mulia daripada segala keturunan atau pangkat yang ada di kalangan manusia. Kemuliaannya telah diiktiraf oleh Allah dan RasulNya. Dia ahli syurga dengan jaminan Allah dan RasulNya sementara politiknya tidak ada saingan yang menggugatnya. Namun tetap amanah dan jujurnya terhadap rakyatnya. Merasai penderitaan rakyat. Beliau idola kepimpinan kita sepatutnya. Walaupun beliau tidak pernah menyuruh orang menyembah atau menjulangnya, namun beliau dipuja oleh sejarah dan diangkat oleh Allah.

Kenaikan harga minyak menaikkan harga barang. Orang berpendapatan rendah menjadi mangsa. Agama berperanan untuk menyedarkan semua pihak tentang tanggungjawab terhadap rakyat. Dalam keadaan begini, antara perkara pertama yang patut dibentang kepada rakyat adalah pengurusan kemasukan dan pengagihan zakat. Zakat yang mungkin sampai kepada peringkat bilion ringgit di seluruh negara mesti diagihkan secara telus dan bijaksana.

Mengapa masih ada fakir miskin yang bagaikan meminta sedekat kepada pihak yang menguruskan zakat? Mengapa program tv lebih menjumpai si miskin dibanding pihak yang menguruskan zakat? Mengapa zakat masih berbaki dengan begitu banyak setiap tahun sedangkan kemiskinan masih banyak? Mengapa pihak yang menguruskan zakat kelihatan bertambah mewah, sementara yang patut menerima hak kelihatannya bertambah letih dengan keadaan sekarang?

Di masa inilah peranan zakat bagi memastikan setiap yang memerlukan memperolehinya tanpa kerenah birokrasi yang bukan-bukan. Jangan sampai untuk mendapat RM150 si miskin berulang alik berkali-kali dengan tambang sendiri, sementara yang mendakwa amil zakat mengisi minyak kereta dengan wang zakat atas nama amil! Ramai kata kita berjaya menguruskan zakat sebab kutipan yang tinggi. Saya katakan, pengurusan yang berjaya itu bukan sahaja kutipan semata, tetapi juga pengagihan secara telus, bijaksana dan bertanggungjawab.

Dalam usaha kerajaan menangani kemelut ekonomi hari ini, perkara-perkara yang disebutkan ini mestilah dipandang serius. Kejayaan sesebuah kerajaan menghayati penderitaan rakyat akan menjadikan mereka lebih disayangi dan disokong. Jika orang atas mengubah cara hidup, kita akan berkempen untuk semua agar mengubah cara hidup. Jika orang agama disuruh berkempen orang bawahan agar mengubah cara hidup, sementara melupai yang di atas, mereka sebenarnya cuba menjadikan agama sebagai candu agar seseorang melupai masalah yang sebenar.

Dipetik daripada blog Dr. Maza,Mufti Perlis

Majlis Pernikahan

Pandangan Syari’at Berkenaan Pemeliharaan Janggut

Segala puji hanya untuk Allah yang menganugerahkan manusia dengan berbagai-bagai nikmat-Nya, selawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad sallallahu ‘alaihi wa-sallam, ke atas keluarga baginda, para sahabat dan sesiapa sahaja yang mengikuti mereka sehinggalah ke hari pembalasan.

Para ulama di Nusantara terlalu kurang memperkatakan secara telus dan serious persoalan hukum memelihara janggut dan jambang. Isu hukum berjanggut jarang atau hampir tidak pernah dibincang, sama ada di kuliah, di pengajian atau di tulisan-tulisan mereka. Kini persoalan ini menjadi satu fenomena yang tidak akan lenyap kerana ramai orang awam telah menyedari bahawa memelihara janggut adalah wajib, bukan sunnah. Tetapi ia dianggap remeh oleh sebahagian ulama, para ustaz dan guru agama lantaran mereka tidak berjanggut dan tidak berjambang. Sedangkan mencukur janggut haram hukumnya setelah terbukti banyak nas-nas (dalil dari hadis) yang mewajibkan berjanggut.

Tulisan ini merangkumi pendedahan hukum dan mesej tentang penegahan mencukur janggut berdasarkan dalil-dalil al-Quran, hadis-hadis sahih dan fatwa-fatwa para ulama muktabar.

Salah satu tanda kelelakian hakiki yang unggul, sejati dan menonjol adalah terletak pada janggut. Janggut hanya dianugerahkan oleh Allah di muka orang-orang lelaki sahaja. Suatu pemberian untuk membuktikan kelelakian di samping dapat membezakan antara lelaki dengan perempuan walaupun sekiranya di muka seseorang lelaki hanya ditumbuhi beberapa helai janggut.

Berjanggut telah diperintahkan oleh Nabi Muhammad sallallahu ‘alaihi wa-sallam dan bukan persoalan yang interim. Terdapat banyak hadis sahih menyuruh memelihara janggut dan berulang kali pula melarang mencukurnya dengan larangan yang keras. Ini menunjukkan kepada haramnya mencukur janggut.

Berjanggut dan berjambang amalan yang tidak pernah ditinggalkan oleh para sahabat, para tabiin dan Salaf as-Soleh. Tidak sepatutnya individu yang mengaku dirinya beriman kepada Nabi Muhammad sallalahu ‘alaihi wa-sallam mengabaikan suruhan baginda yang diulang berkali-kali. Ingatlah! Menentang suatu kewajiban yang ditetapkan oleh syara’ seperti memelihara janggut adalah suatu bentuk perbuatan yang membawa kepada fasiq (dosa besar).

Sikap tidak memperdulikan larangan Allah Azza wa-Jalla adalah perbuatan keji. Dianggap keji kerana meremehkan hukum-ahkam syara’. Perbuatan seperti ini adalah berdosa dan fasiq. Inilah hakikat yang berlaku kepada orang-orang Islam masa kini apabila diajukan persoalan hukum berjanggut. Termasuklah pendakwah. Tidak terkecuali yang bergelar ulama. Mereka tidak memperdulikan persoalan berjanggut sehingga disangka oleh orang-orang awam seolah-olah tidak ada kena-mengena dengan hukum syara’.

Seseorang itu tidak dianggap beriman sebelum mencintai Allah dan Rasul-Nya lebih dari mencintai dirinya sendiri dan ia sewajarnya komited dalam hal ini. Persoalannya, di manakah tanda pembuktian cinta seseorang jika tidak mentaati dan tidak merealisasikan seruan kekasihnya. Tidak benar pengakuan seseorang yang mengaku mencintai Allah dan Rasul-Nya jika hanya mementingkan hawa nafsunya tanpa membuktikannya dengan ketaatan walaupun ketaatan tersebut disangka perkara kecil.

Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa-sallam telah menegah para sahabatnya daripada mencukur janggut dengan beberapa alasan. Baginda telah mengisyaratkan (menuntut) setiap lelaki beriman supaya memelihara janggut atau jambang mereka. Penjelasan tentang penegahan (membawa kepada pengharaman) mencukur janggut atau jambang akan dimuatkan di dalam tulisan ini.

Diharap para pembaca budiman mudah memahami tulisan ini agar tidak kesulitan melaksanakan isi kandungannya. Semoga buku ini dapat membimbing para pembaca untuk memperolehi taufik, hidayah serta menjadi hamba Allah yang teguh imannya, kuat beramal soleh, sentiasa beristiqamah dalam memelihara hukum-ahkam dari Allah Azza wa-Jalla dan dapat mempertahankan hukum memelihara janggut. Amin! Wallahua'lam...

Ikhlas Dari:
Muhammad Abu Faroq al-Athari.
Johor Bahru, Malaysia.

JANGGUT

Janggut, menurut al-Majid al-Fairuz Abadi penulis al-Qamus Muhith ialah: اَلْلِّحْيَةُ)) jika dikasrah (dibaris bawah) huruf lam (ل)adalah rambut yang tumbuh dikedua belah pipi dan dagu. (Lihat: Al-Kamus Muhith 4/387. Fairuz Abadi. Lihat: Fathul Bari, 10/350. Ibn Hajar. Dan Lihat: Tajul Urus. 10/323) Paras batasan janggut, dari rambut yang tumbuh di bawah bibir bersambung dengan rambut di dagu sehinggalah rambut yang tumbuh di bawah dagu. Luasnya pula dari rambut di kedua-dua pipi atau di wajah. Seluruhnya adalah janggut. (Lihat: Masaillul Lehyah. Hlm. 35)

Juga dinamakan janggut, ialah seluruh rambut di wajah yang tumbuh di seluruh dagu dan di bawah dua tulang dagu, di atas kedua belah pipi dan di kedua pelipis semua itu dinamakan janggut kecuali misai (kumis). Dan misai yang panjangnya melebihi bibir hendaklah dipotong kemas (dirapikan). (Lihat: Jauharus Sunnah FiI’faill Lehyah, hlm. 5. Lihat: Adabuz Zifaf, hlm. 120. al-Albani) Gaya misai melenting bukan ajaran Islam, tetapi ditiru dari Majusi.

HUKUM MENCUKUR JANGGUT & JAMBANG

Masih terlalu sedikit dari kalangan masyarakat Islam menyedari berkenaan tuntutan memelihara janggut dan sebaliknya tegahan (larangan) memotong atau mencukurnya. Kekeliruan tentang hukum mencukur janggut berlaku disebabkan terlalu jarang dari kalangan ulama yang mahu menyentuh atau memperkatakan secara serius isu yang berkaitan dengan hukum wajibnya memelihara janggut atau jambang dan adanya intervensi orang yang tidak berhak bercakap tentang persoalan ini.

Tidak dapat dipastikan punca sebenar kelalaian fatwa tentang hukum mencukur janggut ini, apakah ini berpunca kerana terlalu ramainya para ulama yang mulut mereka terkunci lantaran mereka sendiri tidak berjanggut dan berjambang? Tidak mahu berjanggut? Malu menyimpan janggut kerana kelihatan tidak kacak (selekeh)? Atau tidak mahu memahami serta mengamalkan hadis-hadis sahih yang banyak memperkatakan dan menjelaskan tentang wajibnya memelihara janggut dan merapikan misai (kumis).

Tulisan ini bukanlah bertujuan untuk memperkecilkan atau menghina para ulama yang memotong atau mencukur janggut mereka, tetapi tulisan ini sebagai nasihat dan peringatan agar mereka yang bergelar ulama mahu meneliti, mengkaji semula dan memahami semua hadis-hadis yang memperkatakan hukum janggut atau jambang dan janganlah hukum berkaitan dengan janggut diinterpertasikan dengan cara yang negatif.

Diharap para ulama yang telah mencukur janggut sudi mentaati setiap suruhan yang terdapat di hadis-hadis sahih yang mewajibkan memelihara janggut. Mereka sewajarnya mentaati hukum wajibnya berjanggut dan sentiasa komitmen tanpa banyak soalan atau alasan.

Janganlah khuatir, berjanggut tidak akan menghalang untuk mencapai dan memperolehi kemajuan yang diimpi dan dicita-citakan. Sama ada kemajuan duniawi atau ukhrawi walaupun ada yang menggambarkan berjanggut simbol kekolotan, selekeh, tidak smart dan berbagai lagi sangkaan negatif. Semua sangkaan seperti ini tidak benar kerana berfikiran sebegini dalam hal agama lebih buruk dari sangkaan jahiliyah.

SEJARAH MENCUKUR JANGGUT

Mencukur janggut adalah kebiasaan para penjajah barat yang menjajah negara-negara Islam akibat tercetusnya perang dunia pertama. Ketika ideologi yang bukan Islami, bukan Arabi (adat Arab) dan bukan adat timur menyerang masyarakat Islam, meresaplah berbagai-bagai tradisi dan adat-istiadat kuffar menjadi ikutan dan akhirnya menjadi kebiasaan kaum Muslimin. Dan adat tradisi barat yang diminati oleh masyarakat Islam ialah mulanya memendekkan janggut dan akhirnya mencukur licin. (Lihat: Hukumuddin fil Lehyah wa-Attadkhin, hlm. 17. Ali Hasan Ali Abdul Hamid)

Sebagai bukti bahawa penampilan mencukur janggut ini baru berlaku (setelah zaman penjajah) ialah masih ramai datuk-datuk kita (yang dekat jarak masa dengan kita) memanjangkan janggut mereka. Ini adalah antara bukti masih tertanamnya hukum Islamiyah ini pada hati-hati mereka.

PENGAMBILAN DALIL-DALIL & HUJJAH

Segala penerapan dalam tulisan ini insyak Allah hanya berlandaskan kepada dalil-dalil al-Quran, hadis-hadis sahih, athar para sahabat serta fatwa-fatwa para ulama yang dinukil dari kitab-kitab turath. Juga diambil dari kitab-kitab yang disusun oleh para ulama (terutamanya para imam-imam mazhab) yang muktabar dari kalangan Ahlus Sunnah wal-Jamaah yang bermanhaj Salaf as-Soleh أهْلُ السُنَّةِ وَالْجَمَاعَةِ yang dikenali amat pakar dalam menghuraikan persoalan hukum-ahkam syara’. Diharapkan tulisan ini dapat menyedarkan ummah yang beriman akan wajibnya memelihara janggut dan jambang.

Mentaati setiap arahan dalam agama adalah ibadah, termasuklah yang dianggap sunnah. Sekiranya ada yang meyakini berjanggut itu sunnah (sebenarnya wajib), apakah terlalu berat untuk mereka melaksanakan sunnah tersebut? Malangnya terdapat ramai orang-orang Islam yang meremehkan amalan yang mereka anggap sunnah ini, malah memperlekeh dan mengejek orang yang berjanggut sedang mereka telah menunaikan perintah Allah dan Rasul-Nya agar memelihara janggut. Ingatlah sabda Rasulullah:


مَنْ رَغِبَ عَنْ سُنَّتِيْ فَلَيْسَ مِنِّيْ

“Sesiapa yang tidak suka terhadap sunnahku, maka dia bukanlah golonganku”. (Lihat: Jami’ul Ushul (1/294). Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim dari Anas r.a.)

Mempermudah (tidak memperdulikan) suruhan Allah dan RasulNya adalah maksiat. Ditakuti mereka yang sengaja cuai dengan suruhan Allah akan terkena dengan amaran di dalam firman-Nya:


وَمَنْ يَعْصِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ وَيَتَعَدَّ حُدُوْدَهُ يُدْخِلْهُ نَارًا خَالِدًا فِيْهَا وَلَهُ عَذَابٌ مُهِيْنٌ

“Dan sesiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya dan melanggar ketentuan-ketentuan-Nya, nescaya Allah akan memasukkannya ke dalam api neraka sedang ia kekal di dalamnya dan baginya siksa yang menghinakan”. (an-Nisa’ 14)

PERINTAH BERJANGGUT DATANGNYA DARI ALLAH

Setiap penentuan hukum-ahkam yang terdapat di dalam syara datangnya dari Allah Subhanahu wa-Ta’ala yang disampaikan oleh RasulNya kepada umatnya. Semuanya telah sempurna, lengkap dan jelas. Sama ada yang haram, yang halal atau yang wajib. Orang-orang yang beriman wajib mentaati atau mematuhi setiap penentuan Allah dan RasulNya sekalipun hanya satu kalimah atau satu huruf. Maka berjanggut adalah termasuk suruhan yang telah ditentukan oleh Allah dan RasulNya sekalipun ada yang menyangka ia hanya suruhan yang sunnah.

Tidak sepatutnya bagi orang-orang yang beriman membantah, kerana sesiapa yang mengingkari perintah Allah dan RasulNya walau sekecil manapun maka mereka berdosa atau paling kecil akibatnya dibenci (makruh) oleh Allah. Namun, jika sekiranya ia berupa suruhan yang wajib, maka ditakuti jika sengaja ditinggalkan akan ditimpakan laknat dari langit sebagaimana nasib Iblis yang ingkar terhadap perintah Allah.

Berjanggut adalah perintah Allah. Bukan gaya fesyen atau adat orang Arab, bukan kerana tidak ada pisau cukur, malas bercukur atau kerana sebab-sebab yang lain. Secara fitrah, semua orang-orang lelaki lazimnya berjanggut dan tidak pula berlaku kepada perempuan, oleh kerana itu hukum kewajipan berjanggut hanya diwajibkan kepada lelaki sahaja.

Mungkin ramai tidak memberi perhatian tentang hukum berjanggut kerana dianggap sunnah yang ringan hukumnya. Mereka tidak tahu bahawa di sisi syariat tidak ada perkara yang kecil jika dibandingkan dengan perihal dunia. Hanya kejahilan sahaja menilai hukum syariat sebagai remeh. Allah berfirman:


وَتَحْسَبُوْنَهُ هَيِّنًا وَهُوَ عِنْدَ اللهِ عَظِيْمٌ

“Dan kamu menyangka suatu (dari Allah) itu ringan (remeh) sahaja, padahal dia pada sisi Allah adalah perkara besar”. (an-Nisa’ 14)

Ayat ini ditafsirkan oleh Imam Ibn Kathir: “Bahawa Allah Ta’ala berfirman memerintahkan hamba-hamba-Nya yang beriman dengan-Nya dan dengan Rasul-Nya agar mematuhi seluruh suruhan Islam, syariat-syariat-Nya, mengambil seluruh perintah-Nya dan meninggalkan seluruh larangan-larangan-Nya mengikut apa yang mereka sanggupi (terdaya)”.

SYARA’ MEWAJIBKAN BERJANGGUT DAN BERJAMBANG

Terdapat banyak hadis-hadis sahih dari Nabi Muhammad sallallahu ‘alaihi wa-sallam yang menunjukkan wajibnya memelihara janggut dan jambang. Memerintahkan agar orang-orang lelaki beriman supaya memotong atau menipiskan misai mereka. Adapun pengharaman dari mencukur atau memotong janggut ialah sabda Rasulullah:


عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَرٍ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : خَالِفُوْا الْمُشْرِكِيْنَ وَفّرُوْا اللِّحَى وَاحْفُوْا الشُّوَارِبَ . رواه البخاري ومسلم والبيهقي.

"Abdullah bin Umar berkata: Bersabda Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa-sallam: Janganlah kamu menyerupai orang-orang Musyrikin, peliharalah janggut kamu dan tipiskanlah misai (kumis) kamu". (Lihat: ارواء الغليل hlm. 77. Nashiruddin al-Albani. Hadis Riwayat Bukhari, Muslim dan Al-Baihaqi)


وَعَنْ اَبِي اِمَامَة : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : قَصُّوا سِبَالَكُمْ وَوَفِّرُوْا عَثَانِيْنَكُمْ وَخَالِفُوا أهْلَ الْكِتَابِ. حديث صحيح رواه أحمد والطبراني

"Dari Abi Imamah: Bersabda Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa-sallam: Potonglah misai kamu dan peliharalah janggut kamu, tinggalkan (jangan meniru) Ahl al-Kitab". (Hadis Riwayat Ahmad dan at-Thabrani. Hadis sahih)


عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ : قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : عَشْرٌ مِنَ الْفِطْرَةِ وَمِنْهَا قَصُّ الشَّارِبَ وَاِعْفَاءِ اللِّحْيَة. رواه أحمد ومسلم وأبو داود والترمزي والنسائى وابن ماجه.

"Dari ‘Aisyah berkata: Bersabda Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa-sallam: Sepuluh perkara dari fitrah (dari sunnah nabi-nabi) di antaranya ialah mencukur misai dan memelihara janggut". (Hadis Riwayat Ahmad, Muslim, Abu Daud, Turmizi, An-Nasaii dan Ibn Majah)

Kalimah al-i’fa (الاعفاء) di dalam hadis-hadis di atas bermaksud:


هُوَ التَّرْكُ مِنْ عَفَا الشَّيْءِ اِذَا زَادَ وَكَثُرَ

“Al-i’fa ialah membiarkan (meninggalkan). Iaitu membiarkan sehingga bertambah banyak”. (Lihat: Al-Libas wa-Zinatu fi as-Syariah al-Islamiyah, Dr. Muhammad Abdulaziz ‘Amr)

Apabila kalimah i’fa sebagaimana yang terdapat dalam hadis-hadis yang lalu dikaitkan dengan janggut, ia memberi isyarat agar dibiarkan janggut tidak dicukur.

MENGIMANI SUNNAH

Individu yang mengimani hadis ini pastinya mentaatinya kerana Nabi Muhammad sallallahu ‘alaihi wa-sallam melarang setiap mukmin dari meniru atau menyerupai suluk (tatacara) orang-orang kafir, sama ada dari golongan Yahudi, Nasrani, Majusi atau munafik. Antara penyerupaan yang dilarang oleh baginda ialah pengharaman ke atas setiap orang lelaki yang beriman dari mencukur janggut dan jambang mereka.

Baginda melarang pula dari memelihara (memanjangkan) misai (kumis). Diharamkan memelihara misai kemudian mencukur janggut kerana ia jelas menyerupai perbuatan semua golongan orang-orang kafir. Motif utama dari larangan baginda agar orang-orang beriman dapat mengekalkan sunnah dan mengharamkan setiap orang yang beriman dari meniru tata-etika dan tata-cara orang-orang kafir.

Melalui pengharaman yang dijelaskan oleh Nabi Muhammad sallallahu ‘alaihi wa-sallam melalui hadis-hadis baginda, amat sukar untuk menolak atau menafikan tentang pengharaman mencukur janggut ini, kerana terlalu banyak hadis-hadis sahih yang membuktikannya dengan terang tentang pengharaman tersebut.

Memang tidak dapat diragukan, antara penyerupaan yang diharamkan oleh Nabi Muhammad sallallahu ‘alaihi wa-sallam ialah meniru perbuatan orang-orang kafir yang kebanyakan dari mereka lebih gemar mencukur janggut dan jambang mereka kemudian membiarkan (memelihara) misai mereka sebagai hiasan. Ketegasan larangan mencukur janggut yang membawa kepada penyerupaan masih dapat difahami melalui hadis-hadis baginda yang seterusnya sebagaimana di bawah ini:


عَنِ ابْنِ عُمَرٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ. رواه احمد وأبو داود والطبراني

"Dari Ibn Umar radiallahu ‘anhu berkata: Bersabda Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam: Sesiapa yang menyerupai satu satu kaum, maka ia telah menjadi golongan mereka". (Hadis Riwayat Ahmad, Abu Daud dan at-Thabrani)


عَنْ أبِي هُرَيْرَةَ : قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : اِنَّ أهْلَ الشِّرْكَ يَعفُونَ شَوَارِبَهُمْ وَيَحفُونَ لِحَاهُمْ فَخَالِفُواهُمْ فَاعْفُوا اللِّحَى وَاحْفُوا الشَّوَارِبَ. رواه البزار

"Dari Abi Hurairah radiallahu ‘anhu: Bersabda Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa-sallam: Bahawasanya ahli syirik memelihara misainya dan memotong janggutnya, maka janganlah meniru mereka, peliharalah janggut kamu dan potonglah misai kamu". (Hadis Riwayat al-Bazzar)


قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : خَالِفُوا الْمَجُوسَ لاَنَّهُمْ كَانُوْا يُقصِرُوْنَ لِحَاهُمْ وَيُطَوِّلُوْنَ الشَّوَارِبَ. رواه المسلم

"Bersabda Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa-sallam: Janganlah kamu meniru (menyerupai) orang-orang Majusi (penyembah berhala) kerana mereka itu memotong (mencukur) janggut mereka dan memanjangkan (memelihara) misai (kumis) mereka". (Hadis Riwayat Muslim)


قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : وَاحْفُوْا الشَّوَارِبَ وَاعْفُوْا اللِّحَى. وفِى رِوَايَةٍ : وَانْهَكُوا الشَّوَارِبَ وَاعْفُوا اللِّحَي. رواه البخاري

"Tipiskanlah misai kamu dan peliharalah janggut kamu. Di riwayat yang lain pula: Potonglah misai kamu dan peliharalah janggut kamu". (Hadis Riwayat Bukhari. Lihat: Silsilah al-Ahadis as-Sahihah. 208)


عَنْ أبِيْ هُرَيْرَةَ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهَ وَسَلَّمَ: مِنْ فِطْرَةِ الاِسْلاَمِ اَخْذ الشَّوَارِبَ وَاِعْفَاء اللِّحَي فَاِنَّ الْمَجُوْسَ تحَفى شَوَارِبَهَاوَتحْفِى لِـحَاهَا فَخَالِفُواهُمْ خُذُوا شَوَارِبَكُمْ وَاعْفُوالِحَاكُمْ. رواه ابن حبان

Dari Abi Hurairah berkata: Telah bersabda Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa-sallam: Di antara fitrah dalam Islam ialah memotong misai dan memelihara janggut, bahawasanya orang-orang Majusi memelihara misai mereka dan memotong janggut mereka, maka janganlah kamu menyerupai mereka, hendaklah kamu potong misai kamu dan peliharalah janggut kamu". (Hadis Riwayat Ibn Hibban)

عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَرٍ قَالَ : ذُكِرَ لِرَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمَجُوْس فَقَالَ : اِنَّهُمْ يُوَفِّرُوْنَ سِبَالَهُمْ وَيُحْلِقُوْنَ لِحَاهُمْ فَخَالِفُوْهُمْ. رواه البيهقي

"Dari Abdullah bin Umar berkata: Pernah disebut kepada Rasulullah salllalahu ‘alaihi wa-sallam seorang Majusi maka beliau bersabda: Mereka (orang-orang Majusi) memelihara misai mereka dan mencukur janggut mereka, maka (janganlah menyerupai cara mereka) tinggalkan cara mereka". (Hadis Riwayat al-Baihaqi)


عَنِ ابْنِ عُمَرٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ : اُمِرْنَا بِاِعْفَاءِ اللِّحْيَةَ. رواه مسلم

"Dari Ibn Umar radiallahu ‘anhuma berkata: Kami telah diperintahkan supaya memelihara janggut". (Hadis Riwayat Muslim)


عَنْ أبـِيْ هُرَيـْرَةَ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : جُزُّْوا الشَّوَارِبَ وَاَرْخُوْا اللِّحَى رواه مسلم

"Dari Abi Hurairah: Bersabda Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa-sallam: Cukurlah misai kamu dan peliharalah janggut kamu". (Hadis Riwayat Muslim)


عَنْ اَبِيْ هُرَيْرَةَ قَالَ : قَالَ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : اَعْفُوْا اللِّحَى وَجزُّوْا الشَّوَارِبَ وَلاَ تَشَبَّهُوْا بِالْيَهُود وَالنَّصَارَى. رواه أحمد

"Dari Abi Hurairah berkata: Bersabda Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa-sallam: Peliharalah janggut kamu dan cukurlah misai kamu, janganlah kamu meniru (menyerupai) Yahudi dan Nasrani". (Hadis Riwayat Ahmad)


عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: لاَ تَشَبَّهُوْا بِاْلاَعَاجِمِ ، اَعْفُوْا اللِّحَى

"Dari Ibn Abbas berkata: Bersabda Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa-sallam: Janganlah kamu meniru (menyerupai) 'Ajam (orang asing dan kafir), maka peliharalah janggut kamu". (Hadis Riwayat al-Bazzar)

MASYARAKAT DAN ULAMA

Di era globalisasi ini, masyarakat Islam telah bijak menerokai jalur infromai dan berinteraksi terus kepada para ulama diberbagai-bagai negara Islam. Mereka mampu menanyakan berbagai-bagai persoalan menggunakan berbagai-bagai bahasa perantaraan, mereka tidak lagi dibelenggu taklid kepada ulama tempatan, mereka tidak dikongkong enakmen dan fatwa Jabatan Agama atau Majlis Fatwa, mereka telah keluar dari kepompong kitab kuning (kitab pondok atau pasantren), mereka telah mengenali ulama profesional dan mereka telah didedahkan dengan hadis dan nas termasuklah yang berkaitan dengan persoalan janggut.

Oleh yang demikian, para ulama tempatan janganlah mengambil mudah dengan sesuatu persoalan, sepatutnya mereka segera dan mampu memberi jawaban secara berhujjah dan ilmiyah supaya tidak ketinggalan, ditinggalkan dan dimalukan oleh masyarakat disuatu ketika nanti.

Hampir keseluruhan jumhur ulama (ulama tafsir, ulama hadis dan para fuqaha) menegaskan bahawa suruhan yang terdapat pada hadis-hadis tentang janggut adalah menunjukkan suruhan yang wajib bukan sunnah, kerana ia menggunakan lafaz atau kalimah (صيغة الامر): "nada (gaya) suruhan" yang tegas, perintah yang jelas dan diulang-ulang. (Lihat: تفسير النصوص Jld.2 Hlm. 241. Adib Soleh)

Larangan Nabi Muhammad sallallahu ‘alaihi wa-sallam agar orang-orang yang beriman tidak mencukur janggut mereka dan tidak menyerupai Yahudi, Nasrani atau Majusi. Larangan ini telah dilahirkan oleh baginda melalui sabdanya dengan beberapa gaya bahasa dan ungkapan yang jelas, terang dan tegas. Sebagaimana hadis-hadis sahih yang seterusnya:


خَالِفُوْا الْمُشْرِكِيْنَ وَفّرُوْا اللِّحَى. رواه البخارى ومسلم

"Janganlah kamu menyerupai orang-orang Musyrikin dan peliharalah janggut kamu". (Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim)


فَخَالِفُوْهُمْ (اَهْلَ الشِّرْكِ) فَاعْفُوْا للِّحَى وَاحْفُوْا الشَّوَارِبَ. رواه البزار

"Tinggalkan cara mereka (jangan meniru orang-orang musyrik) peliharalah janggut kamu dan tipiskanlah misai kamu". (Hadis Riwayat Bazzar)
خَالِفُوْا الْمَجُوْسَ. رواه مسلم
"Tinggalkan cara Majusi (jangan meniru Majusi)". (Hadis Riwayat Muslim)


وَلاَ تَشَبَّهُوْا بِالْيَهُوْدَ وَالنَّصَارَى. رواه احمد

"Dan janganlah kamu sekalian menyerupai Yahudi dan Nasrani". (Hadis Riwayat Ahmad)


لاَتَشَبَّهُوْا بِاْلاَعَاجِمِ اَعْفُوْا اللِّحَى. رواه البزار

"Janganlah kamu sekalian menyerupai orang-orang yang bukan Islam, peliharalah janggut kamu". (Hadis Riwayat al-Bazzar)

Kesemua hadis-hadis di atas amat jelas menunjukkan bahawa Nabi Muhammad sallallahu ‘alaihi wa-sallam telah mewajibkan kepada setiap orang-orang yang beriman agar memelihara janggut mereka, kemudian merapikan atau menipiskan misai mereka. Nabi Muhammad sallallahu ‘alaihi wa-sallam telah mengharamkan mereka dari meniru perbuatan orang-orang kafir, sama ada golongan Yahudi, Nasrani, Majusi, munafik atau orang fasik yang mengingkari surahan baginda, yang melanggar larangannya dan yang tidak melayani seruan baginda yang mewajibkan memelihara janggut dan menipiskan misai.

PENYERUPAAN YANG DIHARAMKAN

Begitu juga jika diteliti beberapa hadis yang lalu, antara ketegasan hadis-hadis tersebut ialah melarang orang-orang beriman dari meniru (menyerupai) perbuatan mereka yang telah dilaknat, yang sesat dan yang ke neraka seperti golongan Yahudi, Nasrani, Majusi dan semua orang-orang kafir. Antara cara peniruan yang dikhabarkan oleh Nabi Muhammad sallallahu ‘alaihi wa-sallam ialah dengan cara memotong (mencukur) janggut kemudian memelihara misai (kumis).

Amat jelas dalam setiap hadis-hadis tentang janggut yang tertera di atas, semuanya merupakan suruhan atau perintah dari Nabi Muhammad sallallahu ‘alaihi wa-sallam agar orang-orang yang beriman memelihara janggut mereka kemudian memotong atau menipiskan misai mereka. Antara tujuan suruhan tersebut ialah supaya orang-orang yang beriman tidak menyerupai golongan orang-orang kafir, tidak kira apa jenis kekafiran mereka.

Hadis dari Ibn Umar radhiallahu ‘anhuma yang diriwayatkan oleh Ahmad, Abu Daud dan at-Thabrani yang telah dikemukakan di atas, perlu dijiwai dan dicernakan di hati setiap mukmin agar sentiasa menjadi panduan dan perisai untuk memantapkan pegangan (istiqamah) dalam memelihara hukum berjanggut. Hadis yang dimaksudkan ialah:


عَنِ ابْنِ عُمَرٍ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَمِنْهُمْ. رواه احمد وأبو داود والطبراني

"Dari Ibn Umar radhiallahu ‘anhuma berkata: Sesiapa yang menyerupai satu satu kaum, maka dia telah tergolong (agama) kaum itu". (Hadis Riwayat Ahmad, Abu Daud dan at-Thabrani)

Hadis di atas ini dapat memberi keyakinan dan penerangan bahawa sesiapa yang meniru kaum-kaum jahiliyah yang terdiri dari kalanganYahudi, Nasrani atau Majusi sebagai contoh ikutan, sehingga mengenepikan amalan sunnah dan merubah hukum yang telah ditetapkan oleh agama Islam, atau tidak meyakini apa yang diturunkan kepada Nabi Muhammad sallallahu ‘alaihi wa-sallam atau tidak memperdulikannya, maka peniru tersebut ditakuti tergolong dalam golongan kafir yang ditiru. Oleh itu bertaubatlah kerana taubat meyelamatkan diri dari terus bersama mereka sehingga di akhirat.

Kesahihan hadis di atas dikuatkan lagi dengan hadis sahih di bawah ini:


اَبْغَضُ النَّاسِ اِلىَ اللهِ ثَلاَثَةٌ (وَمِنْهُمْ) مُبْتَغ فِى اْلاِسْلاَمِ سُنَّة الْجَاهِلِيَّة. رواه البخارى

"Tiga jenis manusia yang dibenci oleh Allah (antara mereka) ialah penganut Islam yang masih memilih (meniru) perbuatan jahiliyah". (Hadis Riwayat Bukhari)

Dalam sebuah hadis riwayat Ibn Umar, Nabi Muhammad sallallahu ‘alaihi wa-sallam telah bersabda:


مَنْ تَشَبَّهَ بِهِمْ حَتَّى يَمُوْتَ حَشَرَ مَعَهُمْ

"Sesiapa yang meniru (menyerupai) seperti mereka (orang-orang bukan Islam) sehingga ia mati, maka ia telah termasuk dalam golongan mereka (sehingga ke akhirat)".

MEMELIHARA FITRAH & AMANAH

Al-Fitrah (الفطرة) bermakna: (الخلقة المبتدأة)Penciptaan atau Permulaan. Sebagai contoh disebut di dalam al-Quran: فاطر السموات والارض “Allah yang mencipta langit dan bumi”. Al-fitrah di ayat ini bermakna mencipta. (Lihat: وجوب اعفاء اللحية hlm. 31-32)

Berkata Ibn Athir rahimahullah:


الفطرة : اى السنة ، يعني سنن الأنبياء عليهم السلام التي أمرنا ان نقتدي بهم فيها

“Al-Fitrah: Bermakna As-Sunnah (السنة) yakni sunnah-sunnah para nabi ‘alaihumus salam yang kita telah diperintah untuk mencontohi (mengikut) sunnah mereka.” (Lihat: Nailul Autar 1/123)

Pengertian fitrah Islamiyah boleh difahami dari apa yang telah dikatakan oleh Imam as-Suyuti rahimahullah. Beliau menjelaskan:


وَاَحْسَنُ مَا قِيْلَ فىِ الْفِطْرَةِ اَنَّهَا السُنَّةُ الْقَدِيْمَةُ الَّتِى اخْتَارَهَا اْلأنْبِيَاءُ وَاتَّفَقَتْ عَلَيهَا الشَّرَائِعُ فَكَأنَّهَا أمْرٌ جِبِلِّيٌ فُطِرُوْا عَلَيْهَا"

"Sebaik-baik apa yang dikatakan dalam tafsir tentang al-fitrah adalah sunnah terdahulu yang dipilih oleh para nabi dan disepakati oleh syara sehingga menjadi seperti satu kemestian yang dicipta pada mereka". (Lihat: النهاية 3/257. Lihat: Fathul Bari 10/339)

Memelihara janggut adalah fitrah Islamiyah yang diamalkan oleh semua para nabi, para rasul ‘alaihimus salam, para sahabat dan orang-orang yang soleh.

SIRAH PARA NABI & PARA RASUL

Sirah para rasul, para nabi sehingga ke Nabi Muhammad sallallahu ‘alaihi wa-sallam, sejarah para sahabat terutama Khulafa ar-Rasyidin, kesemua mereka didapati memelihara janggut kerana berpegang kepada fitrah dan perintah rasul yang diutus.

Di dalam al-Quran, antara ciri khusus yang ditonjolkan pada kisah Nabi Harun ‘alaihissalam ialah fitrahnya (janggutnya). Ini membuktikan Nabi Harun memelihara janggutnya. Allah ‘Azza wa-Jalla berfirman:

قَالَ يَابْنُؤُمِّ لاَ تَاْخُذْ بِلِحْيَتِيْ وَلاَ بِرَاْسِيْ. طه 94:20

"Harun menjawab: Hai putera ibuku! Janganlah kamu pegang janggutku dan jangan pula kepalaku". (Thaha 20: 94)

Berkata al-Allamah as-Syangqiti rahimahullah ketika menafsirkan ayat di atas ini:

“Ayat yang mulia ini menunjukkan wajibnya memanjangkan (memelihara) janggut, ini adalah Qurani menyeru memelihara janggut dan larangan mencukurnya. Jika engkau telah mengetahui bahawa Harun bulu janggutnya panjang, dengan dalil ucapan dia kepada saudaranya: “Janganlah kamu pegang janggutku” kerana seandainya dia mencukurnya maka saudaranya tidak mungkin memegangnya. Maka jelas bagi kamu dengan sejelas-jelasnya bahawa memperkatakan janggut adalah perilaku antara perilaku-perilaku yang diperintahkan oleh al-Quran al-Azim, dan ia adalah perilaku para rasul yang mulia”. (Lihat: ادلة تحريم حلق اللحية hlm. 43)

Apabila janggut disentuh dalam kisah nabi di ayat ini, menunjukkan penampilan seorang nabi antaranya ialah berjanggut. Janggut disebut kerana ada muslihat. Ingatlah! Semua para nabi dan rasul dijadikan model untuk semua umat selepas mereka, maka keterampilannya perlu dicontohi.

Berkata al-Allamah Ibn Hazm al-Andalusi rahimahullah:


واتفقوا – أي الائمة – عَلَى انَّ حَلْقَ اللِّحْيَةِ مُثْلَةٌ لاَ تَجُوْزُ

“Telah sepakat iaitu para imam, bahawa mencukur janggut adalah perbuatan keji, tidak dibolehkan”. (Lihat: مراتب الاجماع hlm. 157. Dan Lihat: المحلى 2/189)

Berkata Syeikhul Islam Ibn Taimiyah rahimahullah:


وَيَحْرُمُ حَلْقُ اللِّحْيَةِ

“Dan diharamkan mencukur janggut”. (Lihat: الاختيارات العلمية hlm. 6)

Berkata Ibn Abidin (beliau dari kalangan mazhab Hanafi):


وَيَحْرُمُ عَلَى الرَّجُلِ قَطْع لِحْيَتهُ – أي حَلْقَهَا

“Diharamkan bagi seorang lelaki memotong janggutnya, iaitu mencukurnya”. (Lihat: رد المختار jld. 2. hlm. 418)

Berkata al-‘Adawi (beliau ulama dari kalangan mazhab Maliki:


يَحْرُمُ اِزَالَة شَعْر اللِّحْيَةِ

“Diharamkan mencukur janggut”. (Lihat: حاشية العدوي على شرح رسالة ابن زيد jld. 2 hlm. 411)

KISAH JANGGUT NABI DAN ISTERINYA

Para isteri Nabi Muhammad sallallahu ‘alaihi wa-sallam juga suka melihat Nabi berjanggut. Ada yang meletakkan minyak wangi di janggut dan jambang baginda. Kalaulah janggut itu bukan persoalan besar, hanya perkara remeh atau tidak mustahak, pastinya hadis yang bernilai mutaffaq ‘alaihi yang berupa wahyu ini tidak disebutkan dengan menyentuh persoalan janggut. Isu janggut menjadi fokas dan subjek di dalam hadis sahih di bawah ini menceritakan:


عَنْ عَائِشَةَ اُمّ الْمُؤْمِنِيْنَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا قَالَتْ : كُنْتُ أطَيبُ النَّبِىّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِاَطْيَبِ مَا نَجِد فِىْ رَاْسِهِ وَلِحْيَتِهِ . متفق عليه

"Dari 'Aisyah Ummul Mukminin radhiallahu anha berkata: Aku mewangikan Nabi sallallahu ‘alaihi wa-sallam dengan sebaik-baik wangi-wangian pada rambut dan janggutnya". (Hadis Mutaffaq ‘alaihi)


قَالَ اَنَسُ بْنُ مَالِكٍ : كَانَتْ لِحْيَةُ النَّبِى صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : قَدْ مَلاَءَ تْ مِنْ هَاهُنَا اِلَى هَاهُنَا فَاَمَرَ يَدَيْهِ عَلَى عَرضَيْهِ. رواه ابن عساكر (فى تاريخه)

"Berkata Anas bin Malik: Janggut Nabi sallallahu ‘alaihi wa-sallam didapati lebat dari sini ke sini, maka diletakkan kedua tangannya di pipinya". (Hadis Riwayat Ibn Asyakir dalam kitab Tarikhnya)

Di dalam kitab (فتح الباري) jld. 10, hlm. 335, terdapat teks yang ditulis:


فَهُوَ مِنْ بَقَايَا الدِّيْنِ الَّذِى وَرثُوْهُ عَنْ اِبْرَاهِيْم عَلَيْهِ السَّلاَم وَعَلَى نَبِيِّنَا الصَّلاَة وَالسَّلاَم كَمَا وَرثُوْا عَنْهُ الْخِتَان أيْضًا

"Memelihara janggut adalah sebahagian dari kesan agama yang diwariskan oleh Nabi Ibrahim 'alaihissalam yang diwariskan kepada Nabi kita (Muhammad sallallahu ‘alaihi wa-sallam). Kewajiban berjanggut telah menjadi warisan para nabi sebagaimana kewajiban berkhatan".

Teks di atas menunjukkan bahawa berjanggut adalah warisan para nabi dan para rasul, ia berupa kewajiban yang wajib dilaksanakan sebagaimana wajibnya berkhatan (bersunat). Kewajiban berjanggut dikuatkan lagi dengan beberapa hadis-hadis sahih di bawah ini:

عَنْ جَابِرٍ قَالَ : كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : كَثِيْرُ شَعْرُ اللِّحْيَة. رواه مسلم

"Dari Jabir berkata: Sesungguhnya Rasulullah lebat janggutnya". (Hadis Riwayat Muslim)


عَنْ مُعَمَّرٍ قَالَ : قُلْنَا لِخَبَّابٍ أكَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : يَقْرَاُ فِى الظُّهْرِ وَالْعَصْرِ؟ قَالَ : نَعَمْ . قُلْنَا مِنْ اَيْنَ عَلِمْتَ ؟ قَالَ : بِاِضْطِرَابِ لِحْيَتِهِ

"Dari Mu'amar berkata: Kami bertanya kepada Khabbab, adakah Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa-sallam membaca (al-Quran) di waktu Zuhur dan 'Asar? Beliau berkata: Ya! Kami bertanya, dari mana engkau tahu? Beliau menjawab: Dengan bergerak-geraknya janggut baginda". (Hadis Riwayat Bukhari)


عَنْ جَابِرٍ قَالَ : كَانَ رَسُولُ اللهِ قَدْ شَمَطَ مُقَدِّمَ رَاْسَهُ وَلِحْيَتَهُ. رواه مسلم

"Dari Jabir berkata: Kebiasaannya Rasulullah sallalhu ‘alaihi wa-sallam apabila bersikat dimulakan pada rambutnya kemudian pada janggutnya". (Hadis Riwayat Muslim)

عَنْ عُمَرٍ قَالَ : كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : كَثَّ اللِحْيَة ، وَفِى رِوَايَةٍ كَثِيْفَةُ اللِحْيَة ، وَفِى رِوَايَةِ اَخَر عَظِيْمَةُ اللِّحْيَة. رواه الترمزي

"Dari Umar berkata : Sesungguhnya Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa-sallam lebat janggutnya, di riwayat yang lain tebal janggutnya dan di lain riwayat pula subur janggutnya". (Hadis Riwayat at-Tirmidzi)


عَنْ أنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ : اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : كَانَ اِذَا تَوَضَّاَ اَخَذَ كَفَّا مِنْ مَاءٍ فَاَدْخَلَهُ تَحْتَ حَنكِهِ فَخَلَّلَ بِهِ ، قَالَ : هَكَذَا اَمَرَنِيْ رَبِّيْ

"Dari Anas bin Malik berkata: Sesungguhnya Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa-sallam apabila berwuduk meletakkan tapak tangannya yang berair ke bawah dagunya dan diratakan (air) di janggutnya. Beliau bersabda: Beginilah aku disuruh oleh Tuhanku". (Hadis Riwayat Abu Daud)


كَانَ فِى لِحْيَتَهِ شَعَرَاتٌ بيْضٌ. رواه مسلم

"Terdapat pada janggut (Nabi sallallahu ‘alaihi wa-sallam) janggut yang putih". (Hadis Riwayat Muslim)


اِنَّهُ لَمْ يَرَ مِنَّ الشَّيْبِ اِلاَّ قَلِيِلاً. رواه مسلم

"Tidak kelihatan uban di janggutnya kecuali sedikit". (Hadis Riwayat Muslim)


وَلَيْسَ فِى رَاْسِهِ وَلِحْيَتِهِ عِشْرُوْنَ شَعْرَة بَيْضَاءَ. رواه البخاري

"Rambut yang putih (uban) di kepala dan di janggut (Nabi Muhammad sallallahu ‘alaihi wa-sallam) tidak melebihi dua puluh helai". (Hadis Riwayat Bukhari)

MENYALAHI CONTOH NABI & KHULAFA AR-RASYIDIN

Antara sifat dan keterampilan Nabi Muhammad sallallahu ‘alaihi wa-sallam ialah janggutnya yang lebat. Telah diriwayatkan dalam sahih Muslim dari hadis Jabir bin Samurah bahawa Nabi sallallahu ‘alaihi wa-sallam lebat bulu janggutnya. Telah dinyatakan dari para Khulafa ar-Rasyidin al-Mahdiyin dan dari para sahabat lainnya serta para tabi’in, mereka semua memelihara janggut dan lebat janggut mereka.

Kesemua para Khulafa ar-Rasyidin memelihara janggut mereka. Abu Bakar termasuk Khalifah yang lebat janggutnya. (Lihat: قوت القلوب 4/9) Umar mempunyai janggut yang tebal. (Lihat: الاصابة 2/511) Uthman berjanggut lebat. (Lihat: الاصابة 2/455) Diriwayatkan dari Sa’ad dari as-Syabi beliau berkata: Aku melihat Ali radhillahu ‘anhu berjanggut tebal sehingga menutupi bahunya. (Lihat: تاريخ الخلفاء 129)

Mereka semua adalah orang-orang yang paling mulia, yang paling berilmu, paling bertaqwa dan paling hampir dengan Rasulullah sallallahu ‘alahi wa-sallam yang sudah disepakati oleh umat keluhuran akhlak mereka. Mengapa tidak berittiba’ kepada mereka tentang berjanggut? Mengapa janggut sering dipertikaikan sedangkan tidak seorangpun dari para sahabat yang pernah mempertikaikan perkara yang berkaitan dengan janggut.

SELURUH PARA NABI & SAHABAT BERJANGGUT

Dari hadis-hadis yang lalu dan melalui keterangan yang diperolehi dari hadis-hadis sahih, athar dan sirah (sejarah para nabi dan para sahabat) sebagaimana yang lalu, terbukti tidak seorangpun dari kalangan mereka mencukur janggut. Begitu juga dari kalangan para sahabat tidak seorangpun yang mencukur janggut mereka. Dan tidak seorangpun dari mereka menghalalkan perbuatan mencukur janggut. Malah didapati keseluruhan para sahabat memelihara janggut sebagaimana keterangan dari hadis-hadis di bawah ini:

كَانَ أبُوْ بَكْرٍكَثَّ اللِّحْيَة وَكَانَ عُثْمَانُ رَقِيْقَ اللِّحْيَةِ طَوِيْلهَاوَكَانَ عَلِيُّ عَرَضَ اللِّحْيَة. رواه الترمزي

"Didapati Abu Bakar lebat janggutnya, Uthman jarang (tidak lebat) janggutnya tetapi panjang, dan Ali tebal janggutnya". (Hadis Riwayat at-Tirmidzi)


قَالَ الْبُخَارِيُّ: كَانَ اِبْنُ عُمَر يُحفِيْ شَارِبَهُ حَتَّى ينْظرَ اِلَى بَيَاضِ الْجِلْدِ وَيَاْخُذ هَذيْنِ

"Berkata al-Bukhari: Ibn Umar menipiskan misainya sehingga kelihatan kulitnya yang putih dan memelihara janggut dan jambangnya". (Lihat: Fathul Bari, jld 10. Hlm. 334. Ibn Hajar)

وَكَانَ اِبنُ عُمَر اِذَا حَجَّ اَوِ اعْتَمَرَ قَبَضَ عَلَى لِحْيَتِهِ فَمَا فَضل اَخَذَهُ. رواه البخارى

"Semasa Ibn Umar mengerjakan haji atau umrah, beliau menggenggam janggutnya, mana yang lebih (dari genggamannya) dipotong". (Hadis Riwayat Bukhari)

Kesemua hadis-hadis dan penjelasan di atas bukan sahaja menjelaskan suatu contoh perbuatan Nabi Muhammad, para nabi sebelum baginda, tetapi termasuk juga para sahabat yang kesemua mereka memelihara janggut. Malah hadis-hadis di atas juga merupakan lanjutan yang berupa suruhan dari nabi-nabi dan rasul-rasul sebelum Nabi Muhammad sallalahu ‘alaihi wa-sallam diutus.

Nabi Muhammad sallallahu ‘alaihi wa-sallam meneruskan suruhan tersebut ke atas orang-orang yang beriman supaya memelihara janggut mereka. Anehnya, dalam hal suruhan dan contoh yang nyata ini dirasakan sukar difahami oleh segolongan ulama. Entah dimana suara para mufti, kadi, imam, ustaz dan alim ulama dewasa ini. Apakah mereka tidak pernah terjumpa (terbaca) walaupun sepotong hadis yang mewajibkan memelihara janggut. Mengapa mereka berat untuk menyuarakan dan mengamalkannya? Mengapa pula suruhan dan larangan yang terdapat di dalam firman Allah di bawah ini tidak mereka perhatikan:


وَمَا ءَ اتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وّمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوْا

"Dan apa yang disampaikan oleh Rasul maka hendaklah kamu ambil (patuhi) dan apa yang ditegah kamu (dari melakukannya) maka hendaklah kamu tinggalkan". (al-Hasyir, 59: 7)

NASH YANG MEWAJIBKAN MEMELIHARA JANGGUT

Nas-nas syara’ berupa suruhan Allah Azza wa-Jalla agar berjanggut telah disampaikan oleh RasulNya. Semua nas-nas berkaitan dengan janggut, sebagaimana yang telah berlalu di atas memberi penekanan agar setiap orang yang beriman patuh melaksanakan apa yang disuruh oleh Allah dan RasulNya, dan meninggalkan apa yang telah diharamkan. Menurut nas-nas syara, memelihara janggut telah diperintahkan dan mencukur janggut telah diharamkan.

Orang-orang beriman pastinya gerun dan takut mendengar berita tentang sikap Iblis. Iblis enggan mematuhi suruhan Allah Subhanahu wa-Taala ketika diperintah supaya sujud kepada Nabi Adam ‘alaihis salam. Iblis dilaknat kerana mengingkari satu sahaja perintah Allah. Keengganan umat Nabi Muhammad sallallahu ‘alaihi wa-sallam mematuhi baginda ditakuti ada persamaannya dengan keenganan Iblis mematuhi suruhan Allah, sedangkan mematuhi Rasulullah adalah sama seperti mematuhi suruhan Allah. Kita wajib mematuhi perintah Rasulullah demi mendapat balasan syurga. Baginda bersabda:


مَنْ اَطَاعَنِيْ دَخَلَ الْجَنَّةِ وَمَنْ عَصَانِيْ فَقَدْ اَبَى

“Sesiapa yang mentaati aku dia akan masuk ke syurga, dan sesiapa yang bermaksiat padaku (enggan mematuhi baginda), maka dia telah menolak (menolak sunnah dan menolak syurga)”. (Hadis Riwayat Bukhari)

Mematuhi Rasulullah adalah asas mentaati Allah. Mengapa masih ramai orang Islam yang tidak mahu mentaati perintah Rasulullah yang telah diulang berkali-kali yang memerintahkan orang-orang Islam supaya memelihara janggut. Apakah patut beralasan berjanggut tidak kacak, selekeh, comot dan hanya persoalan remeh?

Keingkaran dan alasan seperti ini ditakuti menyerupai alasan Iblis sebagaimana yang dikisahkan di dalam al-Quran. Atau mensikapi sikap Bani Israil, orang-orang munafik dan orang-orang fasik yang banyak alasan dan dolak-daliknya atau kehancuran yang ditimpakan kepada umat yang mengingkari perintah Nabi agar bertahan di atas Bukit Uhud.

Adapun petanda mewarisi sikap Iblis antaranya ialah bongkak, biadab, bangga diri dan membantah. Akhirnya iblis keterlaluan sehingga menentang Allah. Iblis dikekalkan di neraka hanya lantaran tidak mahu mematuhi satu-satunya suruhan Allah Subhanahu wa-Ta’ala, iaitu sujud kepada Adam ‘alaihi sallam bapa sekalian manusia.

Mentaati Allah dan Rasulnya dalam setiap aspek adalah bukti yang menandakan cinta seseorang kepada Allah dan RasulNya, kerana syarat dan tanda mencintai Allah dan RasulNya ialah ketaatan. Sebagaimana firman Allah:


قُلْ اِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّوْنَ اللهَ فَاتَّبِعُوْنِى يُحْبِبْكُمُ اللهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ

"Katakanlah jika kamu (benar-benar)mencintai Allah, ikutlah aku, nescaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu". (Ali Imran, 3: 31)

Cinta perlukan pembuktian walaupun dalam hal atau perkara yang kecil dan dianggap remeh. Sikap orang-orang yang beriman apabila mengetahui bahawa Allah dan RasulNya telah menetapkan sesuatu hukum dan menyeru mereka supaya mematuhinya, maka oleh kerana cinta mereka yang bersangatan terhadap Allah dan Rasulnya maka mereka akan mematuhinya tanpa banyak persoalan. Kepatuhan mereka adalah benar-benar didorong oleh rasa cinta kepada Allah dan RasulNya sebagaimana firman Allah:

اِنَّمَا كَانَ قَوْلَ الْمُؤْمِنِيْنَ اِذَا دُعُوْا اِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ اَنْ يَقُوْلُوا سَمِعْنَا وَاُوْلَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ

"Sesungguhnya jawaban orang-orang yang beriman apabila mereka diseru kepada Allah dan RasulNya agar menghukum di antara mereka, ucapan mereka ialah : Kami mendengar dan kami patuh. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung". (an-Nuur, 24: 51)

Orang-orang yang beriman akan mentaati segala suruhan Allah dan RasulNya walaupun sekecil-kecilnya kerana mereka mengimani bahawa suruhan Allah Subhanahu wa-Ta’ala wajib dipatuhi. Mereka menyedari jika suruhan yang kecil dan mudah tidak mampu dilaksanakan tentunya yang besar-besar akan ditinggalkan. Malah orang yang beriman akan sentiasa berpegang teguh dengan suruhan Allah Subhanahu wa-Ta’ala sebagaimana yang terdapat pada ayat di bawah ini:


وَاَطِيْعُوْا اللهَ وَاَطِيْعُوْا الرَّسُوْلَ وَحْذَرُوْا فَاِنْ تَوَلَّيْتُمْ فَاعْلَمُوْا اَنَّمَا عَلَىرَسُوْلِنَا الْبَلاَغُ الْمُبِيْنَ

"Dan taatlah kamu kepada Allah dan taatlah kepada Rasul(Nya) dan berhati-hatilah. Jika kamu berpaling, maka ketahuilah bahawa sesungguhnya kewajiban Rasul Kami hanyalah menyampaikan (amanat Allah) dengan terang". (al-Maidah, 5: 92)


وَمَااَرْسَلْنَامِنْ رَسُوْلٍ اِلاَّلِيُطَاعَ بِاِذْنِ اللهِ

"Dan Kami tidak mengutus seorang Rasul, melainkan untuk ditaati dengan izin Allah". (an-Nisa, 4:64)

Ayat-ayat di atas merupakan suruhan agar kita mengambil (mentaati suruhan yang berupa setiap apa) yang didatangkan (yang berupa perintah) dari Allah dan RasulNya kemudian meninggalkan semua yang ditegah (dilarang atau diharamkan) serta melaksanakan semampu mungkin setiap suruhan terutamanya yang nyata wajibnya.

Allah dan RasulNya tidak meredhai perbuatan orang-orang kafir, oleh sebab itu melaknat siapapun dari kalangan orang Islam yang meniru cari mereka yang tidak diredhai oleh Allah dan RasulNya seperti perbuatan mencukur janggut kemudian memelihara misai mereka sahaja. Orang-orang yang menyedari bahawa perbuatannya yang suka meniru perbuatan orang-orang kafir itu dibenci, dilaknat dan tidak diredhai oleh Allah dan RasulNya tetapi mereka masih meneruskan perbuatan tersebut dan menyukainya, maka ingatlah Allah telah mengancam orang-orang seperti ini dengan firman-Nya:


ذَلِكَ بِاَنَّهُمُ اتَّبَعُوْا مَااَسْخَطَ اللهَ وَكَرِهُوْا رِضْوَانَهُ فَاَحْبَطَ اَعْمَالَهُمْ

"Yang demikian itu adalah kerana sesungguhnya mereka mengikuti (apa yang menimbulkan) kemurkaan Allah dan (kerana) membenci keredhaanNya, sebab itu Allah menghapuskan (pahala) amal-amal mereka". (Muhammad, 47: 28)

Nabi Muhammad sallallahu ‘alaihi wa-sallam menegah orang-orang yang beriman dari mencukur janggut dan jambang. Berkali-kali baginda menyuruh memelihara janggut dengan berbagai-bagai ungkapan agar dapat difahami dan diterima oleh umatnya.

Apakah benar seseorang itu mencintai Allah dan RasulNya jika perkara yang paling mudah dan tidak mengeluarkan modal ini mereka abaikan dan tidak memperdulikannya langsung? Apakah mereka tidak mampu untuk memahami suruhan Nabi Muhammad sallallahu ‘alaihi wa-sallam dan tidak mahu mentaatinya? Suri tauladan dari siapakah yang sewajarnya ditiru oleh orang-orang yang beriman? Apakah lebih berbangga dan menyenangi contoh yang ditiru dari Yahudi, Nasrani atau Majusi yang ditegah dari menirunya? Atau mencintai contoh dari Rasul utusan Allah, contoh dari para sahabat baginda dan contoh dari orang-orang soleh yang dibanggakan oleh setiap orang yang beriman apabila dapat mematuhi dan mentaati contoh tersebut? Contoh yang terbaik dan selayaknya dibanggakan adalah sebagaimana firman Allah:


لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِى رَسُوْلِ اللهِ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُوْا اللهَ والْيَوْمَ اْلأخِرِوَذَكَرَ
اللهَ كَثِيْرًا

"Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (iaitu) bagi orang-orang yang mengharapkan (rahmat) Allah (dan kedatangan) hari Kiamat dan dia banyak mengingati Allah". (al-Ahzab, 33: 21)


فَمَنْ تَبِعَنِى فَاِنَّهُ مِنِّى وَمَنْ عَصَانِى فَاِنَّكَ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ

"Maka barangsiapa yang mengikutiku, maka sesungguhnya orang itu termasuk golonganku dan barangsiapa yang mendurhakai aku, maka sesungguhnya Engkau Maha Pengampun lagi Maha Penyayang". (Ibrahim, 14: 36)

Berkata as-Syeikh Ismail al-Ansari dalam memperkatakan hadis (athar) dari Ibn Umar radhiallahu ‘anhuma:


"وَلاَ شَكَّ اَنَّ قَوْلَ الرَّسُوْلِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَفِعلهُ اَحَقُّ وَاَوْلَى بِاْلاِتِّبَاعِ مِنْ قَوْلِ غَيْرِهِ كَائِنًا مَنْ كَانَ"

"Tidak syak lagi bahawa kata-kata Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa-sallam dan perbuatannya lebih berhak dan utama dipatuhi daripada kata-kata selain dari baginda, tidak kira siapapun orang itu". (Lihat: تحريم حلق اللحي للعاصمي hlm. 6. Muhammad Ahmad bin Ismail)

Mencintai Nabi Muhammad sallallahu ‘alaihi wa-sallam dan seluruh sunnahnya ialah dengan cara mencontohi segala suri teladan dan amalannya, mentaati seruannya dan mematuhi segala suruhannya sedaya mungkin.

Berjanggut atau berjambang adalah suri teladan, suruhan dan amalan yang berupa syariat para rasul, para nabi, para sahabat dan orang-orang soleh sejak dahulu kala sehinggalah ke hari kiamat. Oleh itu ikutilah syariat para nabi bukan hawa nafsu mereka yang tidak mengetahui. Inilah seriuan syariat sebagaimana diperintahkan oleh Allah Azza wa-jalla:

ثُمَّ جَعَلْنَاكَ عَلَى شَرِيْعَةٍ مِنَ اْلاَمْرِ فَاتَّبِعْهَا وَلاَ تَتَّبِعْ اَهْوَاءَ الَّذِيْنَ لاَيَعْلَمُوْنَ

“Kemudian kami jadikan kamu berada di atas syariat pada urusan agama, maka ikutlah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui”. (al-Jasiyah, 45: 18)

HARAM MEYERUPAI YAHUDI, NASRANI ATAU MAJUSI (MUSYRIKIN)

Memelihara janggut dan jambang adalah jelas sekali merupakan ibadah dan amal soleh. Suatu perintah syara yang pelakunya diredhai oleh Allah dan RasulNya. Tidak sukar meniru (menyerupai) amal ibadah berjanggut yang diwariskan oleh para rasul, para Nabi, para sahabat bagi orang-orang yang beriman dan bertaqwa.

Berjanggut adalah ibadah yang berterusan pahalanya, terus diberi kebaikan tanpa henti ganjarannya selagi janggut tersebut tidak dicukur. Berjanggut besar pahalanya kerana ia ibadah wajib yang telah diwajibkan oleh Nabi Muhammad sallallahu ‘alaihi wa-sallam. Baginda telah mengharamkan setiap orang beriman mencukurnya. Antara sebab larangan baginda ialah supaya tidak menyerupai perbuatan orang kafir sama ada Yahudi, Nasrani atau Majusi sebagaimana hadis baginda:


خَالِفُوْا الْمُشْرِكِيْنَ وَاحْفُوْا الشَّوَارِبَ وَأوْفُوْا اللِّحَى

"Usahlah menyerupai orang-orang Musyrikin, tipiskanlah misai kamu dan peliharalah janggut kamu". (Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim)

Syeikh Ibn Taimiyah menegaskan bahawa:

"Larangan dari meniru orang-orang Musyrikin (yang dimaksudkan oleh hadis di atas) adalah secara mutlak". (Lihat: اقتضاء الصراط المستقيمhlm. 59)


جَزُّوْا الشَّوَارِبَ وَارْخُوْا اللِّحَى خَالِفُوْا الْمَجُوْسَ

"Potonglah misai kamu, peliharalah janggut kamu dan jangan kamu meniru (menyerupai) Majusi". (Hadis Riwayat Ahmad, Muslim dan Baihaqi)

Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa-sallam diutus oleh Allah Subhanahu wa-Ta’ala semata-mata untuk ditaati. Melanggar larangan dari Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa-sallam adalah kemungkaran yang besar lebih-lebih lagi jika diiringi dengan ancaman sebagaimana hadis yang mengancam orang-orang yang meniru suluk orang-orang kafir maka mereka akan menjadi sebagaimana keadaan orang kafir yang ditiru atau diikuti.

Rasulullah sallallahu ‘alihi wa-sallam melarang dari meniru orang kafir dalam perkara-perkara yang bertentangan dengan al-Quran dan as-Sunnah. Tetapi tidak ada larangan dalam perkara atau hal-hal tabii seperti meniru makan roti, masakan, pengurusan pejabat dan sebagainya. Apa yang dilarang (diharamkan) sebagaimana yang terdapat di dalam nas-nas yang lalu ialah mencukur janggut. Larangan yang sudah jelas penegahannya. Melanggar larangan ini dikhuatiri memasukkan dirinya menjadikan golongan orang yang ditiru sebagaimana sabda Nabi Muhammad sallallahu ‘alaihi wa-sallam di bawah ini:


مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوِ مِنْهُمْ. رواه احمد والطبرانى وقال العراقى فى تخريج الاحياء : سنده صحيح . وقال ابن تيمية : اسناده جيد

"Sesiapa yang menyerupai satu-satu kaum maka ia telah menjadi kaum tersebut". (Hadis Riwayat Ahmad dan at-Thabrani)

Berkata al-Iraqi dalam تخريج الاحياء, sanadnya sahih dan berkata Ibn Taimiyah : Isnadnya baik.

Berkata Syah Waliullah ad-Dahlawi:

Janggutlah yang membezakan antara anak kecil dengan orang dewasa. Ia menjadi hiasan ulama dan penyempurna kelelakian, maka janggut wajib dipelihara (haram dicukur). Memotong janggut adalah mengikut sunnah Majusi. Mencukur janggut telah merubah ciptaan Allah, meniru perbuatan mereka yang sesat dan (bersikap) takbur dengan apa yang dikerjakan". (Lihat: حجة الله البالغة jld. 1 hlm 182)

PENGUKIR BID’AH

Terdapat individu yang lahirnya kelihatan seperti bersemangat berapi-api memperkatakan sunnah, kononnya menyeru manusia supaya kembali kepada al-Quran dan hadis, melaung-laungkan suaranya mengajak manusia mengamalkan sunnah, mendakwa bahawa dirinya mencintai Nabi, mencintai sunnahnya, ingin mengajak manusia menghidupkan kebenaran dan memperjuangkan agama, tetapi tidak sudi mengamalkan sunnah, tidak mahu mentaati suruhan Nabinya iaitu menentang hukum wajibnya berjanggut (yang tidak perlu mengeluarkan modal untuk melaksanakannya), maka orang-orang seperti ini adalah pembohong besar, orang fasik dan pada hakikatnya orang seperti inilah yang benar-benar jahil tentang sunnah, kerana telah terukir bid’ah di wajahnya.

Ciri-ciri mereka mudah dikenali, kerana hampir setiap hari kegemaran mereka mengukir tanda bid'ah di wajahnya. "Itulah ciri muka orang bid'ah (mubtadi’)". Orang yang melaungkan sunnah tetapi masih berterusan mengukir bid'ah di mukanya adalah orang yang pandai berkata, tetapi pendusta kerana perkataannya tidak serupa dengan perbuatannya. Orang seperti ini paling dibenci oleh Allah sebagaimana dijelaskan di dalam firman-Nya:


كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللهِ اَنْ تَقُوْلُوْا مَا لاَ تَفْعَلُوْنَ. الصف 3:61

"Amat besar kebencian di sisi Allah, bahawa kamu memperkatakan (agama) tetapi kamu tidak melaksanakan". (as-Saff, 61: 3)

Perlu diingat bahawa orang yang berkobar-kobar (kononnya) mengajak manusia kembali mengamalkan dan memperjuangkan al-Quran dan as-Sunnah, tetapi mencukur janggutnya, maka orang-orang seperti ini sebenarnya penentang sunnah, pejuang bid’ah, lari dari sunnah, mempermainkan agama dengan kata-katanya dan membohongi masyarakat.

Muka yang tak tahu malu ialah muka-muka yang menggelarkan dirinya ulama, iaitu ulama yang mencari makan atau keuntungan pakai modal sunnah, tetapi mukanya dilarikan dari sunnah, sunnah di mukanya (janggut) dimusnahkan, dibuang, dihilangkan dan dicukur sehingga kelihatan seiras muka perempuan. Dia lari dari fitrah (sunnah berjanggut), namun mendakwa dirinya pejuang sunnah, mengaku Ahli Sunnah wal-Jamaah tetapi malu memelihara sunnah di mukanya, iaitu malu memelihara janggut.

Nabi telah membongkar pembohongan orang-orang seperti ini kerana orang seprti ini bukan mengajak kepada sunnah Nabi Muhammad sallallahu ‘alaihi wa-sallam lantaran dia sendiri telah lari dari sunnah. Baginda Rasulullah bersabda:


وَمَنْ رَغِبَ عَنْ سُنَّتِيْ فَلَيْسَ مِنِّى

"Dan sesiapa yang meninggalkan (lari dari) sunnahku, maka dia bukanlah dari golonganku". (Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim)

Antara perbuatan lari (meninggalkan) sunnah ialah meninggalkan sunnah (fitrah) berjanggut.

Sememangnya Allah Azza wa-Jalla telah menegaskan bahawa manusia di dunia ini ada dua golongan yang sentiasa berlawanan iaitu golongan Islam dan Kafir, Mukmin dan Munafik atau golongan kanan (golongan ahli syurga) dan golongan kiri (golongan ahli neraka). Golongan syurga adalah mereka yang dicintai oleh Nabi kerana mereka sentiasa mencintai apa yang dicintai oleh baginda.

Antara tanda mencintai Nabi ialah mencintai fitrah yang dipertahankan oleh baginda dan para nabi sebelumnya, iaitu fitrah berjanggut. Nabi mencintai golongan mereka yang berjanggut kerana mereka yang berjanggut telah meninggalkan penyerupaan dengan orang-orangYahudi, Nasrani dan Majusi.

Orang yang telah mengenal sunnah kemudian mentaati sunnah tersebut sehingga menjadi tatawwu', maka orang-orang seperti ini adalah merupakan golongan kanan yang berjaya, mereka pasti akan bersama Nabi Muhammad sallallahu ‘alaihi wa-sallam di akhirat kelak. Ciri-ciri golongan bersama Nabi ialah yang mencintai fitrah yang ada pada wajah baginda yang mulia. Fitrah yang ketara ialah janggut baginda.

Orang-orang yang telah mengabaikan perintah berjanggut yang dikemukakan oleh Nabi Muhammad sallallahu ‘alaihi wa-sallam dengan nas-nasnya yang sahih. Jika suruhan tersebut tidak ditaati maka bagaimana dia boleh dipanggil seorang sunni? Berjanggut adalah fitrah yang tidak pernah ditinggalkan oleh sekalian nabi-nabi, rasul-rasul, para sahabat dan orang-orang yang soleh, bagaimana boleh jadi pejuang sunnah jika mukanya masih bid’ah? Pastinya orang seperti ini lebih berjaya menjadi pejuang bid’ah.

Mereka yang meninggalkan hukum yang dipertahahankan oleh para nabi dan rasul bolehkah digelar penegak sunnah? Mencukur janggut termasuk kegemaran orang fasik, apakah orang fasik boleh digolongkan sebagai golongan yang berjaya? Bolehkah dianggap sebagai anggota Jamaah yang dicintai oleh Allah dan RasulNya sedangkan dia tidak mencintai apa yang telah dicintai Rasullullah iaitu memelihara janggut? Pada hakikatnya hanya orang-orang yang membuktikan cinta mereka kepada Allah dan RasulNya sahaja yang akan mendapat balasan cinta dari Allah dan Rasul-Nya.

Awaslah orang-orang yang membantah apa yang telah diperintahkan kepada mereka kemudian sebaliknya melakukan apa yang ditegah oleh Allah dan RasulNya kerana orang-orang yang degil seperti ini telah diberi peringatan oleh Nabi Muhammad sallallahu ‘alaihi wa-sallam dengan sabdanya:


وَمَا تَاْتِيْهِمْ مِنْ آيَةٍ مِنْ آيَاتِ رَبِّهِمْ اِلاَّ كَانُوْا عَنْهَا مُعْرِضِيْنَ. الانعام 4:6

"Tidak ada suatu ayatpun dari ayat-ayat Tuhan sampai kepada mereka, melainkan mereka selalu berpaling daripadanya (membantah)". (Al-A’nam, 6: 4)

Sesiapa yang membantah suruhan Allah dan RasulNya kemudian mengamalkan yang sebaliknya, maka perbuatan tersebut tidak akan diterima oleh syara sebagaimana sabda Nabi Muhammad sallallahu ‘alaihi wa-sallam:


مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ. رواه مسلم

"Sesiapa yang membuat suatu amalan yang bukan dari suruhan kami, maka amalan itu ditolak". (Hadis Riwayat Muslim)

Sebenarnya amalan mencukur janggut bukanlah suruhan dari Nabi Muhammad sallallahu ‘alaihi wa-sallam tetapi sebaliknya kerana sebagaimana yang telah dijelaskan bahawa memelihara janggut adalah suruhan yang sudah jelas wajibnya. Maka pilihlah satu di antara dua amalan ini sama ada memilih yang wajib (memelihara janggut dan jambang) atau lebih suka membantah iaitu memilih yang bid'ah? (mencukur licin janggut dan jambang).

MENYERUPAI SIFAT PEREMPUAN

Allah telah membezakan kejadian lelaki dan perempuan antaranya ialah dengan menumbuhkan janggut hanya di muka lelaki. Perbezaan ini adalah penentuan dari Allah yang mencipta kedua-dua jantina tersebut. Tetapi mengapa pula ada kaum lelaki yang mengaku beriman tidak rela dan tidak puas hati dengan penentuan Allah itu sehingga berusaha untuk membersihkan setiap helai janggut yang telah dianugerahkan oleh Allah kepada mereka?

Kesemua ulama atau fukaha (Syafie, Hanafi, Maliki dan Hambali) telah mengeluarkan fatwa (menghukumkan) bahawa mencukur janggut dan jambang selain dianggap perbuatan haram ia juga perbuatan yang dianggap sebagai menyerupai perempuan (تَشْبِيْهٌ بِالنِّسَاءِ). Janggutlah yang membezakan di antara lelaki dan perempuan, sebagaimana yang diterangkan oleh Imam Nawawi dan juga oleh Imam Ghazali di dalam bukunya yang masyhur: (وَبِهَا-أيْ- اللِّحْيَة يَتَمَيَّزُ الرَّجُل مِنَ النِّسَاءِ) "Dan dengannya -dengan janggut- dapat dibezakan di antara lelaki dan perempuan"

Malah Imam al-Ghazali amat tegas dalam persoalan janggut dan jambang sehingga memfatwakan bahawa:

"Ditolak persaksian seseorang saksi yang mencukur janggutnya".

Dalam kesungguhan Imam al-Ghazali menegaskan wajibnya berjanggut, beliau berdalilkan hadis dari Umar bin al-Khattab radhiallahu ‘anhu dan Ibn Abi Ya'la rahimahullah kadi Madinah. (Lihat: Ihya Ulumuddin, jld. 2. Hlm. 257)

DILAKNAT MENYERUPAI WANITA

Tidak dapat dinafikan bahawa pembeza lelaki dan perempuan adalah janggutnya. Oleh kerana itu berkata Imam al-Ghazali rahimahullah:

“Dengan memelihara janggut, dapat dibezakan lelaki dengan wanita”. (Lihat: Ihya Ulumuddin, 2/257)

Nabi Muhammad sallallahu ‘alaihi wa-sallam melaknat orang lelaki yang sengaja menyerupai perempuan sebagaimana sabda baginda:


لَعَنَ رَسُولُ اللهَ الْمُتَشَبِّهِيْنَ مِنَ الرِّجاَلِ بِالنِّسَاءِ

"Rasulullah melaknat orang-orang lelaki yang menyerupai perempuan". (Hadis Riwayat Bukhari)

Menurut Ibn Qaiyim al-Jauziyah rahimahullah:

"Adapun setiap helai janggut ada kebaikannya, antaranya ialah perhiasan, kesegakan (sebagai lelaki) dan kehebatan, juga pembeza antara lelaki dan perempuan". (Lihat: التبيان فى اقسام القرآن hlm. 231)

Berkata syeikh Muhammad Nashiruddin al-Albani rahimahullah:

"Sesungguhnya dengan mencukur janggutnya seseorang lelaki tidak dapat dibezakan dengan perempuan sebagaimana yang telah dibezakan oleh Allah, kerana janggutlah yang benar-benar membezakan antara lelaki dengan perempuan". (Lihat: اداب الزفاف hlm. 123. Nashiruddin al-Albani)

Sebenar penyerupaan yang nyata pada seorang lelaki dengan seorang perempuan ialah dengan pencukuran janggutnya. Kerana tidak terdapat perempuan yang berjanggut. Dengan mencukur licin janggutnya, lelaki telah melakukan penyerupaan mengatasi segala penyerupaan lainnya. Kerana jika dibandingkan dengan pakaian, perempuan telah memakai seluar dan baju yang dipakai oleh lelaki dan lelaki pula telah memakai apa yang dipakai oleh perempuan, di segi pakaian mereka hampir sama, tetapi janggutlah yang benar-benar dapat membezakan antara dua jantina ini. Oleh yang demikian, al-Allamah al-Kandahlawi berkata:

“Tidak seorang pun yang meragukan bahawa penyerupaan secara sempurna seorang lelaki dengan seorang perempuan didapati dengan mencukur janggutnya. Penyerupaan ini melebihi sekadar penyerupaan dari segi pakaian dan selainnya. Sebab janggut seorang lelaki adalah pembeza pertama dan pembeda terbesar antara lelaki dan wanita seperti yang diketahui dan disaksikan oleh semua manusia, tidak ada yang mengingkarinya kecuali orang yang ingin menipu dirinya sendiri, mengikuti kehendak hawa nafsunya dan menjadi waria setelah Allah memberi kenikmatan kepada dia berupa bentuk lelaki yang tampan yang difitrahkan kepadanya”. (Lihat: وجوب اعفاء اللحية hlm. 31-32. Al-Kandahlawi)

Amat tepat sekali kenyataan al-Allamah al-Kandahlawi. Memang tidak dapat dimungkari kecuali orang yang tertipu dengan kebodohannya sendiri, orang yang diperdaya oleh kehendak hawa nafsunya dan orang yang menggemari cara keperempuanan walaupun ia menyedari telah dilahirkan dan dijadikan oleh Allah sebagai seorang lelaki sempurna. Kejahilannya tidak menyedari ia telah dilengkapi dengan fitrah kelelakian iaitu ditumbuhi janggut.

Orang lelaki yang suka menyerupai perempuan dilaknat oleh Allah dan RasulNya sebagaimana sabda Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa-sallam:


عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : لَعَنَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ المُخَنِّثِيْنَ مِنَ الرِّجَالِ. رواه البخارى

"Dari Ibn Abbas radiallahu ‘anhu berkata: Rasulullah sallallahu ‘aliahi wa-sallam melaknat lelaki yang meniru gaya (menyerupai) perempuan". (Hadis Riwayat Bukhari)

Janggut adalah tanda kelelakian yang hakiki, mencukur janggut samalah seperti menghilangkan satu dari beberapa sifat kelelakian yang dianugerahkan oleh Allah Subhanahu wa-Ta’ala. Janggut fitrah yang khusus hanya untuk lelaki. Perbuatan terkutuk (mencukur janggut) dianggap tidak mahu menerima kenyataan dan tidak mensyukuri anugerah pemberian Allah. Sesiapa yang tidak menghargai janggut yang dianugerahkan oleh Allah sehingga berusaha membuang dan menghilangkan setiap helai janggut yang tumbuh di mukanya, maka dia lelaki yang tidak mengenal salah satu sifat kelalakian.

ULAMA MUKTABAR MENGHARAMKAN MENCUKUR JANGGUT

Para Imam fikah yang empat (Hanafi, Maliki, Syafie dan Hambali) telah mengharamkan mencukur janggut atau jambang.

1 - Mereka mengeluarkan fatwa bahawa:


(اَنَّ حَلْقَ اللِّحْيَة حَرَامٌ وَاَنَّ حَالِقَهَا اَثِمٌ فَاسِقٌ)

"Sesungguhnya perbuatan mencukur janggut itu adalah haram, bahawasanya orang yang mencukur janggutnya itu berdosa dan (dihukum) orang fasik". (Lihat: ادلة تحريم حلق اللحية hlm. 9. Lihat: وجوب اعفاء اللحية hlm. 10. Mohammad Zakaria)

2 - Ibn Rif’ah, Azzarkasyi, al-Helmy dan al-Azraei berkata: Imam Syafie rahimahullah di dalam kitabnya al-Umm, menegaskan bahawa:

"Mencukur janggut adalah haram hukumnya tanpa 'illah (علة) atau dengan istilah lain, pengharamannya tanpa dalih-dalih lagi". (Lihat: رسالة تحريم حلق اللحية hlm. 7)

3 - Syeikh Ahmad bin Qasim al-‘Ibaadi, seorang tokoh ulama dari kalangan as-Syafi’iyah (mazhab Syafie) berkata:


قَالَ ابْنُ رِفْعَة فِى "حاشية الكافية" : اِنَّ اْلاِمَامَ الشَّافِعِي قَدْ نَصَّ فِى (الأم) عَلَى تِحْرِيْمِ حَلْق اللِّحْيَة

“Berkata Ibn Rif’ah dalam حاشية الكافية: Sesungguhnya Imam as-Syafie telah menjelaskan dalam al-Umm keharaman mencukur janggut”. (Lihat: ادلة تحريم حلق اللحية hlm. 96)

4 - Telah disalin oleh al-'Allamah Abu Syamah rahimahullah ke dalam tulisannya yang diambil dari fatawa Imam al-Gazali dan Imam an-Nawawi (as-Syafei) bahawa:

"Mencukur janggut itu perbuatan mungkar dan dosa besar (mungkar dan dosa besar kerana mencukur janggut termasuk melakukan perbuatan yang haram)". (Lihat: ادلة تحريم حلق اللحية hlm. 96)

5 - Berkata Ibn Hazm:

"Telah sepakat ulama bahawa mencukur janggut itu tidak dibolehkan (maksudnya telah diharamkan oleh ulama setelah berpandukan kepada hukum-hukum syara)". (Lihat: مراتب الاجماع hlm. 157)

6 - Ibn Taimiyah telah menegaskan di dalam kitabnya bahawa:

"Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa-sallam memerintahkan supaya meninggalkan (haram meniru) gaya orang-orang musyrikin secara mutlak".

Kemudian beliau menyambung fatwanya dengan membawakan hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari yang bermaksud :

"Janganlah kamu menyerupai Majusi, tipiskanlah misai kamu dan peliharalah janggut kamu".

7 - Syeikhul Islam Ibn Taimiyah menjelaskan bahawa lafaz (خالفوا): "Janganlah menyerupai" pada hadis di atas bermaksud: "Tinggalkan cara orang-orang musyrikin" atau dengan maksud yang lain "Janganlah kamu meniru cara orang-orang (kafir atau) musyrikin". Larangan di hadis ini merupakan larangan berbentuk haram yang sudah ditentukan oleh syar’a. (Lihat: اقتضاء الصراط المستقيم hlm. 58-59)

8 - Kadi Abu Bakar Ibn al-'Arabi rahimahullah berkata:

"Telah sepakat ummah bahawa memelihara janggut itu adalah dari millah (agama Allah), maka sesiapa yang menipiskan misai dan memelihara janggut telah menentng agama golongan 'Ajam (selain Islam) kerana mereka (selain Islam) mencukur janggut mereka dan memelihara misai mereka". (Lihat: احكام القرآن jld. 1. Hlm. 37)

Berkata as-Safarini rahimahullah tokoh ulama dari kalangan mazhab Hambali:


اَلْمُعْتَمَدُ فِى الْمَذْهَبِ حُرْمَةُ حَلْقِ اللِّحْيَة

“Yang menjadi sandaran muktamad dalam mazhab (Hambali) ialah haram mencukur janggut”. (Lihat: غذاء الالباب jld. 1 hlm. 376)

10 - Hampir keseluruhan ulama besar zaman ini telah mengharamkan mencukur janggut, antara mereka ialah: Ali Mahfuz (ulama besar al-Azhar), Muhammad Nashiruddin al-Albani (pakar hadis), Abdul Aziz bin Bazz (ulama besar Hijaz), Abu Bakar al-Jazairi (ulama Madinah), Muhammad Sultan al-Ma’sumi dan lain-lainnya.

Sewajarnya orang-orang beriman tidak akan meniru sikap, sifat atau apapun gaya orang-orang kafir, kerana orang-orang Islam mempunyai cara berakhlak, cara berhias dan mempunyai kebesaran dan kebanggannya sendiri sebagaimana firman Allah:


وَللهِ الْعِزَّةُ وَلِرَسُوْلِهِ وَلِلْمُؤْمِنِيْنَ. المنافقون 8:63

"Padahal kekuatan (kebanggaan) itu hanyalah bagi Allah, bagi RasulNya dan bagi orang-orang yang beriman". (al-Munafiquun, 63: 8)

Malangnya orang-orang Islam sekarang lebih membanggakan apa yang ditiru dari orang-orang kafir terutamanya barat dan merasa jijik atau malu dengan apa yang telah dibanggakan oleh Allah, RasulNya dan orang-orang yang beriman, di antaranya ialah memelihara janggut atau jambang.

Mungkin orang-orang Islam yang keliru akan membanggakan memelihara janggut hanya setelah model berjanggut dipergayakan oleh orang-orang Barat. Jika ini terjadi, apa yang dilakukan bukan lagi dianggap mengikut sunnah kerana setiap amal bergantung pada niat yang ikhlas bukan kerana tergoda oleh tarikan fesyen.

MENCUKUR JANGGUT TIDAK MENTAATI SUNNAH

Para sahabat menolak (tidak menerima) persaksian orang yang telah mencukur janggutnya lantaran mencukur janggut tidak mematuhi sunnah. Ini bermakna orang yang membersihkan janggutnya tidak boleh menjadi saksi dan tidak diterima pengakuannya kerana dianggap sebagai seorang yang fasik.

Kenyataan ini dapat difahami dan diperjelaskan dengan apa yang dilakukan oleh Umar radiallahu ‘anhu sebagaimana yang dijelaskan oleh Imam Ghazali rahimahullah:


وَرَدَّ عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ رَضِىَ اللهُ عَنْهُ

"Umar bin al-Khattab radhiallahu ‘anhu menolak persaksian (orang yang mencukur janggutnya)". (Lihat: Ihya Ulumuddin. Jld. 2. Hlm. 257)

Semua hadis-hadis Nabi Muhammad yang mewajibkan umat baginda memelihara janggut dan mengharamkan dari meniru Yahudi, Nasrani dan golongan Musyrikin Majusi menjadi amanah kepada setiap orang beriman. Mereka wajib mentaati suruhan Allah dan NabiNya antaranya dengan mentaati dan memelihara janggut dengan penuh keimanan. Itulah sebabnya Umar bin al-Khattab menolak persaksian orang-orang yang mencukur janggutnya kerana dia dianggap tidak amanah terhadap agama yang telah diamanahkan oleh Allah dan RasulNya kepadanya. Allah telah berfirman dalam persoalan amanah:


يَااَيُّهَاالَّذِيْنَ آمَنُوْالاَ تَخُوْنُوْااللهَ وَالرَّسُوْلَ وَتَخُوْنُوْا اَمَانَاتِكُمْ وَاَنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ. الانفال 8:27

"Hai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanah-amanah yang dipercayakan kepada kamu, sedangkan kamu mengetahui". (Al-Anfal, 8: 27)

Telah ada perintah yang memerintahkan oleh Allah agar apa sahaja yang didatangkan oleh Rasulullah hendaklah diambil, dipatuhi serta diikuti. Apa sahaja yang ditegah hendaklah ditinggalkan dan dijauhi tanpa banyak persoalan kerana Allah berfirman:


وَمَااَتَاكُمُ الرَّسُوْلُ فَخُذُوْهُ وَمَانَهَاكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوْا وَاتَّقُوْا اللهَ اِنَّ اللهَ شَدِيْدُ الْعِقَابِ

“Dan apa yang Rasul telah datangkan kepda kamu maka hendaklah kamu ambil dan apa yang dia larang maka hendaklah kamu tinggalkan. Sesungguhnya Allah amat keras siksanya”. (al-Hasyr, 59: 7)


فَلْيَحْذَرِ الَّذِيْنَ يُخَالِفُوْنَ عَنْ اَمْرِهِ اَنْ تَصِيْبَهُمْ فِتْنَةٌ اَوْ يُصِيْبَهُمْ عَذَابٌ اَلِيْمٌ

“Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasulnya takut akan ditimpakan cubaan atau ditimpakan azab yang pedih”. (an-Nuur, 24: 63)

Ada mereka yang mengakui sebagai ulama yang menentang dan memperlekeh orang-orang yang berjanggut. Ulama seperti ini ditakuti termasuk dalam firman Allah:


وَمَنْ يُشَاقِقِ الرَّسُوْلَ مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُ الْهُدَى وَيَتَّبِعْ غَيْرَ سَبِيْلِ الْمُؤْمِنِيْنَ نُوَلِّهِ مَا تَوَلَّى وَنُصْلِهِ جَهَنَّمَ وَسَاءَتْ مِصِيْرًا

“Dan sesiapa menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami memasukkan ia ke dalam jahanam, jahanam itu adalah seburuk-buruk tempat kembali”. (an-Nisa, 4: 115)

Begitulah balasan orang-orang yang meragui seruan Allah dan RasulNya. Iaitu orang-orang yang memilih pendapatnya sendiri walaupun pendapatnya bertentangan dengan nas-nas al-Quran dan hadis yang sahih serta bercanggah dengan fatwa-fatwa ulamak muktabar.

Berjanggut adalah amalan yang telah difatwakan oleh Imam as-Syafie rahimahullah sebagai amalan yang wajib. Menurutnya adalah bid’ah mencukur janggut. Oleh itu janganlah memilih kesesatan bid’ah apabila beramal. Jadilah insan yang beriman, bertaqwa, tawaddhu’ dan khusyu’ dalam mentaati perintah Allah.

FATWA DARI MEKKAH AL-MUKARRAMAH

Para Ulama Saudi Arabia (ulama Hijaz) telah sepakat mengharamkan pencukuran janggut dan jambang. Sebagaimana boleh dibaca dalam fatwa yang dikeluarkan oleh:

a. Fatwa dari para ulama Kerajaan Saudi Arabia yang bertarikh 7/8/1398H. No:1640.

b. Fatwa dari as-Syeikh Abi Bakar al-Jazairi bertarikh 13/5/1400H. Fatwa ini ditanda tangani oleh Abdul Aziz bin Abdullah bin Bazz, dikeluarkan dan disahkan oleh:


رئاسة ادارات البحوث العلمية والافتاء والدعوة مكة المكرمة

Kesemua fatwa-fatwa ini telah diluluskan (disahkan) dan dikeluarkan oleh kerajaan Saudi Arabia.

Diharap para pembaca mampu memelihara amanah Allah yang diamanahkan kepada kita. Sekarang, setelah mengetahui hukum sebenar mencukur janggut yang menjadi amanah yang wajib dipikul. Tak usahlah merasa janggal, serba tak kena, malu, takut ditertawakan, diejak disindir atau diperlekeh oleh seseorang apabila berjanggut. Itu semua hanya perasaan negatif yang diperdaya oleh syaitan agar seseorang itu tidak mematuhi perintah Allah.

Taatilah perintah Allah dan janganlah didilayan dan diperdulikan bisikan dan godaan syaitan jenis manusia dan iblis yang sentiasa menganggu orang beriman dari mentaati Allah Azza wa-Jalla dan RasulNya. Kita tidak dituntut agar merasa takut atau malu kepada manusia, tetapi kita dituntut supaya takut dan malu kepada Allah jika tidak berdaya melaksanakan perintahNya. Wallahua’lam.

Rintangan untuk merealisasikan perintah Allah Azza wa-Jalla dan Rasulnya sering berpunca dari kelemahan faktor dalaman dan luaran. Faktor dalaman ialah masalah keimanan di hati yang mempengaruhi faktor luaran. Begitulah halnya dengan memelihara janggut atau jambang. Hanya keimanan yang konkrit, adanya iltizam dan ilmu sahaja yang dapat mempertahankan keyakinan di hati dari serangan anasir-anasir dalaman dan luaran tersebut.

Melalui tulisan ini, penulis berusaha untuk membantu mengatasi kesulitan pembaca menghadapi bisikan hati yang diwas-waskan oleh syaitan, pengaruh suara sumbang dari syaitan jenis manusia dan kelemahan diri yang sering mempengaruhi jiwa seseorang. Suntikan ayat-ayat al-Quran, hadis serta fatwa para ulama muktabar yang tertera di tulisan ini insya-Allah akan menjadi motivasi pada individu untuk terus komited mengamalkan salah satu dari beberapa suruhan Allah iaitu berjanggut dan berjambang. Semoga usaha sebegini dapat menyumbang kepada pembaca dalam memperteguhkan keimanan demi mentaati dan mempertahankan hukum memelihara janggut dan hukum-ahkam yang lainnya.

Sumber: Fiqh & Sunnah Blogspot

Gambaran Hari Kiamat

As-Sajdah

ISU MUALAF


Mengapa Perlu Sangka Buruk ?

Oleh

Zaharuddin Abd Rahman

www.zaharuddin.net

Hidup kita tidak lekang dari disangka buruk dan menyangka buruk. Jika diri terlibat, kunci menanganinya adalah beristighfar dan taubat. Nabi s.a.w bersabda :-

كُلُّ بن آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الْخَطَّائِينَ التَّوَّابُونَ

Ertinya : "Setiap anak Adam itu ada kesilapan ( dosa) dan orang berdosa yang terbaik adalah mereka yang bertaubat" (Riwayat At-Tirmidzi, no 2499, 4/659)

Sangka buruk ini sering berkait rapat dengan rasa hasad, dengki atau cemburu. Ia amat-amat sukar dibuang namun wajiblah ia dimasukkan dalam senarai utama yang perlu kita usaha hindarinya sedaya upaya. Saya sendiri tidak bebas darinya. Namun atas dasar nasihat menasihati saya tuliskan artikel ini agar kita sama-sama mampu berusaha menjauhinya agar kehidupan kita akan lebih diredhai oleh Allah.

Ia bertepatan dengan apa yang disebut di dalam sebuah hadis

ثلاث لازمات لأمتي : الطيرة ، والحسد ، وسوء الظن " . فقال رجل : ما يذهبهن يا رسول الله ! ممن هو فيه ؟ قال : " إذا حسدت فاستغفر الله ، وإذا ظننت فلا تحقق ، وإذا تطيرت فامضه

Ertinya : Tiga perkara lazim yang sukar dibuang oleh umatku : mengganggap sial, hasad dengki dan bersangka buruk" lalu seorang lelaki bertanya : "apakah yang boleh menghilangkannya wahai Rasulullah ?"

Jawab Nabi : Jika kamu datang perasaan hasad dengki beristighfar lah kamu kepada Allah, apabila kamu bersangka buruk, janganlah kamu membenarkan sangkaan itu, dan apabila kamu menganggap sial belaku, abaikan dan jangan endahkannya" ( At-Tabrani, no 3227, 3/228 ; Al-Haithami : Dhoif kerana perawi bernama Ismail Bin Qais)

Terdapat sebuah lagi hadis yang mempunyai erti yang sama dengannya iaitu :-

ثلاثة لا يسلم منهن أحد : الطيرة ، والظن ، والحسد ، فإذا تطيرت فلا ترجع ، وإذا حسدت فلا تبغ ، وإذا ظننت فلا تحقق

Ertinya : Tiga perkara yang tidak seorang Muslim pun dapat melepaskan diri darinya; sial menyial, sangka buruk, hasad dengki; maka apabila kamu berasa ada sial, jangan kamu pulang dan mengendahkannya, bila kamu hasad, jangan melampau (hingga bertindak) , dan bila kamu bersangka jangan kamu membenarkannya" ( Musannaf Abd Razzak : Ibn Hajar : hadis mursal, Albani : Dhoif)

Al-Qaradawi menerangkan maksud jangan kamu membenarkan sangkaan buruk itu adalah dengan tidak berubahnya sikap dan pandangan kamu terhadap orang yang disangka buruk itu. Jika itu tidak dikawal, bermakna kamu sudah membenarkannya

SANGKA BURUK YANG HARUS

Tidak dinafikan ada beberapa jenis sangka buruk yang diperlukan demi keselamatan diri. Ia juga dinamakan berhati-hati atau ‘hazar'. Mudahnya, seperti pemandu kereta dikehendaki ‘bersangka buruk' apabila melihat sebuah bas dan teksi di depan mereka akan bersangka buruk ada kemungkinan kenderaan itu berhenti mengejut kerana ingin mengambil penumpang atau menurunkan penumpang. Ia jelas sangka buruk yang tidak berdosa.

Demikian juga dalam proses majikan ingin mengambil kakitangan baru. Biasanya pihak majikan akan membuat survey rambang dengan menghubungi beberapa orang yang yang mengenali calon, bagi mendapatkan pandangan mereka berkenaan kemampuan dan lain-lain informasi berguna berkaitan calon. Saya masih ingat, saya pernah menerima Curriculum Vitae (CV) sewaktu bertugas di institusi kewangan dahulu, CV calon ini cukup menarik sekali.

Namun mengikut prosedur, sebelum pihak kami memanggil interview, saya perlu menghubungi seseorang yang diyakini mengenali si calon untuk mendapatkan komen beliau, akhirnya kami tidak jadi memanggilnya interview kerana rupanya calon tersebut mempunyai masalah mental. Kami daptkan komen beberapa orang lagi demi memastikan info yang diberi benar serta tidak berniat jahat. Namun info yang sam a diperolehi.

SANGKA BURUK YANG HARAM

Sangka buruk jenis haram dan berdosa ini biasanya didasari oleh perasaan cemburu, hasad, dengki dan berniat ingin menjatuhkan individu yang dijadikan sasarannya.

Sangka buruk jenis ini juga hakikatnya lahir dari jiwa dan minda seseorang yang kotor. Ia adalah refleski dirinya yang kerap bergelumang dengan kejahatan dan dosa. Atau dari jiwa yang tiada ikhlas dalam membuat sesuatu perkara.

Justeru, dalam mindanya kerap tergambar mustahil ada seseorang boleh berbuat atau bercakap baik kecuali mesti ada helah, agenda kepentingan diri dan muslihat di sebalik. Ia berfikiran demikian kerana demikianlah dirinya. Ia melihat orang lain sepertinya.

JENIS PERTAMA : KERANA ALIRAN POLITIK

Sangka buruk jenis pertama ini didasari oleh permusuhan politik kepartian. Sangka buruk ini juga sangat popular di masa ini terutamanya di zaman isu politik sentiasa hangat.

Memang benar, setiap orang politik kerap mempunyai agenda disebalik segala tindakannya, biasanya adalah untuk kepentingan masa depan politiknya. Namun tidak wajar dinafikan ada antara mereka yang benar-benar berniat membantu dalam sesuatu tindakannya.

Hasilnya, apabila ada saja seorang ahli politik PAS melakukan satu tindakan yang patut dipuji pada zahirnya, akan wujud sebahagian kumpulan dalam UMNO yang mentakwil apa yang tersirat dan tujuan sebenar dari setiap tindakan baik yang dibuat, sehinggalah ia AKAN dilihat jahat dan tidak layak mendapat pujian, penghargaan dan terima kasih.

Demikian juga sebaliknya, apa sahaja tindakan politik yang baik dibuat oleh pemimpin UMNO, akan sentiasa dilihat jahat oleh sebahagian pihak pembangkang. Saya tidak kata semua, namun saya kata ada sebahagian mereka.

Sebagai contoh apabila kerajaan Pak Lah mengumumkan pembayaran Ex-Gratia kepada bekas-bekas hakim yang terlibat dalam kes 20 tahun lepas, maka ada yang tetap tidak mahu menghargai tindakan itu lantas berkata :-

"Mengapa baru sekarang? Nampak sangat ia dibuat dengan agenda tertentu"

Individu dalam kategori ini biasanya akan merasakan diri mereka bijak, sukar diperdaya serta mampu melihat dari dimensi yang luar biasa (kononnya).

Namun jika ada pimpinan mereka atau rakan mereka yang melakukan kesilapan yang terang-terang tersalah dan tidak boleh ditakwil lagi, mereka akan bersangka baik pula demi membela segala tindakan tersebut atas dasar maslahat katanya. Bagus, ia memang satu sifat yang baik, tetapi boleh menjadi buruk jika tidak betul cara kendaliannya.

Keadaan ini amat membimbangkan kerana ia seolah-olah menjadikan sangka buruk sebagai satu keperluan politik. Tatkala itu, dosa menjadi mainan diri. Sangka baik pula adakalanya digunakan bukan pada tempat yang sepatutnya sehingga menjadikan diri taksub kepada team mereka.

JENIS KEDUA : KERANA ALIRAN PEMIKIRAN DAN ANUTAN

Kali ini ia didasari oleh aliran pemikiran pula. Manusia tidak boleh lari dari perbezaan aliran pemikiran. Tidak perlulah dikesali hal ini kerana ia satu hal yang normal. Namun yang dikesali adalah permusuhan dahsyat antara satu kumpulan dengan yang lain.

Sebagai contohnya aliran Salafi, Wahabi, Khalafi, Pondok, Sufi, Syiah Malaysia, Hizb Tahrir, Ahbash, Liberal, Hadari dan lain-lain. Masing-masing kelihatan suka kalau pihak yang lain dibenci sehabis mungkin, malah mungkin wujud mereka yang akan sujud syukur jika pimpinan kumpulan sebelah sana meninggal dunia.

Tatkala itu sangka buruk sentiasa menjadi idaman dan ruh perjuangan masing-masing. Jika ada sahaja tindakan yang baik dilakukan oleh pimpinan atau ahli aliran yang bertentangan dengan mereka. Akan ditakwilkan sejahatnya.

Sebagai contoh yang saya kira paling nyata adalah apa yang berlaku kepada S.S Mufti Perlis. Akhir-akhirnya ini S.S Mufti Perlis semakin berterus terang mengkritik beberapa dasar kerajaan yang kurang tepat sebagai contohnya ISA. Akhirnya, pelbagai sangka buruk timbul antaranya,

  • Kononnya ia bersifat demikian hanya selepas pilihnraya 8 Mac, iaitu setelah dilihat kerajaan lemah dan pakatan rakyat kuat, lalu barulah dia bersuara untuk ‘membodek' kerajaan pakatan rakyat untuk melantiknya pula.
  • Kononnya beliau berani kerana ingin memenangi hati pemimpin pakatan rakyat kerana tempoh sebagai mufti di Perlis sudah di penghujung.
  • "Mengapa sekarang baru nak kritik, mengapa tidak dari dulu lagi, nampak sangat ada udang di sebalik batu.?!!" Tempelak mereka.

Dan macam-macam lagi.

Saya kerap dengar komen "mengapa baru sekarang!!?" sebagai hujjah untuk membidas segala kebaikan orang lain. Wajarkah komen sebegini?

Saya dan rakan-rakan pembaca juga tentu ada penglaman masing-masing dalam hal ini.

Bila saya sebut masalah hukum di dalam ASB, Overridding Commission dalam MLM, Pelaburan haram cepat kaya.. muncul orang marah lalu berkata

"Mengapa baru sekarang ustaz sibuk-sibuk, mengapa tak beritahu awal-awal dulu, ni kami dah join lama dan untung ribu-ribu baru nak sibuk kata haram, jangan dengki la ustaz. Mesti sebab ustaz ni ada join skim lain dan sekarang dah rugi kot" Katanya.

Saya menjadi pelik pula. Apa yang perlu dipertikaikan dengan sekarang atau dulu, bukankah kekuatan, hidayah, ilmu dan kemampuan itu baru tiba kini dan bukan dahulu. Justeru apa yang perlu dipertikaikan.?

Bersyukur sahajalah jika ia membawa kebaikan. Sama juga dengan keadaan kesihatan, dulu sihat, sekarang sakit, dulu kanak-kanak sekarang dewasa dan lain-lain. Jadi apakah wajar kita beteriak memarahi virus yang menghinggapi kita lalu berkata

"hei virus, mengapa sekarang mahu kacau, mengapa tidak dulu!!. Lucu juga memikirkannya.

Jawapan mengapa sekarang itu mudah saja, mungkin dahulu belum cukup kajian dan ilmu, sekarang sudah..kerana itu baru bersuara sekarang.

Mungkin dahulu ada gangguan, sekarang sudah berjaya diketepikan lalu kerana itu baru bersuara sekarang.

Dulu, mungkin belum terperasan kesilapan itu, sekarang baru sedar, kerana itu baru tegur.

Justeru, mengapa masih ada juga ingin sangka buruk dalam hal seperti ini?.

JENIS KETIGA : PERTIKAI KEBAIKAN & KEIKHLASAN ORANG LAIN

Jenis yang ketiga adalah hasil dari kesemua jenis di atas. Akibat sudah mendarah dagingnya perangai dan tabiat itu menyebabkan kehidupan seharian akan dipenuhi dengan sangka buruk dosa ini.

Saya masih ingat di waktu heboh isu pelaburan internet skim cepat kaya dahulu (Ketika itu, Majlis Fatwa Kebangsaan masih belum memfatwakan haramnya skim ini). Ada individu menghantar link satu forum kepada saya, forum itu membicarakan artikel saya yang menyebut hukum skim haram.

Tiba-tiba mucul seorang former yang berkata :"puas aku fikir dan cari di web zaharuddin ini, apakah niat sebenar si zaharuddin ini sibuk-sibuk menulis isu ini dan menyusahkan kitorang, apa yang dia hendak sebenarnya?"

"akhirnya aku jumpa, rupanya dia nak jual vcd dia!!, hem tak respeklah aku ust nak jual barang dia ni"

Begitulah lebih kurang ayatnya, demikian dahsyatnya manusia di zaman ini. Otak dan mindanya sentiasa memikirkan kejahatan dan muslihat di sebalik segala jenis kebaikan, baginya mustahil ada orang sanggup bersusah payah tanpa ganjaran dan agenda DUNIA.

Ini bolehlah saya kelaskan sebagai kumpulan orang sangka buruk jenis ketiga yang wujud di dalam masyarakat kita.

Sebagai contoh lain.

Ada yang menghantar sms, email atau melalui system sms 33221 bertanya sambil bersangka buruk berkenaan orang di sekitarnya:-

a- "Ustaz ada dengar tak slot Dr Zainol Hadja pengasas ayam organik di radio ikim. Cara cakapnya macam dia sorang yang halal, dan semua yang tanda halal JAKIM tidak boleh pakai. Apa pandangan ustaz tentang dakwaan Dr Zainol dan perjuangannya memartabatkan makanan yang betul-betul halal kononnya tu?.. boleh caya ke. Nampak macam nak perkayakan diri sendiri jer"

b- "PPIM ni sebenarnya ustaz bukan nak perjuang isu kepenggunaan Islam, mereka nak jual nama persatuan mereka, lepas ni senang nak dapat budjet"

c- "Ustaz ni dah buat tebiat apa? Dalam banyak-banyak urusan umat yang begitu kritikal, sempat pula dia menulis buku cinta(n)!", simpul seorang pemerhati jarak jauh. (petikan dari web saifulislam.com)

d- "eleh ustaz-ustaz TV ni, hanya layak mendapat gelaran ‘pelawak' dari penceramah, asyik buat lawak aja. Depa ni sebenarnya sedang jual agamanya untuk popular di televisyen"

e- "Saya benci dengan ustaz yang tak jelas parti apa ni, bagi saya mereka ni munafiq dan hanya pentingkan perut mereka saja, kerana itu tidak berani berterus terang"

f- "Kecewa dengan ustaz. Mengapa ustaz tak aktif lagi dalam perjuangan jemaah Islam, ustaz dah futur dan tergelincir dari perjuangan dakwah ke?" Tanya seorang bersangka buruk kepada saya melalui ruang komentar.

g- Seorang isteri dinasihatkan oleh seorang penulis artikel bahawa : "jika suami anda tiba-tiba baik, spoting, romantik, ketahuilah sebenarnya ia ada benda jahat yang sedang disorokkan"

Banyak lagi contoh-contoh yang tidak larat saya kumpulkan, ia cuma beberapa contoh betapa budaya sangka buruk berbaur dengki dan hasad begitu meriah dalam masyarakat kita hari ini. Tidak bolehkah kita bersangka baik terlebih dahulu. Semua punyai peranannya, samada seseorang itu ikhlas atau tidak, itu bukan urusan kita untuk bersangka buruuk mereka tidak ikhlas atau punyai agenda lain.

Ada tersirat ke?

Malah jika mereka memang punyai agenda tetapi agenda yang halal, apa salahnya. Selagi mana zahir tindakan semua mereka tadi adalah baik dan menghasilkan kesan yang baik kepada masyarakat umum. Kita wajar bersangka baik dan menyokongnya tanpa perlu menghentam sambil menambah dosa dan menyubur kebencian di hati.

Allah swt mengingatkan :-

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِّنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ

Ertinya : Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah kebanyakan dari sangkaan (supaya kamu tidak tergelincir ke dalam sangkaan yang dilarang) kerana sesungguhnya sebahagian dari sangkaan itu adalah dosa..." [Surah al-Hujurat, ayat 12]

Imam Fakhruddin Ar-Razi menghuraikan :

الظن ينبغي بعد اجتهاد تام ووثوق بالغ

Ertinya : "Sangkaan ini mestilah disokong oleh ijtihad ( usaha bersungguh memastikan kebenarannya, dan penyelidikan yang dalam" ( Tafsir Ar-Razi, 28/115 )

Justeru, dalam hal mencari keikhlasan seseorang dalam sesuatu teguran dan usaha baikknya, Islam tidak menyuruh kita menyelidik hati seseorang. Hanya hal berkaitan zahir seperti jenayah, kesalahan fizikal dan yang sepertinya sahaja memerlukan penyelidikan yang disebutkan oleh imam Ar-Razi tadi.

Namun begitu, kepada para pendakwah, teruskan usaha anda dengan cara anda yang tersendiri.

Jangan dipedulikan hasad dan sangka buruk manusia lain yang berhati busuk. Malah Nabi s.a.w sendiri juga pernah terkena sangka buruk seorang lelaki sebagaimana dicatatkan dalam hadis sohih berikut :-

قال فَقَامَ رَجُلٌ غَائِرُ الْعَيْنَيْنِ مُشْرِفُ الْوَجْنَتَيْنِ نَاشِزُ الْجَبْهَةِ كَثُّ اللِّحْيَةِ مَحْلُوقُ الرَّأْسِ مُشَمَّرُ الْإِزَارِ فقال يا رَسُولَ اللَّهِ اتَّقِ اللَّهَ قال وَيْلَكَ أو لست أَحَقَّ أَهْلِ الأرض أَنْ يَتَّقِيَ اللَّهَ قال ثُمَّ وَلَّى الرَّجُلُ قال خَالِدُ بن الْوَلِيدِ يا رَسُولَ اللَّهِ ألا أَضْرِبُ عُنُقَهُ قال لَا لَعَلَّهُ أَنْ يَكُونَ يُصَلِّي فقال خَالِدٌ وَكَمْ من مُصَلٍّ يقول بِلِسَانِهِ ما ليس في قَلْبِهِ قال رسول اللَّهِ إني لم أُومَرْ أَنْ أَنْقُبَ قُلُوبِ الناس ولا أَشُقَّ بُطُونَهُمْ

Ertinya : Berdiri seorang lelaki yang matanya ke dalam, lebat janggutnya, kepalanya tercukur lalu berkata :

"Wahai Rasulullah bersikap takutlah kepada Allah" ( Sebagai tanda tidak puas hati terhadap pembahagian yang dilakukan oleh Nabi),

Baginda menjawab : "Bukankah aku sepatutnya ( sebagai Rasulullah ) orang yang paling takut kepada Allah."

Lelaki itu terus beredar dan Khalid Ibn Walid berkata

"Adakah perlu aku memenggal kepalanya (kerana tidak taat kepada pembahagian yang dilakukan oleh Nabi dan seolah-olah telah murtad) :

Baginda menjawab : "Tidak, mungkin ia orang yang masih menunaikan solat".

Khalid berkata : "Berapa ramaikah yang menunaikan solat dan lidahnya berkata seusatu yangtidak sama dengan apa yang di dalam hatinya (merujuk kepada orang munafiq)"

Baginda membalas :-

إني لم أُومَرْ أَنْ أَنْقُبَ قُلُوبِ الناس ولا أَشُقَّ بُطُونَهُمْ

Ertinya : "Aku tidak diperintahkan untuk meninjau hati manusia (menjangkakan niat manusia lain) dan mengorek perut mereka" ( Riwayat Al-Bukhari, no 4094, 4/1581 : Muslim, 2/742 )

Imam An-Nawawi dan Ibn Hajar mentafsirkan kata-kata baginda ini sebagai :-

إنما أمرت أن آخذ بظواهر أمورهم والله يتولى السرائر

Ertinya : Aku hanya diperintahkan untuk mengambil kira luaran urusan mereka sahaja manakala niat dan apa yang terselindung adalah urusannya dengan Allah) (Syarah Sohih Muslim, 7/163; Fath Al-Bari, 8/69 )

KESIMPULANNYA

Akhirnya, jauhilah sangka buruk yang sebahagiannya membawa dosa. Dahulukan sangka baik di kalangan umat Islam selaras dengan arahan Allah.

لَوْلَا إِذْ سَمِعْتُمُوهُ ظَنَّ الْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بِأَنفُسِهِمْ خَيْرًا وَقَالُوا هَذَا إِفْكٌ مُّبِينٌ

Ertinya : Mengapa di waktu kamu mendengar berita bohong itu orang-orang mukminin dan mukminat tidak bersangka baik terhadap diri mereka sendiri, dan (mengapa tidak) berkata: ""Ini adalah suatu berita bohong yang nyata. ( An-Nur : 12 )

Banyakkanlah bersangka baik. Sebenarnya masih ada ramai orang baik yang berbuat baik hanya kerana agenda akhirat semata-mata. Janganlah dirasakan dunia ini sudah tiada yang ikhlas kerana Allah. Mulakan dengan diri sendiri lalu anda akan mampu mencari orang sepertinya.

Namun, apa yang menyedihkan mereka yang kerap bersangka buruk kepada kebaikan ini suka pula bersangka baik kepada penganjur skim-skim cepat kaya yang tumbuh dengan pelbagai nama dan lesen hari ini. Sepatutnya anda perlu bersangka buruk lebih sedikit dengan skim-skim sebegini. Ia dinamakan berhati-hati yang sebenar.

Sekian

Zaharuddin Abd Rahman

http://www.zaharuddin.net/

12 Mei 2008

Persoalan Zakat Disalurkan ke Tempat Lain

Diriwayatkan oleh Abu Ubaid, dari Amr bin Syuaib, bahawa Muaz bin Jabal sentiasa berada di Jundi ( satu tempat di Yaman) semenjak ditugaskan oleh Rasulullah saw ke sana. Beliau berada di sana sampai Rasulullah saw wafat. Pada suatu hari Muaz datang menjumpai Umar bin Khattab , maka Umar menyuruhnya supaya kembali ke tempat tugasnya.

Pada suatu ketika Muaz mengirim sepertiga zakat yang dikumpulnya kepada Umar. Melihat yang demikian Umar berkata : “Kami tidak menyuruh engkau untuk memungut ufti atau cukai, tetapi kami menyuruh engkau supaya mengutip harta daripada orang kaya kemudian menyalurkan kepada orang-orang miskin mereka ”.

Diriwayatkan oleh Abu Ubaid juga, katanya Umar bin Khattab ada berpesan kepada khalifah sesudahnya: “ Aku berpesan supaya berbuat baik kepada orang-orang Arab kerana merekalah asal Arab dan dasar agama Islam, supaya diambil sisa –sisa harta mereka dan diberikan kepada orang miskin di kalangan mereka.”

Oleh itu berdasarkan mazhab Syafii zakat wajib disalurkan di tempat mengambil atau mengumpulnya. Kalau disalurkan ke kampung atau negeri lain padahal di tempat wajib berzakat itu ada orang-orang yang berhak menerimanya , maka tentang ini ada empat pendapat :

Menurut qaul yang lebih kuat tidak boleh memindahkannya ke tempat lain walaupun tempat itu kurang dari dua marhalah. Boleh memindahkannya ke tempat lain kalau di tempat wajibnya zakat itu tidak ada orang yang berhak menerimanya.

Menurut Imam Malik dan Ahmad , wajib menyalurkannya di tempat wajibnya berzakat atau boleh ke tempat lain tetapi yang kurang dari dua marhalah . Ini sama ada di tempat wajibnya berzakat itu ada orang yang berhak menerimanya atau tidak ada. Boleh juga memindahkannya ke tempat lain yang lebih dari dua marhalah kalau orang yang akan menerimanya itu lebih memerlukan bantuan. Dalam keadaan seperti ini disunatkan memindahkan sebahagian besarnya , kepada mereka. Seandainya disalurkan ke tempat lain yang lebih dari dua marhalah sedangkan orang yang lebih berhajat , maka dalam keadaan seperti itu sah juga zakat tetapi perbuatan itu haram.

Kalau di tempat wajibnya dan tempat lainnya keadaan orang yang akan menerimanya sama hajatnya, tetapi disalurkan juga ke tempat lain, maka zakat itu sah tetapi mengerjakan yang makruh.

Menurut mazhab Hanafi , tidak baik memindahkan atau menyalurkan zakat ke tempat lain kecuali kalau yang akan menerimanya itu keluarga atau yang ada hubungan famili . Begitu juga jika di tempat lain orang lebih memerlukan, di tempat lain bermanfaat kepada kaum Muslimin begitu juga memindahkan dari negeri kafir Harbi kepada negeri Islam atau di tempat lain ada penuntut ilmu.

Rujukan : Umar Ibnul Khattab : Keputusan Hukum & Fatwa-fatwanya – Abdul Aziz Al-Hallawi

Ekonomi pada zaman Umar al-Khattab

Umar telah menubuhkan Baitul Mal ( perbendaharaan). Sumber utama kewangan negara tentunya daripada kutipan zakat atau usyr ( zakat tanaman) , iaitu 1/10 jika menggunakan air hujan atau 1/20 jika menggunakan tenaga. Terhadap orang-orang bukan Islam pula, mereka dikenakan cukai kharaj ( cukai tanah) serta cukai jizyah, iaitu cukai kepala kerana tinggal dalam negara Islam. Selain itu , Baitul Mal juga memperoleh hartanya daripada al-Fai’, iaitu harta-harta rampasan musuh tanpa melalui peperangan , dan juga ghanimah, iaitu harta-harta rampasan perang. Dengan adanya sumber-sumber kewangan seperti ini dapatlah Umar melaksanakan program-program sosialnya, seperti memberi elaun-elaun khas kepada rakyat. Dalam hal ini, Umar mengutamakan keluarga Nabi (Ahlul-bait), seperti isteri-isteri Nabi serta anak cucunya dan lain-lain. Mereka diberi 12,000 dirham setahun , sedangkan kepada kaum Muhajirin dan Ansar di antara 4,000 – 5,000 dirham setahun, golongan tentera biasanya 500 – 6,000 dirham dan golongan kanak-kanak serta perempuan mendapat 200 – 400 dirham setahun. Mereka yang tidak berdaya diberi imbuhan khas dan perlindungan , meskipun mereka adalah orang Yahudi. Dengan wujudnya , sistem pembahagian sara hidup tersebut , Umar seolah-olah telah berjaya mengasaskan sebuah negara kebajikan.

Tentang soal ketenteraan , Umar telah membahagikan tentera Islam kepada dua bahagian; mereka yang bertugas sepenuh masa dan orang-orang awam yang dapat dikerahkan pada masa-masa tertentu . Sebagai tentera sepenuh masa, mereka mendapat gaji tetap serta kemudahan-kemudahan sampingan lain, tetapi mereka tidak diberikan habuan tanah demi untuk mengelakkan mereka menetap di sesuatu tempat . Hanya orang-orang awam yang dikerahkan sahaja mendapat habuan tanah tersebut.

Sumber rujukan : Sejarah dan Tamadun Islam – Dr. Abdul Rahman Haji Abdullah .

SEJARAH MATAWANG DINAR DAN DIRHAM

1) Sejarah Lahirnya Matawang

Allah S.W.T. yang Maha Bijaksana telah menciptakan manusia yang memang sejak mula-mula lagi memerlukan kepada makanan, minuman, pakaian dan tempat tinggal. Maka berdasarkan kepada keperluan tersebut, Allah S.W.T. menjadikan seluruh isi langit dan bumi sebagai suatu kemudahan kepada manusia untuk membina kehidupannya. Dalam sebuah firman Allah S.W.T. menyatakan :



}
اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَأَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجَ بِهِ مِنَ الثَّمَرَاتِ رِزْقاً لَكُمْ وَسَخَّرَ لَكُمُ الْفُلْكَ لِتَجْرِيَ فِي الْبَحْرِ بِأَمْرِهِ وَسَخَّرَ لَكُمُ الْأَنْهَارَ} [ابراهيم:32 [

Yang bermaksud :

Allah S.W.T, Dialah yang menciptakan langit dan bumi dan menurunkan hujan daripada langit, maka, Dialah Allah yang dengannya telah mengeluarkan buah-buahan sebagai rezeki untuk kamu, dan Dialah Allah yang telah memberi kemudahan kepada kamu melalui kapal bahtera untuk belayar di lautan dengan perintahNya, dan Dialah juga Allah yang telah memberi kemudahan kepada kamu dengan sungai-sungai yang mengalir.

Sejak dari saat itu, manusia berusaha bertungkus-lumus bekerja semata-mata untuk menjamin bahawa mereka dapat mengecapi nikmat kehidupan menerusi barang-barang keperluan mereka dan perkhidmatan kurniaan Allah Taa'la.

Sudah sememangnya, manusia diciptakan Allah untuk hidup secara berkelompok dan bermasyarakat, sebab tiada semua barang-barang dan perkhidmatan diperolehi melalui usaha individu. Seorang ahli ilmuan Islam yang dikenali dengan nama Abu al Fadhl Jaafar bin Ali ad-Dimashqiyy pernah menyatakan bahawa memandangkan kepada usia manusia yang begitu singkat, dia tidak akan mampu untuk menguasai semua bidang pekerjaan walaupun dia memiliki berbagai-bagai kebolehan dan keistimewaan. Ini adalah kerana, sepertimana yang dikatakan olehnya, kerajaan itu sendiri ada bermacam-macam jenis dan setiap satunya mempunyai kaitan dengan kerja-kerja yang lain. Umpamanya, sebuah binaan sememangnya memerlukan kepada buruh binaan. Mereka ini pula memerlukan kepada tukang besi. Dan tukang besi pula memerlukan kepada pihak yang mampu mengusahakan bahan-bahan logam, malah kesemua tugas-tugas dan kerja berkenaan memerlukan kepada wujudnya pusat pengurusan bagi menjayakan projek tersebut, dan begitulah seterusnya (Abu al Fadhl Jaafar bin Ali ad-Dimashqiyy- al Isyarah ila Mahasin al Tijarah, hlmn 20-21, cetakan 1997) .

Maka dengan wujudnya berbagai-bagai keperluan manusia, akhirnya ianya membawa kepada keperluan manusia sama ada secara langsung ataupun tidak untuk saling membantu antara satu sama lain. Maka sebagai langkah pertama lahirlah sistem al-muqayadhah ( barter system iaitu pertukaran barang dengan barang) sebelum wujudnya matawang yang digunapakai sebagai alat tukaran bagi mendapatkan barang dan perkhidmatan.

2) Matawang Bangsa-Bangsa di Dunia

Secara umumnya, ianya dapat disimpulkan kepada lima perkara berikut:

1) Wang di kalangan masyarakat Lydia

Pernah dikatakan bahawa, orang-orang Lydialah kumpulan manusia pertama yang mengenali wang yang dicap. Ianya bermula dengan lahirnya wang di kalangan ahli-ahli perniagaannya setelah mana mereka menghadapi masalah pertukaran barangan dan perkhidmatan berdasarkan sistem barter. Pihak kerajaan Lydia telah menumpukan perhatian mengecap wang di zaman pemerintahan Crusus di tahun 546-570 sebelum masihi, dimana di zaman inilah kali pertama munculnya wang emas (dinar) dan perak (dirham) yang dicap.

2) Wang di kalangan masyrakat Greek

Masyarakat Greek pula telah menggunakan wang dalam bentuk barangan, kerana itu masyarakat Greek banyak menyimpan kapak dan gelang-gelang besar yang diperbuat daripada gangsa. Kemudian barulah mereka menggunakan emas dan perak, dimana pertama kali yang mereka lakukan ialah menggunakan kepingan-kepingan emas dan perak sehinggalah wang dicap pada tahun 406 sebelum masihi. Orang-orang Greek mengukir di atas wang tersebut dengan ukiran sembahan mereka ataupun pemimpin-pemimpin mereka. Mereka juga sempat mengukir nama negeri asal wang itu diperbuat. Adapun matawang asasi bagi masyarakat Greek dikenali dengan nama drachma, yang diperbuat daripada perak.

3) Wang di kalangan masyarakat Rom

Sebelum kurun ketiga masihi, masyarakat Rom telah menggunakan matawang gangsa yang diberi nama Iz. Mereka juga pernah menggunakan matawang yang diperbuat daripada tembaga. Pernah disebutkan bahawa orang pertama yang mencipta matawang tersebut adalah Numa atau Cirqus Telius. Kemudian pada tahun 269 sebelum masihi, mereka menggunakan matawang perak. Wang emas yang diberi nama dinarus telah dijadikan asas kepada sistem matawang Rom yang telah dicap pada tahun 268 sebelum masihi. Pernah matawang Rom dicipta dengan ukiran gambar tuhan-tuhan dan pahlawan-pahlawan Rom, sepertimana yang berlaku di zaman Julius Ceasor. Pernah berlaku penipuan dalam matawang Rom dimana kadang-kadang logam emas dicampurkan dengan logam-logam lain, yang akhirnya kurang digunapakai oleh masyarakat.

4) Wang di kalangan masyarakat Parsi

Sejak kerajaan Lydia menguasai Parsi pada tahun 546 sebelum masihi, masyarakat disana mempelajari kaedah mencipta wang dimana nilai wang emas melebihi wang perak dengan nisbah 1: 13.5, yang bererti nilai emas lebih tinggi daripada perak.

Buat pertama kali, wang dicipta berbentuk segi empat, kemudian akhirnya bertukar kepada bentuk bulat yang diukir diatas matawang tersebut ukiran rumah-rumah sembahan mereka serta obor-obor api dan matawang yang digunakan secara meluas ialah wang perak tulen sebelum jatuhnya kerajaan Parsi.

5) Wang dalam Negara Islam.

1) Di zaman Baginda S.A.W.

Semasa zaman Jahiliyyah, masyarakat Arab di Hijaz tidak memiliki sebarang matawang yang khusus. Sebaliknya, wang-wang yang mengalir masuk ke Hijaz padamasa itu ialah dinar-dinar emas kerajaan-kerajaan Rom di Syam, dan matawang dirham (perak) daripada kerajaan Sasan di Iraq, dan sedikit daripada wang Yaman Himyar.

Mengikut kebiasaan, ahli-ahli perniagaan Quraish yang berulang-alik dari Syam (pada musim panas) ke Yaman (pada musim sejuk). Sepertimana yang diceritakan di dalam al Quran di dalam surah Quraish di mana Allah berfirman yang bermaksud :

Demi keselamatan, ketenteraman, dan kedamaian yang dinikmati oleh kafilah perniagan Quraish sepanjang pengembaraan mereka di musim sejuk ke Yaman dan pada musim panas di Syam tanpa sebarang gangguan, maka hendaklah mereka mengabdikan diri kepada Allah-Tuan kepada Rumah Allah yang telah memberi kenyang mereka itu daripada lapar, dan mengamankan kita daripada sebarang ketakutan.(Surah Quraish, ayat 1-4)

Penduduk-penduduk Mekah, mereka berjual beli dengan menggunakan logam perak yang masih mentah itu dengan cara timbangan demi mengelakkan daripada sebarang kekecohan.

Maka ketika Baginda S.A.W diutuskan mejadi Nabi dan Rasul, Baginda telah memperakukan apa yang pernah diamalkan oleh penduduk Mekah semasa berjual-beli. Seterusnya Baginda menyarankan agar penduduk Madinah juga mengikut jejak langkah penduduk Mekah iaitu dengan menggunakan timbangan. Dalam salah sebuah sabda Baginda ada menyatakan :

" Timbangan adalah mengikut timbangan penduduk Mekah, manakala sukatan dengan mengikut timbangan penduduk Madinah."

Kesimpulan :

Semasa pemerintahan Baginda S.A.W., Baginda tidak membuat sebarang perubahan terhadap matawang pada masa itu kerana Baginda memberi tumpuan sepenuhnya kepada usaha pengukuhan agama Islam di Semenanjung Arab. Maka dengan itu, wang-wang emas dan perak dari luar Semenanjung Arab masih digunapakai oleh masyarakat setempat.

2) Wang di zaman pemerintahan khulafa' ar-rashidin

Memandangkan bahawa semasa pemerintahan Saidina Abu Bakr as-Siddiq R.A hanya selama 2 tahun 4 bulan, beliau tidak sempat membuat sebarang perubahan terhadap kedudukan mata wang Semenanjung Arab disebabkan beliau terpaksa memberikan penumpuan terhadap kumpulan murtad yang muncul di zaman pemerintahannya. urusan peperangan .

Begitu juga keadaan yang berlaku di zaman pemerintahan Saidina Umar al Khattab R.A. pada peringkat awal pemerintahannya, sehinggalah menjelang tahun ke 18 hijrah ( dalam sesetengah riwayat mengatakan tahun 20 hijrah) satu usaha yang dijalankan oleh Saidina Umar ialah mencipta wang dalam Islam, cumanya masih di dalam bentuk wang dirham kerajaan Sasaan di Iraq dengan ukiran-ukirannya dengan sedikit penambahan lambing tauhid Allah Ta'ala dengan menggunakan tulisan Kufi, seperti Bismillah, Bismillahi Rabbi, Alhamdulillah, dan sesetengahnya pula ditulis dengan Muhammad Rasulullah.

Di zaman pemerintahan Saidina Uthman bin Affan R.A., wang dirham yang dicipta adalah sama dengan wang dirham pada zaman Saidina Umar. Cumanya terdapat sedikit penambahan dengan menyatakan tempat wang itu dicipta, tarikh ia dikeluarkan dengan menggunakan huruf Bahlawiyyah ( Parsi) umpama Bismillah, Barakah, Bismillahi Rabbi, Allah dan Muhammad. Kesemua itu ditulis dengan tulisan Kufi (Iraq).

Semasa pemerintahan Saidina Ali R.A., wang-wang dirham dicipta mengikut dirham di zaman khalifah Saidina Uthman, iaitu dengan menggunakan kalimah-kalimah dan perkataan- perkataan Kufi, seperti Bismillah, Bismillahi Rabbi dan Rabbi Allah.

3) Wang di zaman kerajaan Umawiyyah

Usaha ke arah mewujudkan wang dirham di zaman pemerintahan Umawiyyah telah bermula sejak Muawiyah bin Abi Suffian R.A. memerintah dengan mengikut reka bentuk wang kerajaan Sasaan( Parsi) di Iraq dengan meletakkan beberapa lambang tauhid seperti yang berlaku di zaman khulafa'.

Semasa pemerintahan Abdul Malik bin Mirwan, selain kejayaannya menghapuskan pengaruh dua orang penentangnya iaitu Abdullah dan Mus'ab bin az-Zubair R.A, beliau telah berjaya mencipta wang divmana ini berlaku pada tahun 76 hijrah dengan munculnya mata wang Islam khas yang bebas daripada sebarang pengaruh Rom dan Parsi. Dengan itu Abdul Malik bin Mirwan dikira sebagai orang atau khalifah yang pertama yang telah berjaya mencipta wang daripada dinar dengan memiliki ciri-ciri keislaman.

Beberapa pendapat tentang kenapa Abdul Malik bin Mirwan bertindak demikian. Setengah pendapat mengatakan ianya berlaku diatas dorongan agama dimana wang dinar pada masa itu diukir dengan tanda-tanda salib (Kristian). Sesetengah pula mengatakan ianya disebabkan berlaku sangketa antara baginda dan raja Rom.

Walau bagaimanapun, kemajuan yang dicapai oleh Abdul Malik bin Mirwan telah menjadikan kerajaan Islam pada masa itu berada dalam keadaan mantap dan berkurangnya gejala penipuan terhadap matawang. Suasana ini berterusan hinggalah ke zaman pemerintahan Yazid bin Abdul Malik dan Hisham bin Abdul Malik.


4) Wang di zaman kerajaan 'Abbasiyyah dan selepasnya

Kerajaan 'Abbasiyyah telah meneruskan kerja-kerja mengeluarkan wang dinar dan dirham seperti mana yang dijalankan oleh kerajaan Umawiyyah sebelum ini. Akan tetapi, setelah mana kerajaan 'Abbasiyyah telah mulai lemah dan urusan Negara dimonopoli oleh orang-orang Turki, wang Negara banyak digunakan untuk projek-projek mewah di mana kerajaan memerlukan belanja yang besar untuk tujuan tersebut. Maka sejak itu, gejala penipuan wang-wang dirham muncul semula menyebabkan wang-wang dirham palsu mengambil tempat dalam masyarakat. Selepas itu timbul pula masalah inflasi yang menyebabkan turunnya nilai matawang ke peringkat yang paling rendah.

5) Wang di zaman kerajaan Fatimiyyah

Semasa pemerintahan Fatimiyyah, penipuan terhadap wang dirham berlaku secara berleluasa, yang menyebabkan harga perak turun menjunam. Pernah disebutkan bahawa semasa pemerintahan al-Hakim bi Amrillah, nilai 1 dinar bersamaan dengan 34 dirham. Di zaman pemerintahan Salahuddin al-Ayyubi, jumlah logam emas tidak mencukupi untuk dijadikan matawang. Ianya berpunca daripada peperangan yang berlaku di zaman tersebut sehingga matawang utama kepada masyarakat pada masa itu ialah wang perak. Itupun bukannya perak yang tulen, sebaliknya logam tersebut telah dicampurkan dengan logam-logam yang lain di mana menyebabkan mutunya makin menurun.

Semasa pemerintahan Mamalik (kerajaan Uthmaniyah), wang-wang fulus (wang yang tidak ada nilai umpama satu sen) dikeluarkan secara berleluasa hinggakan wang ini dijadikan wang utama sehingga ke zaman pemerintahan az- Zahir Barquq sementara matawang dirham lenyap dalam pasaran. Antara punca-puncanya ialah :

1) Logam perak dieksport ke negara Eropah,

2) Bertambahnya jumlah import tembaga daripada negara-negara Eropah akibat daripada bertambahnya lombong-lombong tembaga di kebanyakan wilayah Eropah,

3) Bertambahnya penggunaan barang-barangan perak.

6) Wang di zaman pemerintahan kerajaan Uthmaniyyah

Sejak kerajaan Uthmaniyyah memegang takok pemerintahan itu pada tahun 955 hijrah, bersamaan dengan tahun 1534 masihi, sistem wang yang berjalan pada masa itu ialah mengikut kaedah gabungan dua bentuk logam iaitu emas dan perak dengan nisbah 1 : 15.

Pada tahun 1839 masihi, kerajaan Uthmaniyyah telah mengeluarkan matawang baru dikenali sebagai Qa-I-mah (Gaima) dalam bentuk wang kertas. Dan dalam tahun 1844 masihi, sistem wang baru diperkenalkan sebagai al Majidi (perak) dan begitu juga wang emas (dinar).

Bila berlaku peperangan dunia yang pertama, kerajaan Turki mengisytiharkan bahawa satu-satunya bentuk matawang ialah wang kertas sahaja yang sah diperlakukan, manakala wang emas dan wang perak dimansuhkan. Peraturan ini berkuatkuasa ke atas semua negeri-negeri di bawah kuasa kerajaan Uthmaniyyah. Maka sejak tahun 1914 Masihi, penggunaan wang-wang kertas di semua negeri-negeri adalah satu kemestian dan matawang ini merupakan matawang asasi dan tidak akan menerima sebarang perubahan.

Setelah tamatnya peperangan dunia yang pertama, kerajaan Inggeris telah cuba untuk kembali berpegang kepada sistem lindungan emas demi menjamin keutuhan matawang agar mantap dalam semua keadaan. Ini berlaku antara tahun 1925 hingga ke tahun 1971 di mana jongkong-jongkong emas dijadikan sebagai pelindung dan penaung kepada matawang kertas.

Begitulah usaha-usaha kerajaan Inggeris untuk cuba menerajui program ini yang kemudiannya diikuti oleh negara Perancis pada tahun 1928 serta seluruh negara-negara yang lain yang menggunapakai sistem jongkong-jongkong emas.

Adapun bagi negara-negara yang sedang membangun, maka peranannya adalah hanya sekadar mengikut jejak langkah negara-negara penjajah. Di antara kesannya ialah emas yang dijadikan cagaran oleh negara-negara yang dijajah dijadikan simpanan di perbendaharaan di negara barat sebagai timbal balik kepada matawang luar yang disimpan di negara sedang membangun sebagai penaung kepada matawang negara-negara tersebut. Kesemua matawang negara-negara yang dijajah mesti bersedia untuk ditukar kepada emas dengan cara ditukar kepada matawang luar yang mempunyai daya pertukaran secara langsung.

Walau bagaimanapun, sistem jongkong emas ini tidak bertahan lama, kerana kerajaan Inggeris telah menghadapi krisis eknomi yang agak berat di mana suara ramai menuntut agar kerajaan menukar haluan. Dalam masa yang sama, emas simpanan dalam bank Inggeris turun menjunam yang menyebabkan pihaknya dalam tahun 1931 menyatakan bahaw tukaran wang pound sterling kepada emas hendaklah dihentikan. Maka secara automatik, kesemua matawang yang berkaitan dengan wang sterling turut terbantut.

Perancis pula dalm tahun 1936 telah membekukan semua semua kerja-kerja pertukaran matawang, dan bermula dari tarikh itu tidak ada matawang yang boleh ditukar kecuali ringgit Amerika sahaja yang masih mampu untuk berbuat demikian sehinggalah ke tahun 1971 dimana Presiden Amerika Nixon telah membuat kepututsan untuk membekukan tukaran dolar kepada emas. Walau bagaimanapun kesemua negara-negara-sejak berlakunya peperangan dunia pertama telah menjadikan wang kertas sebagai matawang rasmi negara

Kesimpulan :

Berdasarkan kepada faktor-faktor diatas, pada hemat penulis sudahlah sampai masa dan ketikanya untuk cerdik pandai Islam istimewanya kumpulan professional Islam memikirkan cara yang lebih serius kearah mengangkat martabat Islam dan maruah bangsanya yang telah tercabar dan tercemar akibat pertembungan kekuatan yang tidak seimbang. Kita tetap yakin dengan janji-janji Allah terhadap umat yang memperjuangkan Islam dengan kejayaan dan kecemerlangan. Di antaranya ialah firman Allah dalam surah Quraish…..memang benar membina kekuatan ekonomi ummah dan kesejahteraannya adalah bergantung rapat kepada sejauh manakah umat Islam itu mengabdikan diri kepada Allah Ta'ala. Para mufassirin menyatakan at amun min ju' adalah sebagai sistem kemantapan sesebuah ekonomi dan wan mahum min khauf sebagai aman daripada ancaman-ancaman musuh luar mahupun dalam.

Diantara langkah-langkah yang positif kearah memantapkan kedudukan ekonomi dalam Islam ialah dengan mengembalikan hak ketuanan kepada matawang dinar (emas) dan dirham (perak) sebagai asas demi memelihara kestabilan ekonomi di dalam negara dan masyarakat Islam. InsyaAllah, Allah sentiasa bersama hamba-hambanya yang berusaha gigih dalam mendaulatkan seluruh peraturan dan hukumNya.

والله أعلم بالصواب

Sekian, terima kasih.


والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Disediakan Oleh:

Hj Abd. Aziz Hj Hanafi

MENGAPA TIDAK BERPOLIGAMI ?

MENGAPA TIDAK BERPOLIGAMI ?
MENGAPA TIDAK BERPOLIGAMI????

Boleh dikatakan semua akhbar tempatan pada hari ini mendedahkan satu berita yang pada pandangan umum seakan-akan pelik, iaitu berkenaan dengan Muhammad Nor yang diizinkan oleh ketiga-tiga isterinya agar menikah seorang lagi Isteri
[1].

Berita ini, melahirkan berbagai-bagai perbincangan di alam maya dan alam nyata, samada melalui ruangan blog , forum dan sembang borak di kedai-kedai kopi dan di mana-mana.

Ada yang menyokong, dan tidak kurang juga mereka yang memandangnya dengan pandangan sinis. Juga tidak kurang juga memerli dengan kadar kemampuan kewangan Mohammad Nor yang merupakan seorang pemandu lori yang bergaji RM 1500 sahaja.

Padaku, kejadian ini perlu dilihat dengan pandangan positif. Keadaan ini melihat kepada zaman yang memerlukan poligami, disamping ianya diizinkan oleh Allah SWT.

Firman Allah;

فَانْكِحُوا مَا طَابَ لَكُمْ مِنَ النِّسَاءِ مَثْنَى وَثُلَاثَ وَرُبَاعَ فَإِنْ خِفْتُمْ أَلَّا تَعْدِلُوا فَوَاحِدَةً

Maksudnya;
“maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi : dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja”

(SUrah Ani-Nisa’ : 3)

ZAMAN FASAD

Jika dibandingkan antara zaman dahulu dengan zaman moden ini. Didapati kehidupannya amat berbeza. Jika dahulu, kaum hawa dikenali sebagai “suri rumah”, tetapi kini, Kaum hawa bukan lagi sinonim dengan suri rumah sahaja, bahkan sudah ada kaum hawa berjawatan tinggi sehingga memegang jawatan menteri.

Kadangkala kerjaya yang dipegang oleh kaum hawa ini sampai kepada tahap yang tinggi, menyebabkan masa mereka tidak dapat diberikan sepenuh perhatian kepada suami. Menyebabkan, kadangkala keadaan ini boleh membawa kepada fasad di muka bumi, lantaran tiada saluran “nafsu” yang hendak disalurkan mengikut saluran fitrah yang sebenar.

Disamping itu juga, kebanjiran ibu-ibu tunggal, berpunca dari kematian suami atau bersuamikan lelaki yang terlibat dengan dadah atau suami yang tidak bertanggungjawab, menyebabkan berlaku perceraian.

Keadaan sebegini agak tidak berlaku di zaman dahulu, tetapi ianya sudah dianggap biasa oleh generasi kini.

Memandangkan kaum hawa yang ditimpa masalah-masalah sebegini juga merupakan manusia, yang sudah pasti mempunyai kehendak dan kemahuan untuk hidup dengan bahagia, maka hendaklah difikirkan jalan penyelesaian bagi mengatasinya.

POLIGAMI ADALAH PENYELESAIAN

Dalam hal ini, Islam telah menyediakan alternative dalam penyelesaiannya, iaitu antaranya adalah berpoligami. Bahkan, jika merujuk kepada Al-Quran sendiri, didapati Al-Quran menjelaskan bahawa lahirnya poligami adalah bersebab bagi menyelesaikan permasalahan anak-anak yatim.

Firman Allah;

وَإِنْ خِفْتُمْ أَلَّا تُقْسِطُوا فِي الْيَتَامَى فَانْكِحُوا مَا طَابَ لَكُمْ مِنَ النِّسَاءِ مَثْنَى وَثُلَاثَ وَرُبَاعَ فَإِنْ خِفْتُمْ أَلَّا تَعْدِلُوا فَوَاحِدَةً

Maksudnya;
“Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi : dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja”

(Surah An-Nisa’ : 3)

Dalam firman Allah ini, Allah mengkaitkan antara menjaga anak yatim dengan berpoligami.

Sepertimana yang diketahui, anak-anak yatim merupakan manusia yang wajib dihormati dan diberikan pertolongan. Memberi pertolongan kepada anak yatim merupakan pahala yang besar disisi Allah SWT.

Bagi memastikan permasalahan yang dihadapi oleh anak-anak yatim, memerlukan kepada penjagaan harta dan terhadap diri mereka sendiri dengan seadilnya. Kadangkala penjagaan anak yatim itu menjadi sesuatu yang rumit, seperti melibatkan aurat, makan, minum dan sebagainya, maka Islam mencadangkan agar mengambil anak-anak yatim itu menjadikan isteri secara berpoligami atau dikahwinkan kepada anak-anak.

Keizinan itu adalah bersebab, apabila sudah menjadi isteri, ketika itu akan dapat menghindarkan kerumitan dalam penjagaan, disamping akan wujud kasih sayang, disebabkan anak-anak yatim itu sudah mempunyai hubungan secara berkeluarga.

Hujjah ini dihubungkan dengan firman Allah;

وَيَسْأَلُونَكَ عَنِ الْيَتَامَى قُلْ إِصْلَاحٌ لَهُمْ خَيْرٌ وَإِنْ تُخَالِطُوهُمْ فَإِخْوَانُكُمْ

Maksudnya;
” Dan mereka bertanya kepadamu tentang anak yatim, katakalah: "Mengurus urusan mereka secara patut adalah baik, dan jika kamu bergaul dengan mereka, maka mereka adalah saudaramu”

(Surah Al-Baqarah : 220)

Menurut Imam Ibnu Kathir, ayat ini diturunkan lanjutan dari firman Allah dari surah An-Nisa’ yang berbunyi ;

إِنَّ الَّذِينَ يَأْكُلُونَ أَمْوَالَ الْيَتَامَى ظُلْمًا إِنَّمَا يَأْكُلُونَ فِي بُطُونِهِمْ نَارًا وَسَيَصْلَوْنَ سَعِيرًا

Maksudnya;
” Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim secara zalim, sebenarnya mereka itu menelan api sepenuh perutnya dan mereka akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka)”

(Surah An-Nisa’ : 10)

Setelah turunnya ayat ini, menyebabkan sebilangan sahabat berhati-hati dalam penjagaan anak yatim, sehingga mengasingkan antara makanan mereka dengan makanan anak yatim, antara minuman mereka dengan minuman anak-anak yatim. Keadaan ini berlanjutan sehingga terjadi keadaan yang mana, anak-anak yatim itu dianggap seperti orang asing dalam keluarga.

Sebilangan sahabat memberitahu keadaan ini kepada Rasulullah SAW, menyebabkan turunnya firman Allah dari surah al-baqarah ayat 220 yang menyatakan perlunya melakukan kebaikan terhadap anak yatim dengan bergaul dengan mereka secara baik. (Tafsir Ibni Kathir : 1/581)

Firman Allah;

وَإِنْ تُخَالِطُوهُمْ فَإِخْوَانُكُمْ

Maksudnya;
“dan jika kamu bergaul dengan mereka, maka mereka adalah saudaramu”

(Surah An-Nisa’ : 3)

Dalam menafsirkan ayat ini, Imam Abu Muslim menyatakan bahawa maksudnya adalah pernikahan. (At-Tafsir Al-Kabir : 3/286)

Tafsiran Abu Muslim ini amat bersesuaian dengan maksud firman Allah;

وَإِنْ خِفْتُمْ أَلَّا تُقْسِطُوا فِي الْيَتَامَى فَانْكِحُوا مَا طَابَ لَكُمْ مِنَ النِّسَاءِ مَثْنَى وَثُلَاثَ وَرُبَاعَ

Maksudnya;
“Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi : dua, tiga atau empat”

Pun begitu, disebalik keizinan Allah itu, ada sebilangan manusia tidak berkesempatan dari sudut kewangan lantaran ramai isteri, menyebabkan mereka mengambil kesempatan mengambil harta anak yatim dengan secara sembunyi-sembunyi.

Tindakan itu merupakan dosa, menyebabkan Allah menyatakan dalam firman-Nya;
فَإِنْ خِفْتُمْ أَلَّا تَعْدِلُوا فَوَاحِدَةً

Maksudnya;
jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja”

(Surah An-Nisa’ : 3)

Seakan-akan Allah nyatakan, boleh kamu berkahwin dengan anak-anak yatim secara poligami, tetapi perlu diingat, bahawa perkahwinan perlu berlaku adil terhadap mereka. Jika kamu tidak dapat melakukan keadilan, maka hendaklah kamu merasa cukup dengan seorang isteri sahaja.

DI MANAKAH PENYELESAIANNYA?

Jika dilihat kepada perbahasan ayat ini, dilihat penurunannya lebih kepada permasalahan yang menimpa umat Islam terdahulu, iaitu melibatkan kepada anak-anak yatim.

Keadaan yang sama juga agak berlaku kepada umat islam kini. Jika dahulu, permasalahan itu melibatkan kepada anak-anak yatim, tetapi kini melibatkan kepada ibu-ibu tunggal dan juga ”anak-anak dara tua”.

Dalam hal itu, penyelesaian yang baik dalam menghadapi permasalahan ini adalah dengan dilakukan ”kempen poligami”, iaitu kempen agar para suami bukan sekadar beristeri satu, bahkan menambah isterinya lebih dari satu sehingga kepada batasan yang dibenarkan oleh syarak.

Pun begitu, kempen yang hendak dilakukan tersebut, perlunya dibataskan dengan syarat-syarat kemampuan yang telah ditetapkan oleh islam.

PERLU BERLAKU ADIL

Adil merupakan perbincangan yang hangat diperbincangkan dalam isu berpoligami. Tidak dinafikan, tidak semua pihak suami mampu dalam melakukan keadilan terhadap isterinya.

Pun begitu, menurut Imam Al-Ghazali, kewajipan melakukan keadilan kepada isteri-isteri itu hanya pada pemberian nafkah dan dalam menentukan bermalam bersama mereka. Adapun dalam perkara yang berkaitan dengan jimak dan perasaaan cinta, tidak diwajibkan ditunaikan secara adil. Ianya kerana, kewajipan melakukan adil itu dibawah perkara yang disebut sebagai ”Ikhtiyari” iaitu perkara yang boleh diusahakan sendiri. (Ihya’ Ulum Al-Din : 1/70)

Jika semua perkara hendak dilakukan secara adil, seperti pada jimak dan perasaan cinta, sudah pasti Allah tidak akan menyebut bahawa manusia sudah pasti tidak dapat melakukan keadilan terhadap isteri-isterinya, walaupun ia berusaha sekalipun. Pun begitu, ianya tetap disebut oleh Allah dalam Al-Quran.

Firman Allah;

وَلَنْ تَسْتَطِيعُوا أَنْ تَعْدِلُوا بَيْنَ النِّسَاءِ وَلَوْ حَرَصْتُمْ

Maksudnya;
” Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat berlaku adil di antara isteri-isteri(mu), walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian”

(Surah An-Nisa’ : 129)

Maka dengan sebab itu, tidak hairan Baginda SAW sering berdoa dengan doa:

اللهم هذا قسمي فيما أملك فلا تلمني فيما تملك ولا أملك

Maksudnya;
”Ya Allah, ini adalah pembahagianku pada perkara yang aku miliki. Jangan kamu ambil salah pada perkara yang kamu miliki, tetapi ianya aku tidak miliki” (Sunan At-Tarmizi : 1059
[2])

Dalam mensyarah hadis ini, Al-Mubarakpuri memaksudkan dengan perkara yang tidak dapat dimiliki itu adalah “perasaan cinta”. (Tuhfah Al-Ahwazi : 3/215)

Begitujuga, dilihat pada hadis riwayat Al-Bukhari dan Muslim, bahawa Amru bin Al-As bertanya kepada Nabi SAW dengan katanya;

أَيُّ النَّاسِ أَحَبُّ إِلَيْكَ قَالَ عَائِشَةُ

Maksudnya;
“Siapakah manusia yang paling kamu sayang? Bersabda Nabi : Aisyah” (Sahih Al-Bukhari : 3389)

MASALAH HARTA??

Harta merupakan antara perkara penting dalam perbincaangan poligami. Harta dalam urusan rumah tangga, dibawah perbincangan nafkah yang wajib ditunaikan oleh pihak suami terhadap isterinya.

Maka dengan demikian, apabila seseorang suami yang ingin berkahwin, lalu dia tidak mempunyai harta, maka dilarang dari dia berkahwin, kerana dibimbangi tidak dapat menunaikan nafkah yang diwajibkan kepada dirinya. Ekoran dari itulah, harta menjadi antara penghalang agar tidak berpoligami.

Apa yang pasti, dalam perbincangan harta, ada beberapa jalan penyelesaian yang telah ditetapkan oleh islam. Ada beberapa pengecualian yang telah Islam izinkan kepada suami berkahwin dengan isteri dalam keadaan tidak memberi nafkah. Itupun, keizinan tersebut tertakluk kepada syarat.

Syarat tersebut adalah, hendaklah pihak isteri rela bahawa nafkah itu tidak diberikan kepadanya. Hal ini disandarkan kepada tindakan Suadah Binti Zam’ah yang merupakan isteri kedua Baginda SAW, yang mana, beliau telah mengizinkan kepada Rasulullah SAW untuk mengambil malam gilirannya diberikan kepada Aisyah. (sahih Bukhari : 2453)

Disamping itu juga, setiap manusia itu mempunyai rezeki yang telah ditetapkan oleh Allah.

Sabda Nabi SAW;

إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ وَكَّلَ بِالرَّحِمِ مَلَكًا يَقُولُ يَا رَبِّ نُطْفَةٌ يَا رَبِّ عَلَقَةٌ يَا رَبِّ مُضْغَةٌ فَإِذَا أَرَادَ أَنْ يَقْضِيَ خَلْقَهُ قَالَ أَذَكَرٌ أَمْ أُنْثَى شَقِيٌّ أَمْ سَعِيدٌ فَمَا الرِّزْقُ وَالْأَجَلُ فَيُكْتَبُ فِي بَطْنِ أُمِّهِ

Maksudnya;
“Sesungguhnya Allah telah mewajibkan seorang malaikat kepada rahim ibu. Dia berkata, Ya tuhan, ini adalah nutfah. Wahai tuhan, ini adalah ‘Alaqah. Ya Tuhan, ini adalah Mudhghah. Apabila hendak diciptakannya, lalu berkata, adakah dia lelaki atau perempuan. Apakah hidupnya kecelakaan atau kebahagiaan. Apakah rezkinya dan ajalnya. Lalu ditulis pada perut ibunya” (Sahih Al-Bukhari : 307)

Rezeki bermaksud apa yang dipakai dan digunakan. Sesuatu yang dimiliki, belum tentu lagi boleh dipakai atau digunakan. Dengan sebab itu, ada orang memiliki beras, tetapi beras itu tidak dikira sebagai rezekinya melainkan setelah dia makan.

Berapa ramai manusia yang memiliki beras, tetapi disebabkan beras itu bukan rezekinya, maka beras itu menjadi nasi yang dimakan oleh orang lain.

Maka dengan demikian, apabila seseorang itu berkahwin, rezekinya akan bertambah disebabkan tanggungjawab yang dia tanggung itu telah ditambah berdasarkan peruntukan rezeki terhadap isterinya.

Juga perlu diingat, antara syarat untuk mendapat ”murah rezeki” adalah dengan bertaqwa kepada Allah.

Firman Allah;

وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا * وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ

Maksudnya;
“Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. * Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya”

(Surah At-Talaq : 2-3)

Dan sesungguhnya, antara syarat mendapat kesempurnaan taqwa itu adalah dengan berkahwin.

Sabda Nabi SAW;

إذا تزوج العبد ، فقد استكمل نصف الدين ، فليتق الله فيما بقي

Maksudnya;
“Apabila seseorang hamba itu berkahwin, maka telah sempurnalah setengah agamanya, maka hendaklah dia bertaqwa kepada Allah pada bahagian yang berbaki” (As-salsilah As-Sahihah : 625)

Maka dengan itu, apabila seseorang berkahwin atas dasar taqwa, sudah pasti Allah akan menambah rezekinya. Dengan rezeki itulah, dia dapat mengharungi bahtera rumah tangga bersama isteri-isteri dengan jayanya.

ISTERI PERTAMA TIDAK IZIN????

Isteri pertama tidak izin merupakan antara sebab ramai para suami tidak berpoligami. Perkara ini berpunca, apabila penilaian para wanita bahawa apabila suami mereka berkahwin lagi, bermakna suami mereka tidak menyayangi mereka.

Apa yang paling penting dalam menilai perkara ini, bukanlah penilaian cinta atau sayang, tetapi yang paling penting adalah penilaian dalam menghadapi zaman fasad.

Seseorang isteri yang solehah, sudah pasti tidak akan redha dengan kefasadan yang terjadi disamping tidak akan bergembira dengan kesusahan yang menimpa kepada muslimat-muslimat yang perlu kepada suami.

Maka dengan itu, pengorbanan dalam berkongsi sayang merupakan harta yang paling mahal dan penilaian yang amat berkesan dalam menentukan seseorang isteri itu solehah atau tidak.

Dari pihak suami pula, sebelum hendak menambah isteri, janganlah dilakukan perkahwinan secara sembunyi-sembunyi, bahkan selayaknya terlebih dahulu mendidik para isteri dengan kefahaman islam disebalik pensyariatan poligami, mendedahkan kepada mereka keperluan poligami di zaman kini, dan mentarbiyyah mereka tentang kepentingan berusaha menjadi isteri yang solehah.

Jika dipermulaan mereka agak tidak boleh menerimanya lagi, bersabar terlebih dahulu, disamping meningkatkan lagi usaha dalam mentarbiyyah mereka sehingga mereka memahami kepentingan poligami dalam Islam dalam menyelesaikan masalah masyarakat kini.

Apabila mereka sudah mengerti, disana pasti akan wujud saling faham memahami, yang dengan itu, apabila poligami berlaku, sudah pasti, segala masalah keluarga secara berpoligami dapat diselesaikan secara baik dan muwafakat.

Perkara penting juga perlu dilakukan adalah, sebelum perkahwinan berlaku, hendaklah dipastikan, bakal isteri yang baru juga diberikan kefahaman yang jelas tentang situasi hidup berpoligami dan kesusahan-kesusahan yang akan dihadapi. Jika tidak, dibimbangi ditimpa masalah dimasa akan datang.

PENUTUP

Perkahwinan secara berpoligami, sudah pasti akan berjumpa dengan berbagai-bagai masalah. Cemburu antara isteri merupakan antara perkara yang akan dihadapi.

Pun begitu, sekiranya perkahwinan itu diasaskan atas dasar keimanan, ketaqwaan dan kefahaman, sudah pasti, perkahwinan secara poligami dalam dihadapi dengan baik dan bijak.

Maka dengan itu, tidak ada alasan seseorang itu menolak dari melakukan poligami sekiranya mempunyai kemampuan batin. Cumanya, adakah perkahwinan itu perlu disegerakan atau tidak, itulah perkara yang perlu difikirkan dalam menjayakan keizinan yang Allah berikan kepada kaum lelaki ini.

Sekian
Wallahu 'Alam

Al-Bakistani
http://al-bakistani.blogspot.com/

abu_abdillah_azzam@yahoo.com

[1] http://www.hmetro.com.my/Friday/BeritaUtama/20080516081223/Article
[2] Menurut Albani, hadis ini adalah Jaid (bagus) : Al-Misykat Al-Masabih : 3235.

KENAIKAN GAJI KAKITANGAN AWAM, KESAN DAN PENYELESAIANNYA MENURUT FIQH ISLAM.

Mukadimah.
Kenaikan gaji kakitangan awam adalah sesuatu yang amat mengembirakan. Rata-rata kakitangan awam terutamanya mereka yang berpendapatan rendah menerimanya dengan perasaan lega.

Di dalam hal ini kita perlu melihat isu ini melalui pelbagai hakikat dan sudut yang berbeza bagi menilai kesan dan masa depan masyarakat terutamanya golongan sederhana dan rendah.

Tetapi secara umum, rakyat perlu juga menilai kesan dan masa depan golongan bawahan bukan kakitangan awam seperti petani rendah, nelayan rendah, buruh kampung kerana kesan kepada mereka adalah kesan juga kepada golongan kaya dan negara. Mereka adalah aset kepada kuasa beli negara yang tidak boleh dipandang ringan di samping modal insan yang perlu dibangunkan.

Oleh itu, kita cuba melihat kenaikan gaji kakitangan awam ini dari sudut positif dan negatif secara seimbang dan membuat imbangan antara keduanya.

Kesan Positif.

Kesan positif dari sudut kenaikan ini amat jelas dengan kenaikan taraf sosio ekonomi sebahagian rakyat terutamanya golongan pertengahan. Kenaikan ini adalah sesuatu yang positif dan amat saya amat menyokongnya.

Kenaikan ini memberikan kelegaan kepada golongan yang berpendapatan sederhana seperti golongan polis, askar berpangkat rendah dan sebagainya yang sememangnya perlu dinaikkan taraf sosio ekonomi mereka semenjak dahulu lagi. Dengan ini, ia memberikan peningkatan keupayaan beli bagi golongan yang terbabit dengan kenaikan gaji.

Kesan Negatif Sekarang Dan Masa Depan.

Apabila kenaikan gaji golongan kakitangan awam berlaku, secara pasti akan menyebabkan berlaku tuntutan kenaikan gaji oleh pekerja kepada syarikat-syarikat swasta.Apabila ini berlaku, maka ia akan menyebabkan kenaikan harga barang dan menaikan kos hidup rakyat. Ini berdasarkan amalan biasa mana-mana syarikat yang pasti akan mengekalkan margin keuntungan. Maka kos bagi kenaikan gaji pekerja akan dipindahkan kepada pembeli melalui kenaikan harga produk pengeluaran dan caj perkhidmatan.

Sebagai contoh, jika syarikat mendapat untung bersih sebanyak 50 sen daripada sekilo gula yang berharga RM180 dan kos gaji pekerjanya ialah sebanyak 40 sen, maka apabila gaji pekerjanya dinaikkan sebanyak 20%, maka 20% tadi akan dianggap sebagai kos. Jika sebelum ini 40 sen daripada RM1.80 adalah kos untuk gaji pekerja, maka sekarang 48 sen adalah kos gaji pekerja daripada sekilo gula. Syarikat tidak akan mengecilkan margin untungnya sehingga 42 sen daripada 50 sen sebelum ini, bahkan kos itu akan dipindahkan kepada pengguna dan pembeli yang akhirnya menjadikan harga gula selepas kenaikan gaji ialah sebanyak RM1.88 sen atau lebih mudah dijual dengan harga RM1.90.
Hakikatnya sekarang, sebelum gaji kakitangan awam dinaikkan lagi, harga beberapa barangan sudah mula dinaikkan oleh peniaga-peniaga sebagaimana yang telah disiarkan oleh akhbar Kosmo melalui tinjauan yang dilakukan. Secara realiti, kerajaan tidak mampu menahan dan memaksa peniaga untuk tidak menaikkan harga barangan mereka sebagaimana berlaku sebelum ini terutamanya ketika kenaikan harga minyak dan lain-lain kerana harga barangan ditentukan oleh permintaan pasaran, keperluan pengguna, kos dan keupayaan barangan itu sendiri. Sekalipun pada hari ini kenaikan barangan belum berlaku secara menyeluruh, tetapi secara pasti lima tahun akan datang ia akan berlaku secara menyeluruh.Fenomena ini akan menyebabkan golongan yang tidak terlibat dengan kenaikan gaji terutamanya golongan yang hanya bersifat sebagai pengguna akan semakin turun taraf sosio ekonomi mereka untuk tempoh lima tahun akan datang, manakala sosio ekonomi golongan kakitangan awam pula yang naik taraf pada hari ini akan turun semula selepas lima tahun akan datang.

Sebagai contoh, jika keperluan asasi seseorang pada hari ini seperti kos keperluan tempat tinggal, kenderaan dan seumpamanya ialah sebanyak RM1200. Maka kakitangan awam yang berpendapatan RM1800 akan dapat menyimpan sebanyak RM600. Maka apabila gaji dinaikkan pada hari ini kepada RM2100, bermakna jumlah simpanan akan bertambah daripada RM600 kepada RM900 sebulan.

Apabila kenaikan gaji kakitangan awam menyebabkan kenaikan kos hidup rakyat akibat tekanan kenaikan gaji di sektor dan syarikat swasta dalam tempoh lima tahun akan datang, maka simpanan mereka juga akan turun kepada tahap asal selepas tempoh tersebut. Jika hari ini ketika kenaikan gaji berlaku dengan kos sara hidup RM1200, maka pada lima tahun akan datang akan menyebabkan kos sara hidup kemungkinan akan meningkat kepada RM1700 yang menyebabkan margin simpanan akan kembali kepada RM600 sebulan. Oleh itu, kakitangan awam hanya menikmati kelebihan kenaikan gaji hanya dalam tempoh tertentu kerana margin simpanan akan kembali asal sekalipun gaji dinaikkan.

Dalam hal ini, golongan pengguna yang terdiri daripada buruh kampung, petani sederhana dan miskin akan tertekan kerana margin simpanan mereka akan semakin berkurangan akibat kenaikan kos sedangkan pendapatan mereka adalah ditahap sama.

Pengekalan kuasa beli golongan kaya dan kelemahan kuasa beli golongan miskin menyebabkan syarikat pengeluaran terpaksa mengambil keuntungan dengan menaikkan harga jualan atau meningkatkan caj perkhidmatan. Tetapi di dalam sistem Islam, sekalipun syarikat tidak menaikkan harga barang, tetapi keuntungan mereka bertambah akibat pertambahan kuantiti pengeluaran kerana kuasa beli golongan kaya dan miskin sama-sama mengalami kenaikan melalui sistem agihan zakat dan seumpamanya.


Kenapa Islam Mementingkan Golongan Miskin?

Dari sudut Islam, golongan miskin dan kaya adalah ketentuan daripada Allah S.W.T. dan masing-masing diuji dengan keadaan masing. Banyak terdapat di dalam Al-Quran dan hadis berkenaan dengan tanggungjawab, peranan dan kelebihan membantu orang susah dan miskin.

Dari sudut makro ekonomi pula, golongan miskin adalah aset penting yang perlu dibangunkan. Jika di dalam sesebuah negara yang penduduk majoritinya adalah miskin, maka kuasa beli adalah rendah dan lemah. Justeru itu, jualan barangan, edaran produk atau caj khidmat yang disediakan oleh golongan berpendapatan dan golongan kaya tidak mendapat sambutan yang memberansangkan.

Menaikkan taraf orang-orang miskin sehingga mampu bersaing dan berjalan seiringan dengan orang lain merupakan ciri penting kepada pembangunan ekonomi dan melariskan produk yang dikeluarkan. Untuk itu, syarikat-syarikat pengeluar produk daripada Amerika Syarikat sendiri kadangkala membantu orang-orang miskin di negara-negara mundur dan negara ketiga bagi menambah kuasa beli dengan tujuan melariskan produknya dan meluaskan pasaran, bukan kerana ikhlas ingin membantu.
Golongan miskin terabai cukup banyak kedapatan di negara kita. Ulama Pelapis Selangor sendiri telah menemui dan membantu orang-orang miskin di Selangor yang dikategorikan cukup tegal. Golongan miskin tegal ini tidak ditemui di negari-negeri yang dianggap miskin seperti Kelantan tetapi banyak kedapatan di negeri maju seperti Selangor dan Johor. Mereka bukanlah orang yang berhijrah dari Kelantan, Sabah atau Terengganu, tetapi mereka adalah penduduk asal yang dilahirkan di negeri maju tersebut. Kedapatan di johor orang yang tinggal di dalam pembetung, di Selangor orang miskin yang terpaksa berjalan kaki ke tempat kerja sejauh 8 kilo meter sehari bagi menjimatkan RM30 tambang dan sebagainya.

Sebagai contoh yang jelas untuk kita renungkan, sebagaimana kes yang Ulama Pelapis bantu, seorang bapa berumur lingkungan awal 40an, mempunyai isteri dan dua anak. Pendapat beliau ialah RM600 sebagai pengawal keselamatan di sebuah hotel di ibu kota . Sewa rumah yang terpaksa ditanggungnya ialah RM300 selepas gagal mendapatkan rumah flat kos rendah sediaan kerajaan. Apabila ditolak belanja dan keperluan harian, baki RM300 sememangnya tidak mencukupi untuk makan minum, bayar bil air dan api, tambang bas ke tempat kerja, tambang anak ke sekolah dan sebagainya sehingga pendidikan kelas tambahan anaknya terabai. Itu belum lagi anaknya ke Universiti dan awal buka sekolah yang belanjanya cukup memeritkan.

Jika kenaikan sama dilakukan oleh hotel terhadap kakitangannya, maka jika 20% gajinya dinaikkan sehingga mencecah RM720, maka jika barangan disekeliling naik akibat kenaikan gaji pekerja, keadaan orang seperti ini semakin terhimpit sekalipun gajinya dinaikkan sehingga 20% kerana kenaikan 20% daripada RM600 sebulan adalah amat kecil berbanding kenaikan harga barangan yang sekalipun hanya 5-10% sahaja, tetapi ia digunakan hampir setiap hari.

Perbezaan Antara Sistem Islam Dan Realisasi Sekarang Bagi Membantu Orang-Orang Miskin Dan Lemah.

Apabila kenaikan gaji berlaku, bermakna taraf sosio ekonmi mereka naik dan meningkat. Dalam masa yang sama, jumlah cukai pendapatan yang perlu dibayar oleh mereka juga meningkat, dan ini akan menyebabkan kemasukan kepada kerajaan juga bertambah. Hal ini sama dengan sistem zakat, apabila kenaikan gaji berlaku, bermakna kutipan zakat juga akan meningkat.

Tetapi perbezaannya ialah, jika kutipan cukai daripada kakitangan awam meningkat akibat kenaikan gaji, tetapi ia belum menjamin peningkatan taraf sosio ekonomi orang miskin dan golongan sederhana kerana kutipan itu belum tentu diagihkan kepada golongan miskin kecuali dalam bentuk ehsan. Berbeza dengan sistem zakat di mana zakat (iaitu zakat mal mustafad atau harta perolehan) yang dikutip daripada kakitangan awam yang layak pasti akan diagihkan dua perlapannya kepada orang fakir dan miskin.
Ini berlaku melalui sistem zakat di mana agihan itu bukannya ehsan, bukan sagu hati kepada penerima, tetapi ia adalah hak si fakir dan miskin. Jika kerajaan Islam tidak memberikan zakat kepada si fakir dan si miskin maka ia adalah satu kesalahan. Kerana belanjawan kutipan zakat telah ditentukan oleh Allah S.W.T. di dalam Al-Quran.

Berbeza dengan kerajaan sekarang, jika ia tidak memberikan satu senpun kepada fakir dan miskin, maka ia bukannya kesalahan kerana belanjawan dan alirannya ditentukan oleh pemerintah, bukan sistem yang tetap sebagaimana zakat.

Perlu disedari bahawa, zakat adalah sistem di dalam negara Islam manakala cukai pula tidak boleh menjadi sumber tetap kepada negara Islam. Di dalam kontek negara kita pada hari ini, zakat bukanlah sebagai satu sistem negara kerana ia dijalankan tidak sampai satu pertiga daripada sistem sebenar zakat dan aspek-aspek penting zakat cukup-cukup diabaikan. Bahkan sistem yang menjadi sumber pendapatan negara kita ialah sistem percukaian Rom yang dihidupkan kembali oleh golongan barat dan seterusnya dipraktikkan di negara kita.

Antara tanda dan bukti yang jelas berkaitan dengan hakikat ini ialah, golongan yang tidak membayar cukai adalah kesalahan undang-undang di dalam negara kita dengan harta mereka disita dan sebagainya, manakala golongan yang tidak membayar zakat pula bukanlah satu kesalahan undang-undang.

Berbeza dengan sistem zakat Islam, di mana golongan yang tidak membayar zakat adalah kesalahan undang-undang negara Islam manakala sebahagian besar cukai dalam bentuk sekarang seperti cukai jualan dan seumpamanya adalah bercanggah dengan hukum Islam dan ianya adalah haram.

Melalui sistem Islam ini, jika golongan kakitangan awam dinaikkan gaji, maka secara langsung dan pasti taraf sosio ekonomi golongan miskin juga akan naik kerana zakat yang terkutip secara pasti dan wajib akan mengalir kepada golongan miskin sebanyak dua perlapan. Tetapi dengan sistem sekarang, apabila golongan kakitangan awam dinaikkan gaji, tetapi taraf sosio ekonomi golongan miskin belum tentu akan naik kerana sistem cukai sekarang tidak menetapkan secara wajib agihannya kepada orang miskin dan golongan yang memerlukan melainkan dalam bentuk ehsan yang sangat kecil berbanding kadar agihan zakat yang ditetapkan oleh Allah S.W.T.

Melalui kenaikan gaji di dalam sistem ekonomi bukan Islam yang diamalkan sekarang akan menyebabkan jurang antara kaya dan miskin semakin jauh. Dan hakikat inilah yang bercanggah dengan dasar Islam melalui penetapan hukum seperti zakat, fai' dan seumpamanya bagi menaikkan taraf golongan miskin dengan pertambahan kemasukan orang kaya seterusnya mendekatkan jurang antara dua golongan tersebut.

Di dalam sistem ekonomi negara menurut hukum dan prinsip Islam, duit dan kekayaan negara dicairkan oleh rakyat, manakala sistem ekonomi negara kita sekarang, duit dicairkan dan dikontrol oleh kerajaan. Sebagai contoh, jika duit dan harta cair negara sebanyak RM100 trilion, maka jumlah tersebut dipegang dan dikontrol oleh kerajaan melalui sistem penswastaan, sistem percukaian dan lain-lain. Apabila kerajaan ingin menambah rezabnya, maka cukai akan dinaikkan (kadangkala tanpa disedari oleh rakyat). Oleh itu, kadar cukai boleh naik dan boleh turun berpandukan kepada keperluan menurut kehendak mereka yang menerajui kerajaan itu sendiri.

Tetapi di dalam sistem Islam, jumlah tersebut dialirkan dan dicairkan oleh rakyat dan pencairannya dikontrol oleh sistem dan hukum Islam manakala kerajaan berfungsi sebagai pelaksana kepada hukum yang telah ditetapkan. Oleh itu, kita dapati, kerajaan Islam dan ulama hebat macamana sekalipun tidak boleh menaik dan menurunkan kadar kutipan zakat, fai', usyur dan sebagainya sesuka hati.
Pencairan duit oleh rakyat ini dibuktikan secara praktikal, antara yang jelasnya ialah tindakan Saidina Umar mengosongkan perbendaharaan baitulmal sehari dalam setahun sehingga tidak tinggal satu dirhampun. Segala harta perbendaharaan tersebut diagihkan kepada seluruh rakyat sebagai suntikan modal untuk dicairkan. Sekalipun baitulmal kosong sehari setahun, tidak lama selepas dikosongkan, tidak lama selepas itu ia akan kembali penuh akibat pertambahan kutipan zakat, usyur dan sebagainya kesan daripada pertambahan modal rakyat.

Penutup.
Setelah membuat penilaian, saya menyokong kenaikan gaji kakitangan awam, dan ia adalah sesuatu yang baik. Ianya dapat menaikkan taraf sosio ekonomi mereka yang berkhidmat membangunkan negara terutamanya polis dan askar yang sememangnya banyak berkorban untuk negara.

Tetapi dalam masa yang sama, saya tidak menyokong dasar dan sistem ekonomi negara kita sekarang kerana ia memberikan kesan negatif akibat kenaikan gaji kakitangan awam terutamanya kepada golongan miskin dan fakir di kalangan bukan kakitangan awam.

Penyelesaian kepada kesan negatif ini hanya dapat diatasi melalui sistem ekonomi Islam yang menyeluruh. Perbankan Islam yang dijalankan pada hari ini bukanlah ekonomi Islam tetapi ia adalah muamalat Islam yang hanya sebahagian sahaja daripada ekonomi Islam dan sistemnya. Justeru ekonomi Islam termasuk dasar dan sistem berkait pengswastaan, percukaian, zakat, pemilikan tanah dan lain-lain. Kesemua aspek sistem ekonomi Islam adalah perlu kerana ia menjadi pelengkap kepada aspek-aspek yang lain.
Dalam masa yang sama, jika sebahagiannya dijalankan dan diabaikan sebahagian yang lain, kadangkala kesannya akan memberikan imej yang buruk dan membentuk imej yang salah kepada sistem Islam itu sendiri seperti timbul anggapan sistem perbankan Islam zalim kerana menetapkan keuntungan sesuatu produk jauh lebih tinggi (pada zahirnya) berbanding produk bank konversional, anggapan zakat tidak mampu mengatasi kemiskinan memandangkan kutipan pada hari ini tidak mampu membantu orang miskin sepenuhnya dan anggapan-anggapan yang lain.

Tuntasnya kenaikan gaji kakitangan awam adalah sesuatu yang baik dan positif dan kesan negatifnya perlu diatasi melalui sistem ekomi Islam yang menyeluruh sebagaimana yang dinyatakan di atas.

Di sediakan Oleh :

Ustaz Haji Zaharuddin Muhammad.

Presiden,
Gabungan Graduan Timur Tengah,

(GAGASAN)

Isteri

Mulianya seorang isteri disisi Allah...
Dan betapa berharganya wanita yang bergelar isteri ini pada keluarga, suami dan anak-anak Rugi dan binasalah suami-suami yang tidak menghargai isteri
mereka kerana isteri inilah yang akan membantu mereka di akhirat kelak.
Biarlah buruk mana isteri anda, sayangilah mereka.....

Beruntungnya seorang wanita yg ada rahim ini ialah dia bekerja
dengan Tuhan... jadi 'kilang ' manusia.
Tiap-tiap bulan dia diberi cuti bergaji penuh...
7 sehingga 15 hari sebulan dia tak wajib sembahyang
tetapi Allah anggap diwaktu itu sembahyang terbaik darinya.
Cuti bersalin juga sehingga 60 hari.
Cuti ini bukan cuti suka hati
tapi cuti yang Allah beri sebab dia bekerja dengan Allah..
Orang lelaki tak ada cuti dari sembahyang.. ..
sembahyang wajib baginya dari baligh sehingga habis
nyawanya.

Satu lagi berita gembira untuk wanita,
Sepanjang dia mengandung
Allah sentiasa mengampunkan dosanya,
Lahir saja bayi seluruh dosanya habis.
Inilah nikmat Tuhan beri kepada wanita,
jadi kenapa perlu takut nak beranak?

Marilah kita pegang kepada tali Allah.
Seandainya wanita itu mati sewaktu bersalin, itu dianggap
mati syahid, Allah izinkan terus masuk Syurga.
Untuk orang kafir dia tak dapat masuk Syurga tapi
Allah beri kelonggaran siksa kubur.
Untuk peringatan semua wanita yang bersuami
seluruh kebaikan suaminya, semuanya isteri dapat pahala
tetapi dosa-dosa suami dia tak tanggung.

Diakhirat nanti seorang wanita solehah akan
terperanjat dengan pahala extra yang banyak dia
terima diatas segala kebaikan suaminya yang tak disedari.
Contohnya bila dia redho suaminya pergi berjemaah di masjid
atau ke majlis ilmu, bersedekah.. ganjaran Alah keatasnya jua..

Bila dia lihat suaminya tengah terhegeh-hegeh di titian
Sirat dia tak nak masuk syuga tanpa suaminya,
jadi dia pun memberi pahalanya kepada
suami untuk lepas masuk syurga.
Didunia lagi, kalau suami dalam kesusahan
isteri boleh bantu tambah lagi di akhirat.
Kalau seorang isteri asyik merungut,mulut selalu muncung
terhadap suami dia tak akan dapat pahala extra ini..

Manakala suami pula mempunyai tugas-tugas berat didalam dan
diluar rumah, segala dosa-dosa anak isteri yang tak dididik
dia akan tanggung ditambah lagi dengan dosa-dosa yang lain..
Dinasihatkan kepada semua wanita supaya faham akan syariat
Allah agar tidak derhaka denganNya.

Sesungguhnya wanita dijadikan daripada rusuk kiri lelaki.
Dia bukan dicipta dari kepala ke kaki,juga bukan dari tapak
kaki. Dia dicipta dari sebelah rusuk kiri lelaki supaya dia hampir
kepada kamu(lelaki) ,lengan lelaki dicipta untuk mempertahankan
wanita,dekat dengan hati lelaki untuk disayangi.

Woman was made from the rib of man,
She was not created from his head to top him,
Nor from his feet to be stepped upon,
She was made from his side to be close to him,
From beneath his arm to be protected by him,
Near his heart to be loved by him .

"Wahai Tuhan...
ku tak layak ke syurgamu ....
namun tak pula aku sanggup ke nerakamu...
kamilah hamba yang mengharap belas darimu ...

"Ya Allah...
jadikanlah kami hamba2 mu yang bertaqwa ..
ampunkan dosa2 kami, kedua ibubapa kami,
dosa semua umat2 islam yang masih hidup mahupun yang telah
meninggal dunia"......


Kubur itu gelap, cahayanya ialah Laa Ilaaha IllalLah.
Jika diletakkan langit dan bumi di sebelah dacing, dan kalimah ini
di sebelah yang satu lagi, pasti lebih berat lagi nilai kalimah 'Laa ilaaha illalLah' ini.
Rasulullah saw. bersabda (mafhumnya):"Wahai manusia! Ucaplah 'Laa ilaaha illalLah' , kamu pasti berjaya!"

Marilah kita ucapkan kalimah ini:
"Laa ilaaha illallah!" x 10

Sumber : Isu Hangat

Cukup Dahsyat Tapi Sudah Sedarkah

Oleh

Zaharuddin Abd Rahman

www.zaharuddin.net

Tidak dinafikan, sudah diketahui umum, syirik adalah dosa terbesar di dalam Islam. Ia disebutkan dengan jelas dari ayat

إِنَّ اللَّهَ لاَ يَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَن يَشَاء

Ertinya : Sesungguhnya Allah tidak akan mengampunkan barangsiapa yang mensyirikkannya, dan (Allah) akan boleh mengampunkan dosa-dosa yang lebih rendah dari syirik."

Namun, setelah memikirkan berkali-kali baris-baris ayat di bawah, saya tidak boleh menunggu lagi kecuali mesti dengan segera mengebahkannya kepada sekalian umat berkenaan betapa dahsyatnya hukuman bagi kesalahan ini.

الَّذِينَ يَأْكُلُونَ الرِّبَا لاَ يَقُومُونَ إِلاَّ كَمَا يَقُومُ الَّذِي يَتَخَبَّطُهُ الشَّيْطَانُ مِنَ الْمَسِّ ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ قَالُواْ إِنَّمَا الْبَيْعُ مِثْلُ الرِّبَا وَأَحَلَّ اللّهُ الْبَيْعَ وَحَرَّمَ الرِّبَا فَمَن جَاءهُ مَوْعِظَةٌ مِّن رَّبِّهِ فَانتَهَىَ فَلَهُ مَا سَلَفَ وَأَمْرُهُ إِلَى اللّهِ وَمَنْ عَادَ فَأُوْلَـئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ

Ertinya : Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang mengulangi (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. ( Al-Baqarah : 275 )

Itulah kengerian hukuman Allah swt terhadap satu dosa selain syirik. Itulah pengamal riba setelah pengharamannya.

Cuba kita sama-sama petikan penutup ayat di atas

وَمَنْ عَادَ فَأُوْلَـئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ

Ertinya : Orang yang mengulangi (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya

Imam Ibn Kathir ketika mentafsirkan lafaz ini menyebut :-

ومن عاد أي إلى الربا ففعله بعد بلوغه نهى الله عنه فقد استوجب العقوبة

Ertinya : Lafaz "barangsiapa mengulangi" ertinya kembali terlibat dengan riba hingga terjebak dalamnya walalupun setelah datangnya hukum larangan Allah darinya, hasilnya wajiblah bagi mereka hukuman keras" (Tafsir Al-Quran Al-‘Azim, 1/328)

APi yang membakar

Berdasarkan dalil-dalil hadis, para ulama membuat kesimpulan bahawa setiap umat Islam yang mengucap dua kalimah shahadah, sebanyak manapun dosa yang dilakukan di atas dunia, mereka akan dihumbankan ke dalam neraka, terkurung didalamnya untuk satu tempoh yang layak bagi dosa mereka, kemudian mereka akan dikeluarkan darinya dengan syafaat Nabi Muhammad s.a.w dalam keadaan mati, kemudian ditempatkan di dalam sungai kehidupan, lalu hiduplah kembali. Semua ini dicatatkan dalam hadis. (Syarah Sohih Muslim, An-Nawawi, 3/36 )

Selanjutnya Imam An-Nawawi mengulas terdapat lima jenis syafaat yang diberikan kepada Nabi Muhammad s.a.w di akhirat kelak iaitu ( Syarah Sohih Muslim, 3/36) :-

1) Memberi tenang dan rehat dari hiruk pikuk mahsyar dan menyegerakan seseorang untuk masuk ke Syurga. Syafaat ini khusus untuk Nabi Muhammad s.a.w.

2) Memasukkan seseorang ke Syurga tanpa hisab, peruntukan syafaat ini juga terdapat untuk Nabi Muhammad s.a.w.

3) Kaum yang wajib dihumban di neraka boleh diselamatkan oleh Nabi s.a.w

4) Mengeluarkan kaum yang sedang diazab di neraka untuk kembali ke Syurga kecuali bagi mereka yang mati dalam keadaan kafir.

5) Peningkatan darjat di syurga agar mendapat tahap syurga yang lebih baik.

Sedarkah ?!

Namun sedarkah kita dan mereka di sekeliling kita, keluarga, rakan dan lainnya bahawa, berterusan dalam dosa riba boleh menyebabkan seseorang itu dianggap menghalalkan riba setelah pengharamannya lalu jatuh kafir mereka itu, tatkala itu matinya mereka adalah dengan hati kekafiran hingga terkeluar dari senarai mereka yang boleh mendapat syafaat nabi Muhammad s.a.w.

Berhati-hatilah dan amat wajib bagi semua muslim yang meyakini ada maut untuk menjauhi riba. Kita amat bimbang, ketidakpedulian itu adalah merupakan satu keingkaran terhadap hukum haramnya. Seterusnya boleh mejatuhkan seseorang dalam kekafiran tanpa sedar hingga melayakkan seseorang itu kekal di neraka. Nabi juga tidak mempunyai peruntukan untuk memberi bantuan (syafaat) kepada golongan sebegitu. Moga kita semua dipelihara oleh Allah swt.

Inilah yang diulas oleh Imam Fakhruddin Ar-razi apabila beliau menghurauikan maksud ‘orang yang kembali' dalam ayat di atas sebagai :-

فالمعنى ومن عاد إلى استحلال الربا حتى يصير كافراً

Ertinya : erti ayat "barangsiapa yang kembali" (di atas, adalah bermakna mereka kembali menghalalkan riba sehingga mereka itu jadi kafir. ( Tafsir Al-Kabir, 7/82)

Akhirnya, alasan sibuk, malas, belum sampai seru, nanti dan pelabagi pagi alasan orang di zaman ini dari berubah dari pinjaman rumah riba, kereta riba, kad kredit riba, akaun simpanan riba, insuran riba, skim riba, pelaburan riba, mahal sikit la, leceh proses, belum ada masa dan pelbagai lagi TIDAK WAJAR SAMA SEKALI wujud dalam hati individu yang bernama MUKMIN MUSLIM.

Itu pun jika ingin selamat diakhirat, jika tidak..tunggulah bila waktunya tiba.

Sekian

Zaharuddin Abd Rahman

www.zaharuddin.net

20 April 2008

GHIBAH

Allah s.w.t berfirman :

وَلاَ يغتبَْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيْهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوْهُ وَاتَّقُوْا اللهَ إِنَّ اللهَ تَوَّابٌ رَحِيْمٌ

Dan janganlah sebagian kalian mengghibahi sebagian yang lain. Sukakah salah seorang dari kalian memakan daging bangkai saudaranya yang telah mati, pasti kalian membencinya. Maka bertaqwalah kalian kepada Allah, sungguh Allah Maha Menerima taubat dan Maha Pengasih. (Al Hujurat 12)

Pentingnya Aqeedah Yang Benar

Sesiapa Yang beramal soleh, dari lelaki atau perempuan, sedang ia beriman (berakidah dengan akidah yang sahih), maka Sesungguhnya Kami akan menghidupkan Dia Dengan kehidupan Yang baik; dan Sesungguhnya Kami akan membalas mereka, Dengan memberikan pahala Yang lebih dari apa Yang mereka telah kerjakan. (an-Nahl: 97)

Dan sesiapa Yang mengerjakan amal soleh, dari lelaki atau perempuan, sedang ia beriman (berakidah sahih), maka mereka itu akan masuk syurga, dan mereka pula tidak akan dianiaya (atau dikurangkan balasannya) sedikitpun. (an-Nisa’: 124)

Dan Sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu (Wahai Muhammad) dan kepada Nabi-nabi Yang terdahulu daripadamu: "Demi sesungguhnya! Jika Engkau (dan pengikut-pengikutmu) mempersekutukan (sesuatu Yang lain Dengan Allah) tentulah akan terhapus amalmu, dan engkau akan tetap menjadi dari orang-orang Yang rugi. (az-Zumar: 65)

Dan kalau mereka sekutukan (Allah Dengan sesuatu Yang lain) nescaya gugurlah dari mereka, apa yang mereka telah lakukan (dari amal-amal Yang baik). (al-An’am: 88)

Sumber :http://aqidah -wa-manhaj.blogspot.com


TANGGUNGJAWAB DAKWAH

Alhamdulillahirabbil 'alamiin ...

Dimulai dengan khutbah masnun yang pernah dibaca Baginda SAW. Termuat didalamnya beberapa firman Allah SWT yang bermaksud di antaranya,

"Wahai orang-orang yang beriman bertaqwalah kamu kepada Allah SWT akan sebenar-benarnya taqwa. Dan janganlah kamu mati kecuali kamu benar-benar menjadi seorang muslim yang menyerah diri kepada Allah."

"Wahai sekalian manusia bertaqwalah kamu kepada Tuhan kamu yang menjadikan kamu kepada satu jiwa. Dan menjadikan daripadanya pasangan kamu, dan daripadanya Allah sebarkan daripada lelaki dan wanita. Dan takutlah kamu kepada Allah yang kamu minta-meminta sesama kamu dengan perantaraan tali silaturahim. Sesungguhnya Allah SWT maha pemerhati keatasmu."

"Wahai orang yang beriman, bertaqwalah kamu kepada Allah SWT dan berkatalah perkataan yang betul. Niscaya Allah SWT akan memperbaiki amalan kamu dan Dia akan mengampuni dosa kamu, dan Allah SWT maha pengampun lagi maha penyayang. Dan barangsiapa mentaati Allah dan RasulNya maka sesungguhnya dia mendapat kejayaan yang besar."

"Wahai orang yang beriman, sahutlah seruan daripada Allah dan Rasul apabila kedua-duanya menyeru kamu bagi kehidupan yang baik. Dan Allah SWT menjadi penghalang bagi hati yakni dia berkuasa diatas hati seseorang hamba, dan takutlah kepada Allah, kepada Azab yang Allah SWT turunkan bahwa ianya bukan sahaja menimpa kepada orang yang melakukan kejahatan, tetapi ianya menimpa menyeluruh kepada semua."

Allah SWT menjadikan kita untuk mengingati Allah dan bersyukur kepada Allah SWT. Tidak ada apa-apa Allah SWT menjadikan mahluq ini kecuali supaya ianya berzikir kepada Allah dan mensyukuri Allah SWT. Lantaran itu Allah SWT berfirman,

"Maka ingatlah Aku, maka niscaya Aku akan mengingatimu. Dan bersyukurlah kamu kepadaKu dan janganlah kamu kufur yakni akan nikmat-nikmatKu."

Di ayat yang lain, Allah SWT berfirman,

"Sesungguhnya mengingati Allah itu Maha besar dan Allah mengetahui apa yang kamu lakukan."

Bahwa apa maksud zikrullah, bahwa Allah mengingati hambaNya sangat besar, sangat agung, cukuplah kemuliaan, cukuplah ketinggian bahwa Allah SWT mengingati kita. Allah ingat kita. Apabila kita mengingati Allah, Allah mengingati kita. Di dalam sepotong hadits qudsi, Nabi SAW bersabda, Allah berfirman,"Barangsiapa mengingati Daku di dalam dirinya seorang diri, maka Aku akan mengingatinya seorang diri di dalam diriKu. Barangsiapa mengingati Aku di khalayak ramai, maka Aku akan mengingati mereka di hadapan khalayak para malaikat yang lebih baik daripada mereka."

Maka cukuplah kemuliaan apabila seseorang dia menceritakan kebesaran Allah SWT dan majelis ini adalah majelis zikir, maka dia mesti yaqin apabila dia membesarkan Allah, menyebut Allah SWT di khalayak ramai maka dia harus yaqin bahwa Allah SWT sedang menyebutnya, Allah sedang mengingatNya di khayalak para malaikat yang lebih baik daripada kita semua. Oleh karena itu Umar RA pernah berkata, sesungguhnya aku tahu bila Allah SWT mengingati daku. Ditanya kepada beliau," Bila?" Dijawab beliau, "Ketika aku mengingati Allah SWT, ketika itulah Allah SWT mengingatiku karena firman Allah SWT, Maka ingatlah Aku, niscaya Aku ingat akan kamu."

Allah SWT juga ingin meninggikan Baginda SAW. Allah ingin mengangkat nama Baginda SAW. Maka di mana nama Allah disebut, maka di situ disebut nama Baginda SAW. Sehingga Allah SWT telah berfirman di dalam Al-Qur'an. Dan Allah SWT menggunakan Fi'il yang berulang-ulang, senantiasa ada pembaharuan. Supaya menunjukkan bahwa sentiasa benda itu berulang-ulang terus bahwa,"Sesungguhnya Allah dan malaikat berselawat ke atas Nabi. Wahai orang-orang beriman berselawatlah kepada Nabi SAW, dan ucapkanlah selamat."

Dan tuan-tuan yang mulia, setiap kali Nabi SAW disebut di langit, disebut di bumi, diingat di langit, diingat di bumi. Maka apabila didengar nama Nabi SAW, maka kita mesti berselawat kepada Baginda SAW. Karena Baginda SAW bersabda," Bahwa orang yang kedekut atau kikir adalah orang yang disebut namaku dihadapannya tetapi dia tidak berselawat kepadaku."

Apabila kita berselawat kepada Nabi SAW Allah SWT akan mengantar selawatnya kepada kita sepuluh kali. Selawat Allah SWT adalah rahmat. Dengan kita beselawat kepada Nabi SAW kita akan mendapat 10 rahmat daripada Allah SWT. Maka di dalam sepotong hadits yang lain, Nabi SAW bersabda,"Hinalah orang yang disebut namaku dihadapannya tetapi dia tidak berselawat kepadaku. Maka tuan-tuan yang mulia, janganlah kita menjadi orang-orang yang bakhil, orang-orang yang kedekut, sehingga disebut nama Nabi SAW walaupun seribu kali telah disebut dihadapan kita, kita jangan mengatakan kita sudah berselawat padanya. Bahkan walaupun 1000 kali kita berselawat lagi dan lagi, setiap salawat kepada Nabi SAW Allah SWT akan memberikan 10 rahmat kepada kita. Allah SWT ingin memuliakan Baginda SAW. Maka setiap kali adzan dilaungkan dimana-mana, begitu selesai satu adzan dilaungkan, dikampung yang berdekatan akan mula adzannya, habis saja sana, negara yang bersebelahan akan mula azannya, terus 24 jam sentiasa, disebut nama Allah SWT, disebut nama Nabi SAW. Bukan setakad itu saja, sejak mana Baginda SAW diutuskan sampai hari kiamat terus nama Allah dan nama Rasulullah disebut. Tidak sah iman seseorang jika tidak disebut nama Nabi SAW. Tidak sah Islam seseorang jika tidak disebut nama Nabi SAW.

Dan Allah SWT meninggikan sebutan Nabi SAW bahwa Allah berfirman,

"Bahwasanya ianya adalah sebutan bagimu dan bagi kaummu yaitu orang yang beriman."

Semua untuk nabi SAW. Dan kamu akan ditanya Allah SWT. Dalam surat Al-Isra, Allah SWT mengangkat nama kamu meninggikan nama kamu. Orang beriman kepada Allah SWT, orang yang menyeru kepada Allah menyeru kepada Rasulullah SAW Allah muliakan mereka, Allah angkat mereka. Lantaran itu Nabi SAW telah menasehatkan Muadz bin Jabal ra . Muaz ra. adalah seorang sahabat yang telah masuk Islam umurnya tidak melampaui 18 tahun. Dan dia telah mati syahid di Yordan, umurnya 34 tahun. Makna dia 16 tahun bersama Baginda SAW. Kubur dia di sebelah kubur Abu Ubaidah bin Jarah ra. Nabi SAW berata, "Abu Ubaidah (ra) adalah orang yang paling amanah dalam umat ini." Maka mengenai Muaz bin Jabbal ra, baginda SAW pernah bersabda,"Umat aku yang paling bijak dan paling alim mengenai halal dan haram adalah Muaz bin Jabbal (ra)."

Umar ra pernah berkata,"Kalaulah aku melantik Muaz bin Jabal (ra) sebagai penggantiku maka kalau Allah SWT tanyaku mengapa kamu melantik dia sebagai penggantimu, maka sudah tentu aku akan jawab kepada Allah SWT karena aku dengar Rasulullah SAW bersabda orang yang paling alim di kalangan umat ini dengan perkara halal dan haram adalah Muadz bin Jabal (ra)."

Kalau kita lihat mengapa dia telah mencapai kedudukan begitu tinggi. Dari mana, dari universiti mana dia telah keluar, dari mana dia belajar. Masa 16 tahun, dan begitu muda dia meninggal dunia, tetapi dia telah mencapai ketinggian ilmu agama. Dan sabda Nabi SAW, apabila Allah SWT mengumpulkan para alim ulama di akherat nanti maka Muadz bin Jabbal ra. tiba-tiba meluruh, melantun macam seketul batu terus di hadapan mereka semua. Maka mengenai perkara inilah kita mau melihat macam mana Muadz bin Jabbal ra. dalam masa begitu singkat telah mencapai ilmu yang begitu tinggi. Dan Rasulullah SAW telah menasehatkan Muadz bin Jabbal ra. bahwa janganlah lupa tiap-tiap lepas sembahyang maka berdoalah kepada Allah SWT, Allahumma ainni alla dzikrika, wa syukrika, wa husni ibadatika. Ya Allah bantulah aku untuk mengingatiMu, untuk bersyukur kepadaMu, dan untuk memperelokkan ibadah-ibadahku."

Sekali Abdullah bin Mas'ud ra. telah berkata, "Maka adalah dia Muadz bin Jabbal (ra) dia satu ummat (dia seorang, tetapi seperti ummat) yang berdiri ibadah kepada Allah SWT, menyimpang dari semua agama, ikhlas kepada Islam, dan tidakklah dia dikalangan orang-orang yang menyekutukan Allah SWT." Dan ayat ini ada di Al-Qur'an, Allah firmankan itu kepada Ibrahim AS. Kemudian sahabat menegur, "Itu adalah sesungguhnya Ibrahim AS. Kemudian Abdullah ra. menjawab, "Sesungguhnya Muadz (ra) adalah satu ummat yang berdiri ibadah…..(hingga selesai). Lantas Sahabat ini menegur kembali, "Sesungguhnya itu Ibrahim AS." Dan Abdullah bin Mas'ud ra. berkata sekali lagi, "Sesungguhnya Muadz (ra) satu ummat,…(hingga selesai). Kemudian kali ketiga sahabat yang menegur itu bertanya, "Kenapa?" Kata Abdullah bin Mas'ud ra.,"Telah aku dengar Nabi SAW bersabda sesungguhnya Muadz (ra) adalah satu ummat yang berdiri ibadah kepada Allah SWT, menyimpang dari semua agama, Ikhlas kepada agama Islam, dan tidaklah dia di kalangan orang-orang yang menyekutukan Allah SWT, "Nabi SAW bersabda, "Dia seorang tapi dia sebagai ummat."

Maka tuan-tuan yang mulia, bagaimana Muadz ra. mencapai derajat ketinggian di sisi Allah SWT? Karena dia senantiasa berada di atas petunjuk cara Rasulullah SAW. Maka kalau kita juga inginkan ketinggian seperti Muadz bin jabbal ra, maka tidak dapat tidak, kita mesti berada di jalan yang telah ditunjukkan oleh Nabi SAW. Maka apabila kita menyeru kepada Allah SWT, menyeru kepada Baginda SAW dengan cara yang telah ditunjukkan Baginda SAW walaupun anda seorang, maka kita akan dikira sebagai ummat seluruhnya.

Lantaran itu ummat ini terbagi kepada dua. Pertama, ummat dakwah yaitu ummat yang mereka perlu didakwahkan untuk menerima Allah dan Rasul. Allah sebagai Rabb mereka, dan Rasul sebagai Nabi mereka. Kedua, umat istijabah, ummat yang telah menyahut seruan Allah dan Rasul-Nya. Mereka menjadi orang-orang Islam. Ummat ini kedua-duanya telah datang daripada seruan Allah SWT, "Wahai sekalian ummat, (termasuk ummat yang telah menyahut seruan Allah dan Rasul menjadi orang-orang islam, dan ummat yang belum lagi menerima seruan Allah dan Rasul, orang-orang kafir, musyrik, orang yang menyembah berhala, maka kamu semua ummat), wahai ummat Muhammad SAW (dikalangan ramai-ramai ummat tadi), maka kamu jadilah satu ummat yang khusus.

Dan hendaklah ada di antara kamu wahai ummat Muhammad SAW (yang termasuk orang beriman, orang tidak beriman, penyembah berhala) satu ummat yang menyeru kepada kebajikan, mencegah kepada munkar, dan mereka ialah orang-orang yang berjaya."Maka didalam perkara ini, di kalangan ummat-ummat yang ramai, di kalangan ummat istijabah, iaitu orang yang telah menyahut seruan Allah dan RasulNya menjadi orang yang beriman kepada Allah dan RasulNya, kamu mesti timbul satu ummat walaupun satu orang, yang kalau kita menyeru manusia kepada Allah dan Rasul, maka kita adalah satu ummat dan akan mendapat ganjaran seluruhnya. Karena orang yang menyeru kepada Allah dan Rasul dengan cara Rasululllah SAW walaupun dia seorang dia adalah ummat.

Maka menjadi tanggungjawab kepada ummat istijabah, bagi mereka orang-orang mukmin perlu juga dilakukan dakwah di kalangan mereka sendiri untuk mewujudkan satu ummat yang lain, satu ummat yang berusaha untuk menyeru kepada umat-umat dakwah. Maka itu Allah SWT telah menyebut di dalam Al-Qur'an,

"Wahai orang-orang yang telah beriman, telah menyahut seruan dan kamu telah berkata Laa Ilahaa ilallah. Wahai orang beriman, kamu yang telah naik saksi bahwa Muhammad SAW adalah rasul. Mereka orang yang beriman dengan Allah, beriman dengan Rasul, telah menyahut seruan Allah dan RasulNya, Allah sambut lagi sekali dengan didakwahkan sesama orang yang telah beriman. Apabila Allah dan Rasul menyeru kamu supaya untuk menghidupkan kamu satu kehidupan yang bahagia di dunia dan akhirat, ketahuilah wahai hamba-hamba yang beribadah, beriman, yang telah mengucapkan kalimah syahadah, kamu kena jaga, kamu kena takut karena seseorang itu walaupun dia bersholat, walaupun dia membaca Al-Qur'an, walaupun dia beriman, karena hati seseorang itu diantara dua jari arrahmat." Allah boleh menukarkan bagaimana Dia kehendaki. Allah boleh alih bagaimana Dia kehendaki seperti datang dalam hadits Nabi SAW, "Berpagi-pagi seorang lelaki seorang mukmin, berpetang-petang dia menjadi orang kafir. Dan berpetang-petang dia menjadi orang mukmin, bepagi-pagi dia menjadi orang kafir. Dan dia telah menjual agamanya dengan dunia yang murah."

Jadi walaupun kamu beribadah, membaca Al-Qur'an, walaupun kamu seorang mukmin, tetapi harus kamu takut, harus kamu jaga, sesungguhnya Allah SWT menguasai, mengawal hati manusia. Maka Allah SWT boleh alihkan bagaimana yang Dia kehendaki. Bahwasanya ummat ini, manusia yang kufur terhadap Allah SWT ataupun yang beriman tadi akhir kesudahannya dia akan dihimpun dihadapan Allah SWT dan bertaqwalah kamu kepada Allah, takutlah kamu kepada Allah akan satu fitnah, satu ujian, satu musibah, azab yang akan datang kepada kamu, yang bukan akan mengena kepada orang yang zalim, orang yang melanggar perintah Allah SWT semata-mata, bahkan kalau datang azab ia akan datang kepada semua orang. Dan ketahuilah bahwasanya Allah SWT sangat-sangat keras azabnya.

Maka seseorang walaupun dia baca Alqur'an belum tentu lagi kejayaan dia. Walau dia bersholat belum tentu lagi kejayaan dia. Tetapi apabila seseorang berusaha mewujudkan dakwah, menyeru satu sama lain, maka semoga Allah SWT memberi kejayaan kepadamu. (Sekarang kita akan wudhu terlebih dahulu untuk sholat isya..).

Sesungguhnya ini adalah saat yang berkah. Allah SWT kabulkan doa selepas adzan dan juga malaikat-malaikat yang ada di sekeliling kita, malaikat-malaikat yang tindih bertindih diantara satu sama lain sampai ke langit dunia, sebagaimana dikhabarkan Rasulullah SAW, selain daripada malaikat-malaikat yang hadir bersama kita ketika kita shalat, selain dari malaikat yang mencatit amalan kita, dan ini adalah malaikat yang Allah khaskan untuk mencari majlis-majlis zikir, majlis-majlis membesarkan Allah SWT, ianya datang. Maka apabila akhir majlis nanti, malaikat akan balik pada Allah SWT. Allah mengetahui segala-galanya, Ia akan bertanya kepada mereka, apa yang hambaKu buat. Maka Malaikat akan berikan kepada Allah SWT, bahwa mereka itu memujiMu, mensyukuriMu, mereka mengagungkanMu, membesarkanMu. Apa yang mereka minta? Kata malaikat, "mereka minta syurga." Mereka nampakah surga? Tidak. Kalau nampak macam mana? Lebih lagi keghairahan mereka, lebih lagi usaha mereka untuk mendapatkannya. Dariapa mereka minta dilindungi? Kata malaikat, "dari neraka." Apa pernah mereka melihat neraka? Belum. Bagaimana jika mereka melihatnya? Mereka lebih lagi akan usaha untuk menjauhkan diri mereka, usaha untuk menjauhkan diri mereka dari pada neraka.

Maka Allah SWT telah berkata kepada para malaikat, "Aku persaksikan kamu semuanya, aku beri apa yang mereka minta, dan aku jauhkan apa yang mereka minta dijauhkan. Dan aku persakiskan kamu hai malaikat, Aku ampunkan semua yng ada di majlis itu." Lalu malaikat kata, "Ya Allah ada satu orang bukan dari kalangan mereka. Dia datang untuk satu tujuan atau keperluan yang lain." Maka itupun Allah kata, "Aku ampunkan dia karena itu adalah satu majelis yang tidak akan terhidnar dari keberkatan seorangpun yang menyertai mereka. Lalu malaikat berkata lagi, "Wahai Allah, ada seseorang yang banyak dosanya. Dia datang lalu dia duduk." Maka itupun Allah SWT kata, "Aku ampunkan dosa-dosa dia karena dia berada dalam satu kaum dimana tidak ada seorangpun akan terhindar dari keberkatannya." Maka Allah SWT akan beri ketika akhir majelis nanti.

Untuk itulah kita sabarkan diri kita sampai akhir majelis dan mendapat hadiah ini dari Allah SWT.

Dan tanda-tanda doa makbul adalah doa musafir. Kalau orang biasa saja, bukan keluar di jalan Allah SWT, sebagai musafir, Allah SWT terima doa dia, lebih-lebih lagi orang yang keluar musafir karena agama Allah SWT, keluar di jalan Allah SWT. Maka lantaran itu waktu-waktu penerimaan doa seperti ini janganlah kita sia-siakan. Bahwa mereka yang ada niat untuk keluar di jalan Allah SWT maka mesti dia doa di dalam hati supaya keluar di jalan Allah SWT mau belajar agama, keluar di jalan Allah SWT mau jadi satu ummat seperti Allah SWT perintahkan dalam al-Qur'an, kita mau keluar di jalan Allah SWT kita mau belajar usaha agama, mau belajar dakwah, mau belajar khidmat, supaya Allah SWT beri hikmah kepada kita. Maka kita mesti gunakan peluang yang mulia ini untuk keluar di jalan Allah SWT.

Kalau kita keluar di jalan Allah SWT sekali-kali Allah tidak akan mensia-siakan kita, Allah tidak akan merugikan kita, sepertimana Allah SWT tidak mempersia-siakan Hajar r.ha., dan bayinya ismail AS. Apabila Ibrahim AS telah menerima perintah Allah SWT, untuk meninggalkan isterinya yang tercinta, anaknya yang tersayang di satu lembah yang Allah SWT sifatkan, suatu lembah yang tidak ada asbab-asbab kehidupan, tidak ada tumbuhan, lantaran tidak ada air. Hanya ada asbab kematian dan kebinasaan. Tetapi apabila menunaikan perintah Allah SWT, maka mereka yakin bahwa Allah SWT sekali-kali tidak akan mensia-siakan mereka. Apabila Ibrahim AS meninggalkan isteri dan anaknya yang tersayang, dia tidak lagi menoleh ke belakang, takut bahwa cintanya kepada isteri, kasihnya terhadap anak akan membuat dia berbolak-balik dalam menunaikan perintah Allah SWT sehingga Hajar r.ha bertanya, "Menganpa kami ditinggalkan disini?" Dia tidak menjawab. Kali kedua, dia tidak juga menjawab. Kali ketiga isterinya kata, "Apakah Allah memerintahkan kamu untuk buat demikian?" Maka itupun Ibrahim AS tidak menjawab. Hanya menganggukkan kepala berkata iya. Maka apabila mendengar bahwa ini adalah perintah Allah SWT, apa kata Hajar? "Kalau begitu sekali-kali Allah tidak akan mempersia-siakan kami."

Apabila kita buat usaha agama, keluar di jalan Allah SWT, sekali-kali Allah tidak akan mempersia-siakan kita. Tetapi siapa yang ada keyakinan yang rusak, bahwa keluar di jalan Allah SWT akan merugikan, akan dipersia-siakan, maka ini adalah satu iktikad yang rusak, satu yakin yang rusak, yang perlu dikikis dari hati kita, bahwa Allah SWT sekali-kali tidak akan mempersia-siakan orang yang keluar di jalan Allah SWT buat usaha agama.

Siapa sedia, InsyaAllah?

Mengenai Umat dakwah dan umat istijabah tadi, maka tanggung jawab umat dakwah ialah atas bahu umat istijabah. Tetapi di kalangan ummat istijabah juga perlu wujud satu kumpulan, satu kaum yang menyeru mereka kepada perintah Allah SWT yang mereka tidak sempurnakan. Karena ada diantara orang-orang mukmin, orang-orang Islam yang tidak menunaikan sholat, menunaikan zakat, dan rukun-rukun Islam yang lain dan amalan-amalan Islam yang lain. Maka menjadi tanggungjawab di kalangan umat istijabah itu sendiri, ummat Islam itu sendiri untuk menyeru di kalangan mereka, supaya mereka sama-sama bangun untuk melakukan amalan. Setiap umat ini buat kerja yang dipertanggungjawabkan kepada mereka iaitu menyeru kepada makruf dan mencegah terhadap munkar.

Sepertimana Bani Israel, mereka dipertanggungjawabkan untuk menyeru kepada makruf dan mencegah kepada munkar, dan mereka meninggalkan tanggung jawab mereka, lantaran itu Allah SWT telah berfirman di dalam Al-Qur'an yang mahfumnya,

"Telah dilaknat Bani israel atas lisan, atas lidah Nabi Daud AS dan lidah Nabi Isa AS, karena mereka telah memaksiati Allah SWT dan mereka telah melampaui batas. Dan karena mereka tidak menyeru kepada makruf dan tidak mencegah daripada munkar, dan buruk sekali apa yang mereka lakukan."

Maka Nabi SAW bersabda, "Sungguh-sungguh kamu kena menyeru kepada makruf dan sungguh-sungguh kamu kena mencegah dari munkar bahwa kalau tidak, cepat sekali Allah SWT akan turunkan Azab. Dan apabila turun azab kamu berdoa dan Allah SWT tidak akan mengabulkan doa kamu." Lantaran itu hari ini rata-rata orang berkumpul di Arafah berdoa, "Ya Allah bantulah orang Islam, muliakanlah orang Islam." Tetapi tidak nampak bantuan Allah SWT secara menyeluruh, dan orang Islam makin hina dan makin hina. Karena apa? Karena umat ini tidak menunaikan syarat Allah SWT untuk mendapatkan bantuan Allah SWT. Apa syarat Allah SWT? Jika kamu membantu agama Allah SWT, maka Allah SWT akan membantu kamu. Kita ini sekarang ramai, tetapi keadaan kita kedudukan kita seperti sampah yang berada di permukaan air bah lantaran dosa kita.

Kita sekarang ini mesti niat, bertobat kepada Allah SWT daripada hati kita sungguh-sungguh. Dosa apa? Dosa meninggalkan dakwah. Kita telah menzalimi diri kita sendiri karena meninggalkan dakwah. Kisah Yunus AS, apabila dia mendakwah kaum dia dan apabila dia telah putus asa dengan kaum dia karena mereka tidak beriman, maka dia telah meninggalkan dakwah terhadap mereka. Maka balasan daripada Allah SWT bahwa ikan telah menelannya. Maka apabila dia telah berada di perut ikan maka dia faham bahwa meninggalkan dakwah itu satu kezaliman. Lantaran itu dalam doa, "Laa ilahaa illa anta, subhanaka inni kuntu minal zalimin. Maha suci Allah tidak ada Tuhan melainkan Engkau. Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang zalim."

Meninggalkan dakwah adalah satu kezaliman. Sekarang tuan-tuan yang mulia, kita menzalimi diri kita sendiri dan diri orang lain. Lantaran itu kita mesti bertaubat kepada Allah SWT. Dan kita berdoa kepada Allah SWT, semoga Allah SWT pilih kita keluar di jalan Allah SWT. Karena tanpa taufik dari Allah SWT seorangpun tak boleh keluar ke jalan Allah. Lantaran itu kita berdoa bersungguh-sungguh supaya Allah pilih kita . Janganlah Allah campakkan kita sebagaimana sampah dicampak ke tempat sampah. Kita minta supaya Allah pilih kita. Dunia, Allah beri kepada semua orang, kepada orang yang Dia suka dan Dia tak suka. Tetapi agama hanya Allah beri kepada orang yang Allah suka. Kita yang berhajat, Allah tidak berhajat kepada kita.

Oleh itu selepas doa kita jumpa orang, taskyil. Saya yang berhajat, saya mesti keluar di jalan Allah SWT. Mengapa kita perlu dimotivasi, mengapa kita perlu diberi semangat. Padahal untuk keduniaan kita, tiada siapapun beri semangat kepada kita. Tetapi kepada akhirat kenapa pula kita mesti beri perangsang.

Bayan Maghrib Imam Diraja Qatar, Mutarjim Ustadz. Abdul Hamid Masjid Sri Petaling, Apri 2001

AYAT SERIBU DINAR

Ayat Seribu Dinar (ath-Thalaq, 65: 2-3) Sebagai Penangkal???


وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا

وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لا يَحْتَسِبُ وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا



“Barangsiapa bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.”
(ath-Thalaq, 65: 2-3)


Beberapa hari yang lalu saya ada menulis sebuah artikel yang agak panjang, bertajuk: “Meraih Keberkatan Dari Iman & Taqwa” dan di dalamnya saya ada ulas berkenaan ayat al-Qur’an yang digunakan sebagai pelaris atau penangkal yang mana saya sebutkan di dalam artikel tersebut sebagai kerap di-amalkan oleh pemilik restoran dan gerai-gerai makan tertentu.


Ada yang bertanya, “ayat apa yang dimaksudkan?” Emm, harapnya tidaklah bertanya kerana hendak mengamalkannya pula ye...


Kepada yang bertanya, ayat tersebut adalah sebagaimana di atas bermula dari penghujung ayat kedua dan sehingga habis ayat ketiga surah ath-Thalaq. Sebenarnya tidak juga terhad kepada ayat itu yang saya maksudkan, kerana ada juga dari kalangan mereka yang menggunakan ayat al-Kursi untuk digantung bagi mencapai maksud mereka. Namun, hanya saja ayat dari surah ath-Thalaq ini yang mana mereka gelarkan sebagai "Ayat Seribu Dinar" cukup mendapat tempat bagi tujuan dan maksud mereka.


Ayat ini sering disalah guna oleh pelbagai pihak dengan tujuan semoga perniagaan dan jualan yang mereka jalankan sentiasa beroleh keuntungan dan jauh dari kerugian. Kaedah yang mereka gunakan adalah dengan menggantungkannya di sebahagian tempat-tempat tertentu dari bahagian kedai atau restoran-restoran mereka. Malah ada sebahagiannya yang sanggup berhabis ratusan ringgit bagi mendapatkan struktur ayat yang lengkap dengan frame dan seni tulisan tertentu.


Walhal, apa yang sebenarnya mereka lakukan itu adalah suatu perbuatan yang menyalahi sama sekali tujuan penurunan al-Qur’an kepada kita. Dalam banyak tempat, Allah menyatakan bahawa al-Qur’an itu adalah sebagai huda (petunjuk), al-Furqon (pemberi peringatan), penjelas (mubin), busyro (berita gembira) dan juga rahmat? (Rujuk: Pengantar Studi Ilmu al-Qur’an, m/s. 19-23) Bukannya sebagai penangkal dan pelaris. Jika benar perbuatan itu adalah suatu yang haqq, maka bawakan contohnya (bukti/penjelasan) dari Rasulullah s.a.w. dan sahabat-sahabat beliau yang memperlakukan hal seperti itu.


Tidakkah mereka memahami maksud ayat yang mereka ambil tersebut? Ia tidak lain adalah ditujukan kepada orang yang bertaqwa atau yang hendak bertaqwa. Bukan mereka yang cuba berlaku syirik dengan percaya kepada karut-marut dan tangkal-tangkalan. Manakala penisbahan kalimat “Ayat Seribu Dinar” ke atas ayat tersebut itu sendiri, entah dari mana datangnya. Kalau ada rujukan hadisnya, nak tahu juga saya.


Berikut saya utarakan beberapa hadis yang melarang keras mereka yang cuba bermain dengan tangkal dan azimat. Tidak kira sama ada tangkal itu dijadikan daripada al-Qur’an atau pun bukan al-Qur’an ianya tetap bernama tangkal dan tetap haram dan syirik menurut maksudnya.


"Sesungguhnya jampi mentera (tamaim), tangkal dan guna-guna itu perbuatan yang syirik". (H/R Ibn Majah (3521) at-Tibb. Ahmad (3433) Musnad. Abu Daud (3385) at-Tibb)


"Sesiapa yang memakai (mengantung) tangkal, maka ia telah melakukan kesyirikan". (H/R Turmizi (1998) at-Tibb. Nasaii (4011) Tahrimul ad-Dam)


"Sesiapa yang memakai (bergantung kepada) sesuatu (tangkal, azimat pendinding) maka dia telah bertawakkal dengannya. Allah akan menyerahkan urusannya kepada sesuatu itu". (H/R Turmizi dan al-Hakim)


"Barangsiapa yang memakai sesuatu (tangkal, azimat atau pendinding) maka ia telah mewalikan atau bertawakal kepadanya". (H/R Ahmad (18035) Musnad al-Kufiyyin)


"Dari Isa bin Abdulrahman berkata: Kami melawat Abdullah bin 'Ukaim dan dia sedang sakit maka dikatakan kepadanya: (Ada baiknya) jika engkau memakai sesuatu (tangkal). Maka beliau berkata: Apakah aku akan memakai sesuatu (tangkal) sedangkan Rasulullah saw telah bersabda : Sesiapa yang telah memakai sesuatu (dari jenis tangkal) maka dia telah bertawakkal kepadanya". (H/R Ahmad (18030) Musnad. Turmizi (1998) at-Tibb)


"Sesiapa yang menggantung (memakai) tangkal maka ia telah melakukan kesyirikan." (H/R Ahmad (16781) Musnad)


Islam telah mengharamkan setiap mukmin menyeru selain Allah untuk meminta pertolongan yang melibatkan perkara-perkara yang ghaib. Begitu juga Islam mengharamkan para mukmin dari menggunakan tangkal, azimat, pendinding atau yang seumpamanya kerana benda-benda tersebut tidak akan memberi faedah atau sebarang kesan kepada penggunanya sebagaimana penjelasan Allah Subhanahu wa Ta'ala melalui firman-Nya:


"Katakanlah! Serulah mereka yang kamu anggap (sebagai pelindung) selain Allah mereka tidak memiliki (kekuasaan) seberat zarrah di langit dan di bumi dan mereka tidak memiliki suatu saham pun dalam (urusan) langit dan bumi dan sekali-kali tidak ada di antara mereka yang menjadi pembantu bagi-Nya". (Saba', 34: 22)


Sekiranya Allah Subhanahu wa Ta'ala menurunkan bahaya, kemudaratan dan bala ke atas mereka yang memakai tangkal, azimat atau pendinding, mereka tidak akan dapat menjadikan benda-benda tersebut sebagai pelindung sebagaimana yang mereka sangkakan.


Firman Allah:

"Jika Allah menimpakan sesuatu kemudaratan kepada kamu, maka tiada yang berkuasa menghilangkannya melainkan Allah dan jika Dia mendatangkan kebaikan kepada kamu, maka Dia Maha Kuasa di atas sesuatu". (al-An’am, 6: 17)



Kesimpulan:

1 – Beramal-lah dengan ayat-ayat al-Qur’an dengan cara yang betul, dengan ilmu, membaca, dan berusaha memahami serta mempelajarinya.


2 – Apa yang disarankan melalui ayat surah ath-Thalaq, 65: 2-3 itu sendiri meminta kita untuk bertaqwa dan Allah akan memberi ganjaran rezeki dari jalan yang tidak disangka-sangka serta akan membantu mereka yang bertaqwa dengan mencukupkan keperluannya.


3 – Ayat al-Qur’an bukan bahan untuk dijadikan sebagai tangkal dan alat pelaris. Malah perbuatan mempercayai tangkal itu sendiri termasuk ke dalam hal yang syirik dan berdosa besar.


4 – Langkah terbaik untuk meminta pertolongan adalah dengan cara berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala yang Maha Pemurah, Maha Penyayang, dan Maha Pemberi Rezeki. (Rujuk al-A’raaf: 180, az-Dzariyat: 58, dan al-Baqarah: 186) Di samping sentiasa berusaha menggandakan usaha dan mempelbagaikan strategi pemasaran/perniagaan yang betul.


Wallahu a’lam...



Sumber: http://bahaya-syirik.blogspot.com/"

Bumi semakin nazak

Semenjak 1960, gas nitrogen yang dibebaskan ke ekosistem meningkat sebanyak dua kali ganda dan tiga kali ganda bagi fosforus.


MAMPUKAH dunia dirawat untuk kembali sihat?


APAKAH kadar dan skala perubahan yang berlaku ke atas alam semula jadi? Bagaimana perubahan alam meninggalkan kesan ke atas ekosistem dan kebaikan kepada manusia sejagat? Apakah perubahan ekosistem yang dijangkakan dalam tempoh 50 tahun akan datang?

Soalan-soalan ini diusulkan oleh Profesor A.H. Zakri dari Institut Lanjutan Kajian di Universiti United Nations pada perbincangan meja bulat Linking Ecosystem Knowledge and Development, baru-baru ini. Ekosistem telah banyak berubah dalam tempoh 50 tahun lalu dan prospek perubahan dalam 50 tahun akan datang amat tinggi dan amat menakutkan.


SUNGAI tidak mampu lagi menjadi habitat hidupan laut.


Berdasarkan kepada penilaian milenium yang terbesar terhadap ekosistem sub-global, seramai 1,360 orang pakar dari 95 buah negara berkongsi pendapat dan pandangan masing-masing berhubung 'kesihatan' bumi.

Didapati, dalam tempoh 50 tahun lalu menyaksikan perubahan yang paling mendadak dan tersebar meluas berbanding dengan mana-mana catatan tempoh dalam sejarah.

Ini telah menyebabkan banyak kehidupan alam yang pelbagai hilang tanpa kawalan atau sukar dipulihkan. Semenjak 1960, gas nitrogen yang dibebaskan ke ekosistem meningkat sebanyak dua kali ganda dan tiga kali ganda bagi fosforus.

Sebanyak 50 peratus daripada baja nitrogen sintetik digunakan sejak tahun 1985 dan 60 peratus daripada penambahan gas karbon dioksida berlaku sejak 49 tahun lalu.


PENCEMARAN daripada sumber bahan api antara faktor utama melonjakkan suhu dunia.


Menurut satu petikan: "Sejak 1960, populasi penduduk berlipat dua kali ganda dan aktiviti ekonomi bertambah sehingga enam kali ganda tetapi kadar pengeluaran makanan meningkat dua setengah kali dengan harga makanan menurun, penggunaan air dan tenaga hidro bertambah dua kali ganda."

Kesan langsung daripada kerosakan ekosistem dilihat dalam aktiviti penangkapan ikan, makanan hidupan luar, sumber tenaga kayu, biokimia, air tawar, sumber genetik, bencana alam, penyebaran penyakit dan sebagainya. Yang bertambah maju ialah sektor tanaman, penternakan haiwan, pembebasan karbon dan akuakultur.

"Kawasan tanah lapang meliputi kawasan seluas 41 peratus daripada permukaan bumi dan hanya lapan peratus daripada bekalan air ini boleh diperbaharui. Tapi bayangkan lebih daripada dua bilion manusia hidup di atas permukaan kering ini dan sekarang, hampir 10 hingga 20 peratus kawasannya musnah," kata Zakri yang menambah kadar perkembangan populasi yang tertinggi direkodkan pada tahun 1990-an.

Malaysia mengalami perubahan ekosistem yang drastik semenjak aktiviti penggunaan sumber alam dan pertanian dilakukan secara besar-besaran. Sektor pertanian mengambil kawasan tanah yang terbesar dan dalam tempoh 30 tahun, trend penggunaan tanah memihak kepada tanaman kelapa sawit.


KAWASAN pertanian tidak menjadi lantaran kemarau melampau di banyak negara.


Selepas mencapai kemerdekaan, Malaysia mengadaptasikan konsep industrialisasi sebagai agen penjana ekonomi sekali gus menukar kebanyakan zon tanah pertanian kepada zon industri.

Seperti yang dinyatakan oleh Prof. Mazlin Mokhtar, Pengarah Institut Alam Sekitar dan Pembangunan (Lestari), Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM), meskipun perubahan ekosistem untuk memberi laluan kepada perkembangan ekonomi adalah baik dan berimpak positif, namun ia tidak sejajar dengan pemeliharaan alam.

Bencana alam seperti banjir kilat, hakisan tanah di persisiran pantai, gangguan bekalan air, kepupusan biodiversiti dan kawasan pembiakan hidupan marin adalah tempias yang dirasai oleh penduduk, lewat-lewat ini.

"Setakat ini, polisi negara bagi menjamin ekosistem alam tidak lengkap. Masih wujud jurang kesinambungan di antara ekosistem alam dan sistem sosial alam semula jadi."

Program Pembangunan Pertubuhan Bangsa-Bangsa Bersatu (UNDP) juga menuding kepada beberapa kelemahan sistem seperti ketidakseragaman dan konflik pengurusan tanah di peringkat kerajaan persekutuan dan negeri serta cabaran kawalan jerubu di perantauan ini.

Bagaimanapun, wakil dari Kementerian Sumber Asli dan Alam Sekitar mempertahankan usaha yang diambil dengan menyenaraikan langkah-langkah perlindungan lima juta hektar hutan dan kawasan marin, yakni Taman Marin Semenanjung Malaysia, Sabah dan Sarawak serta kawasan larangan menangkap ikan.




Sehingga hujung tahun 2007, 397.1 hektar hutan paya bakau ditanam semula dengan spesies bakau minyak, bakau kurap dan rhu pantai. Akhir tahun nanti, angka ini dijangka akan meningkat kepada 2,000 hektar.

Mungkin ada baiknya jika kerajaan menerima baik opsyen insentif ekonomi yang ditawarkan oleh negara Costa Rica di mana pemilik tanah di kawasan tanah tinggi 'dibayar' untuk mengekalkan pokok-pokok dan sebaliknya, penduduk di kawasan tanah rendah memperoleh manfaat daripada perlindungan ekosistem.

Sumber: Kosmo

Harga Minyak Negara

Kajian terbaru yang dibuat oleh AIRINC, Associates For International Research Inc. yang berpengkalan di Amerika antara Mac 17 hingga April 1, 2008 telah menunjukkan bahawa Malaysia adalah antara negara pengeluar minyak yang mempunyai harga minyak petrol domestik yang amat tinggi. Berdasarkan harga RM1.92 seliter dan 1 gelen bersamaan 4 liter, maka harga minyak petrol negara ialah USD2.40 segelen. Ini meletakkan negara kita di nombor melebihi 35 antara negara-negara yang paling murah harga minyak petrol domestic. Berikut adalah perbandingan harga-harga minyak petrol negara lain untuk perbandingan berdasarkan USD segelen:



1. Venezuela 12 cents
2. Iran 40 cents
3. Saudi Arabia 45 cents
4. Libya 50 cents
5. Swaziland 54 cents
6. Qatar 73 cents
7. Bahrain 81 cents
8. Egypt 89 cents
9. Kuwait 90 cents
10. Seychelles 98 cents
38. Malaysia $2.40
45. United States $3.45



Perhatikan betapa murahnya harga minyak di negara-negara pengeluar minyak lain seperti Venezuela, Iran, Arab Saudi dan Libya. Malah di negara yang bukan pengeluar minyak seperti Swaziland dan Seychelles pun harganya amat murah.



Anak Bapa: Persoalannya kenapa harga minyak negara kita sangat mahal sedangkan kita adalah negara pengekspot minyak dunia. Mudah…..kerana kita mempunyai pemimpin yang tidak cekap dan hanya mementingkan diri mereka dan puak mereka sahaja.".



sumber :
http://anakbapa.blogspot.com/2008/05/betapa-mahal-harga-minyak-petrol-negara.htm

CINTA

Jalaluddin-l-Rumiye menulis:-

Menurutku,
Cinta adalah kekuatan
yang mampu
mengubah duri jadi mawar,
mengubah cuka jadi anggur,
mengubah malang jadi untung,
mengubah sedih jadi riang,
mengubah syaitan jadi nabi,
mengubah iblis jadi malaikat,
mengubah sakit jadi sihat,
mengubah kikir jadi dermawan,
mengubah kandang jadi taman,
mengubah penjara jadi istana,
mengubah amarah jadi ramah,
mengubah musibah jadi muhibah,
itulah cinta!

Dipetik dari Ketika Cinta Bertasbih, karya Habuburahman El-Shirazy, yang digarap dengan perubahan yang banyak daripada tulisan Jalaluddin-l-Rumiye di dalam Masnawinya

BUKAN KERANA NAMA

MENCARI JALAN PULANG - DR. KASSIM AHMAD

Kassim Ahmad Mencari Jalan Pulang...



Mencari Jalan Pulang: Daripada Sosialisme Kepada Islam
Penulis: Kassim Ahmad
Penerbit: ZI Publications Sdn Bhd
Tahun: 2008
Halaman: 243
Harga: RM35.00

Pemasangan Komputer

Penjelasan umur 'Aisyah waktu dinikahkan

Berapa Umur 'Aisyah Waktu Dinikahkan Syarah Imam Nawawi

Kehangatan Dewan Rakyat

Royalti Terengganu

Jangan abai solat berjemaah





Apakah kedudukan masjid dalam Islam dan kelebihan Masjidil Haram dan Masjid Nabawi?

Shaikh Ismail: Masjid adalah tempat yang mempunyai kedudukan yang tinggi dalam Islam. Ia juga adalah salah satu daripada syiar agama kita yang Maha Agung ini.

Malah ada hadis yang menyebut, "bandar yang di dalamnya terdapat lebih banyak masjid daripada gedung perniagaan adalah lebih diberkati".

Tentang Masjidil Haram dan Masjid Nabawi ini, Rasulullah SAW bersabda: Pahala solat di masjidku ini adalah 1,000 kali lebih baik daripada solat di lain-lain masjid kecuali di Masjidil Haram. (riwayat Bukhari dan Muslim)

Dalam satu riwayat Jabir bin Abdullah r.a. Rasulullah SAW bersabda, "Solat di masjidku ini lebih afdal dari 1,000 solat di masjid lainnya kecuali masjid Haram, dan solat di masjid Haram lebih afdal dari 100,000 solat di masjid lainnya". (riwayat Ahmad dan Ibnu Majah).

Dalam ayat 35 surah al-Hajj dijelaskan bahawa apabila disebut nama Allah maka gementarlah hati mereka. Bagaimana nak mencapai tahap ini?

SHAIKH ISMAIL: Ini adalah antara ciri tujuh golongan yang mendapat perlindungan Allah di akhirat kelak. Iaitulah orang yang sentiasa menunggu-nunggu waktu solat yang akan datang setiap kali selepas selesai solat.

Untuk mencapai tahap begini, ia perlukan kepada didikan dan asuhan sejak kecil. Dalam hal ini, peranan ibu bapa sangat penting. Anak-anak hendaklah sentiasa dididik melalui pendekatan dakwah bil hal iaitu melalui contoh oleh ibu bapa.

Jika ke masjid jangan lupa bawa bersama anak-anak. Kerah mereka jangan pula hanya ibu bapa ke masjid anak-anak dibiarkan di rumah.

Kalau di sekolah, guru-guru boleh memainkan peranan. Wajibkan mereka solat berjemaah di surau atau masjid di institusi pengajian tinggi pun serupa. Lagipun, mereka yang berjaya selalunya adalah golongan yang istiqamah dalam ibadat terutama solat berjemaah.

Didikan yang berterusan pada usia kanak-kanak selalunya berjaya memupuk budaya cintakan masjid. Sebab itu, ada kejayaan sekolah-sekolah berasrama dalam membentuk remaja yang kekal solat berjemaah di masjid atau surau.

Salah satu perkara yang terus menjadi perbahasan ialah mengasingkan kanak-kanak daripada bapa semasa solat. Ini adakalanya menjadi penghalang proses mentarbiah anak-anak ke masjid. Apakah pendekatan terbaik dalam hal ini?

SHAIKH ISMAIL: Kaedah fikah telah menetapkan kedudukan saf dalam berjemaah iaitu lelaki, kanak-kanak dan kemudian wanita. Ini bermakna kita mengalu-alukan kanak-kanak datang berjemaah.

Ibu bapa pula perlu memberi nasihat kepada anak masing-masing supaya menjaga adab dan disiplin di masjid agar tidak mengganggu jemaah lain beribadat. Barangkali umur paling sesuai membawa anak ke masjid ialah 7 tahun sebagai mana hadis Rasulullah yang menyuruh ajarkan anak kamu solat ketika umurnya 7 tahun.

Kalau masih terlalu kecil, elok mereka dilatih di rumah dahulu tentang adab solat berjemaah dan tidak bising semasa kita solat.

Kita sentiasa mengalu-alukan ibu bapa yang membawa anak-anak yang sudah diasuh tentang adab dan tingkah laku berada di majlis. Apa yang menjadi masalah kepada para pegawai masjid ialah sikap sebilangan ibu bapa yang lepas tangan dan biarkan sahaja anak mereka berlari-lari membuat bising di masjid.

Banyak masjid kini menyediakan pelbagai program ilmu sama ada fardu ain atau fardu kifayah. Malah kita juga suka kalau anak-anak datang bermain di kawasan masjid seperti main bola, sepak takraw. Cuma mereka mestilah menutup aurat dan apabila masuk waktu solat hendaklah sama-sama tunaikan solat secara berjemaah.

Pendekatan sebegini lama-kelamaan akan menarik mereka sentiasa mahu berdamping dengan rumah Allah dan bukannya menjauhkan diri daripada masjid.

Dalam hal ini, Rasulullah pernah bersabda, Dan dari Aisyah r.a ia berkata, Saya melihat Rasulullah menutupi saya waktu saya melihat orang Habsyah bermain (pedang) di masjid. (riwayat Bukhari dan Muslim)

Kalau kita lihat di Masjidil Haram atau Nabawi, jemaah boleh beriktikaf malah tidur di dalamnya. Adakah jika masjid-masjid kita turut membenarkan perbuatan ini boleh menarik lebih ramai mengunjunginya?

SHAIKH ISMAIL: Masjid di negara kita pun memang benarkan tidur untuk beriktikaf. Cuma jangan sampai ada yang mengambil kesempatan disebabkan contohnya ada pendingin hawa maka dia datang ke masjid lalu tidur.

Kita suka kalau ramai yang beriktikaf di masjid, baca al-Quran dan tunaikan solat-solat sunat setidak-tidaknya tahiyatul masjid. Itu memang bagus.

Lagipun di Masjid Negara ini kita sentiasa menerima lawatan pelancong, jadi kalau umat Islam sentiasa ramai yang beriktikaf dan solat tahiyatul masjid, barulah ada adab berada di rumah Allah.

Ini bertepatan dengan sabda Rasulullah SAW, Apabila seseorang di antara kamu masuk ke masjid, maka janganlah ia duduk sebelum ia solat dua rakaat. (riwayat Bukhari dan Muslim)

Bolehkah datuk jelaskan ayat 18 surah at-Taubah Allah jelaskan kriteria orang yang memakmurkan masjid?

SHAIKH ISMAIL: Ayat itu bermaksud, Hanyasanya yang layak memakmurkan (menghidupkan) masjid-masjid Allah itu ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari akhirat serta mendirikan sembahyang dan menunaikan zakat dan tidak takut melainkan kepada Allah, (dengan adanya sifat-sifat yang tersebut), mudah-mudahan mereka menjadi dari golongan yang mendapat petunjuk. (at-Taubah: 18)

Antara faktor yang boleh mencapai tahap ini ialah menunaikan solat berjemaah di masjid dan surau. Solat berjemaah juga menjadikan kita lebih peka kepada rakan-rakan. Contohnya, apabila ada di antara rakan yang tidak hadir berjemaah maka kita akan bertanya di manakah beliau, adakah sihat atau sakit dan sebagainya.

Cuma yang nak saya sebutkan di sini ialah majoriti umat Islam di negara kita menunaikan solat. Apa yang kurang diamalkan ialah solat berjemaah. Kita sering lihat orang Islam solat di pasar raya semasa membeli-belah, di kawasan rehat dan rawat lebuh raya dan juga di lapangan terbang.

Sayangnya, mereka pilih untuk solat bersendirian sedangkan solat berjemaah itu pahalanya 27 kali ganda berbanding solat sendirian. Tambahan pula, solat berjemaah itu hukumnya fardu kifayah.

Kalau kita lihat masyarakat Islam dahulu, mereka berkorban untuk mengimarahkan masjid dan surau. Masjid dahulu kedudukannya agak jauh dari rumah dan hanya menggunakan pelita atau lampu ayam. Orang tua-tua dahulu pun majoritinya tidak mempunyai kenderaan tetapi mereka tetap berusaha datang berjemaah.

Kini majoriti kita lebih mewah berbanding masyarakat dulu. Masing-masing mempunyai kenderaan baik motosikal atau kereta. Jadi, tiada alasan untuk kita tidak ke masjid solat berjemaah. Malah, Allah juga telah berjanji bahawa setiap sen yang dibelanjakan untuk jalan-Nya akan diganti.

Lagipun, kalau bersendirian, adakalanya datang rasa malas untuk solat pada awal waktu. Sebaliknya apabila berjemaah bukan sahaja kita solat di awal waktu tetapi kita juga lebih khusyuk. Selepas solat, kita boleh pula melakukan ibadat sunat yang lain seperti solat sunat atau membaca al-Quran.

Datuk Shaikh Ismail Muhammad, Imam Besar Masjid Negara

Perang Badar Bahagian 1




Vote for DSAI
satu-satunya anak malaysia yg tercalon



http://www.time.com/time/specials

Air kickapoo dari syarikat arak



Untuk UMAT ISLAM semua, sebenarnya air kickapoo bergas yang selalu diminum kat Malaysia ni berasal dari syarikat ARAK, nama syarikat MONARCH BEVERAGE, bukti lihat web kat bawah ni:

http://www.kickapoojoy.com/history.html



http://www.monarch-beverage.com/home.htm

April 22, 2008

Siapa Lelaki Dayus

Oleh

Zaharuddin Abd Rahman

www.zaharuddin.net

Jika sebelum ini saya menulis dua artikel berkenaan aurat dan wanita. Saya juga telah mendedahkan satu email yang mengandungi artikel berkenaan bahaya nafsu lelaki dan sebagai pengetahuan am buat para wanita. Walaubagaimanapun, tidak memadai info-info tersebut tanpa menyentuh satu lagi bab yang amat berkaitan dengannya.

Bab berkenaan suami dan tanggungjawab mereka terhadap isteri mereka dan anak-anak perempuan mereka.

Sebenarnya, bab ini agak panjang kerana terlalu banyak tanggung jawab suami dan ayah terhadap ahli keluarganya. Cuma bagi memudahkan kefahaman, tulisan ringkas ini akan fokus kepada satu isu terlebih dahulu. Iaitu siapa itu lelaki dayus yang dimaksudkan oleh Nabi SAW tidak akan masuk syurga.

Nabi SAW bersabda :-

ثلاثة لا ينظر الله عز وجل إليهم يوم القيامة: العاق لوالديه، والمترجلة، والديوث. رواه أحمد والنسائي

Ertinya : Tiga golongan yang Allah tidak akan melihat (bermakna tiada bantuan dari dikenakan azab) mereka di hari kiamat : Si penderhaka kepada ibu bapa, si perempuan yang menyerupai lelaki dan si lelaki DAYUS" ( Riwayat Ahmad & An-Nasaie: Albani mengesahkannya Sohih : Ghayatul Maram, no 278 )

Dalam sebuah hadith lain pula :

ثلاثةٌ قد حَرّمَ اللهُ - تَبَارَكَ وَتَعَالَى - عليهم الجنةَ : مُدْمِنُ الخمر ، والعاقّ ، والدّيّوثُ الذي يُقِرُّ في أَهْلِهِ الخُبْثَ . رواه أحمد والنسائي .

Ertinya : Tiga yang telah Allah haramkan baginya Syurga : orang yang ketagih arak, si penderhaka kepada ibu bapa dan Si Dayus yang membiarkan maksiat dilakukan oleh ahli keluarganya" ( Riwayat Ahmad )

Malah banyak lagi hadith-hadith yang membawa makna yang hampir dengan dua hadith ini. Secara ringkasnya, apakah dan siapakah lelaki dayus?

ERTI DAYUS

suami tiada kuasa?Dayus telah disebutkan dalam beberapa riwayat athar dan hadith yang lain iaitu :-

1) Sabda Nabi : -

وعن عمار بن ياسر عن رسول الله قال ثلاثة لا يدخلون الجنة أبدا الديوث والرجلة من النساء والمدمن الخمر قالوا يا رسول الله أما المدمن الخمر فقد عرفناه فما الديوث قال الذي لا يبالي من دخل على أهله

Ertinya : Dari Ammar bin Yasir berkata, ia mendengar dari Rasulullah SAW berkata : " Tiga yang tidak memasuki syurga sampai bila-bila iaiatu Si DAYUS, si wanita yang menyerupai lelaki dan orang yang ketagih arak" lalu sahabat berkata : Wahai Rasulullah, kami telah faham erti orang yang ketagih arak, tetapi apakah itu DAYUS? , berkata nabi : "IAITU ORANG YANG TIDAK MEMPERDULIKAN SIAPA YANG MASUK BERTEMU DENGAN AHLINYA (ISTERI DAN ANAK-ANAKNYA) - ( Riwayat At-Tabrani ; Majma az-Zawaid, 4/327 dan rawinya adalah thiqat)

Dari hadith di atas, kita dapat memahami bahawa maksud lelaki DAYUS adalah si suami atau bapa yang langsung tiada perasaan risau dan ambil endah dengan siapa isteri dan anaknya bersama, bertemu, malah sebahagiannya membiarkan sahaja isterinya dan anak perempuannya dipegang dan dipeluk oleh sebarangan lelaki lain.

2) Pernah juga diriwayatkan dalam hadith lain, soalan yang sama dari sahabat tentang siapakah dayus, lalu jawab Nabi:-

قالوا يا رسول الله وما الديوث قال من يقر السوء في أهله

Ertinya : Apakah dayus itu wahai Rasulullah ?. Jawab Nabi : Iaitu seseorang ( lelaki) yang membiarkan kejahatan ( zina, buka aurat, bergaul bebas ) dilakukan oleh ahlinya ( isteri dan keluarganya)

Penerangan Ulama Tentang Lelaki Dayus

Jika kita melihat tafsiran oleh para ulama berkenaan istilah Dayus, ia adalah seperti berikut :-

هو الذي لا يغار على أهله

Ertinya : "seseorang yang tidak ada perasaan cemburu (kerana iman) terhadap ahlinya (isteri dan anak-anaknya) (An-Nihayah,2/147 ; Lisan al-Arab, 2/150)

Imam Al-‘Aini pula berkata : "Cemburu lawannya dayus" ( Umdatul Qari, 18/228 )

Berkata pula An-Nuhas :

قال النحاس هو أن يحمي الرجل زوجته وغيرها من قرابته ويمنع أن يدخل عليهن أو يراهن غير ذي محرم

Ertinya : cemburu ( iaitu lawan kepada dayus ) adalah seorang lelaki itu melindungi isterinya dan kaum kerabatnya dari ditemui dan dilihat (auratnya) oleh lelaki bukan mahram " (Tuhfatul Ahwazi, 9/357)

Disebut dalam kitab Faidhul Qadir :

فكأن الديوث ذلل حتى رأى المنكر بأهله فلا يغيره

Ertinya : Seolah-olah takrif dayus itu membawa erti kehinaan (kepada si lelaki) sehingga apabila ia melihat kemungkaran (dilakukan) oleh isteri dan ahli keluarganya ia tidak mengubahnya" ( Faidhul Qadir, 3/327 )

Imam Az-Zahabi pula berkata :-

فمن كان يظن بأهله الفاحشة ويتغافل لمحبته فيها فهو دون من يعرس عليها ولا خير فيمن لا غيرة فيه

Ertinya : Dayus adalah sesiapa yang menyangka ( atau mendapat tanda) bahawa isterinya melakukan perkara keji ( seperti zina) maka ia mengabaikannya kerana CINTAnya kepada isterinya , maka tiada kebaikan untuknya dan tanda tiada kecemburuan ( yang diperlukan oleh Islam) dalam dirinya" ( Al-Kabair, 1/62 )

Imam Ibn Qayyim pula berkata :-

قال ابن القيم وذكر الديوث في هذا وما قبله يدل على أن أصل الدين الغيرة من لا غيرة له لا دين له فالغيرة تحمي القلب فتحمى له الجوارح فترفع السوء والفواحش وعدمها يميت القلب فتموت الجوارح فلا يبقى عندها دفع البتة

Ertinya : Sesungguhnya asal dalam agama adalah perlunya rasa ambil berat (protective) atau kecemburuan ( terhadap ahli keluarga) , dan barangsiapa yang tiada perasaan ini maka itulah tanda tiada agama dalam dirinya, kerana perasaan cemburu ini menjaga hati dan menjaga anggota sehingga terjauh dari kejahatan dan perkara keji, tanpanya hati akan mati maka matilah juga sensitiviti anggota ( terhadap perkara haram), sehingga menyebabkan tiadanya kekuatan untuk menolak kejahatan dan menghindarkannya sama sekali.

Dayus adalah dosa besar

Ulama Islam juga bersetuju untuk mengkategorikan dayus ini dalam bab dosa besar, sehingga disebutkan dalam satu athar :

لَعَنَ اللَّهُ الدَّيُّوثَ ( وَاللَّعْنُ مِنْ عَلَامَاتِ الْكَبِيرَةِ فَلِهَذَا وَجَبَ الْفِرَاقُ وَحَرُمَتْ الْعِشْرَةُ)

Ertinya : Allah telah melaknat lelaki dayus ( laknat bermakna ia adalah dosa besar dan kerana itu wajiblah dipisahkan suami itu dari isterinya dan diharamkan bergaul dengannya) (Matalib uli nuha, 5/320 )

Walaupun ia bukanlah satu fatwa yang terpakai secara meluas, tetapi ia cukup untuk menunjukkan betapa tegasnya sebahagian ulama dalam hal kedayusan lelaki ini.

Petikan ini pula menunjukkan lebih dahsyatnya takrifan para ulama tentang erti dayus dan istilah yang hampir dengannya :

والقواد عند العامة السمسار في الزنى

Ertinya : Al-Qawwad ( salah satu istilah yang disama ertikan dengan dayus) di sisi umum ulama adalah broker kepada zina" (Manar as-sabil, 2/340 , rawdhatul tolibin, 8/186 )

Imam Az-Zahabi menerangkan lagi berkenaan perihal dayus dengan katanya :-

الديوث وهو الذي يعلم بالفاحشة في أهله ويسكت ولا يغار وورد أيضا أن من وضع يده على امرأة لا تحل له بشهوة

Ertinya : Dayus, iaitu lelaki yang mengetahui perkara keji dilakukan oleh ahlinya dan ia sekadar senyap dan tiada rasa cemburu ( atau ingin bertindak), dan termasuk juga ertinya adalah sesiapa yang meletakkan tangannya kepada seorang wanita yang tidak halal baginya dengan syahwat" (Al-kabair, 1/45 )

Cemburu Dituntut Islam & Jangan Marah

Ada isteri yang menyalahkan suami kerana terlalu cemburu, benar cemburu buta memang menyusahkan, memang dalam hal suami yang bertanya isteri itu dan ini menyiasat, saya nasihatkan agar isteri janganlah memarahi suami anda yang melakukan tindakan demikian dan jangan juga merasakan kecil hati sambil membuat kesimpulan bahawa suami tidak percaya kepada diri anda. Kerap berlaku, suami akan segera disalah erti sebagai ‘tidak mempunyai kepercayaan' kepada isteri.

Sebenarnya, kita perlu memahami bahawa ia adalah satu tuntutan dalam Islam dan menunjukkan anda sedang memiliki suami yang bertanggungjawab dan sedang subur imannya.

Selain itu, bergembiralah sang suami yang memperolehi isteri solehah kerana suami tidak lagi sukar untuk mengelakkan dirinya dari terjerumus dalam lembah kedayusan. Ini kerana tanpa sebarang campur tangan dan nasihat dari sang suami, isteri sudah pandai menjaga aurat, maruah dan dirinya.

Nabi SAW bersabda :

من سعادة ابن آدم المرأة الصالحة

Ertinya : "Dari tanda kebahagian anak Adam adalah memperolehi wanita solehah ( isteri dan anak)" ( Riwayat Ahmad, no 1445, 1/168 )

Memang amat beruntung, malangnya tidak mudah memperolehi isteri solehah di zaman kehancuran ini, sebagaimana sukarnya mencari suami yang tidak dayus. Sejak dulu, agak banyak juga email dari pelbagai golongan muda kepada saya menyebut tentang keterlanjuran mereka secara 'ringan' dan 'berat', mereka ingin mengetahui cara bertawbat.

'Ringan-ringan' Sebelum Kahwin

Jika seorang bapa mengetahui 'ringan-ringan' anak dan membiarkannya, ia dayus. Ingin saya tegaskan, seorang wanita dan lelaki yang telah 'ringan-ringan' atau 'terlanjur' sebelum kahwin di ketika bercinta, tanpa tawbat yang sangat serius, rumah tangga mereka pasti goyah. Kemungkinan besar apabila telah berumah tangga, si suami atau isteri ini akan terjebak juga dengan 'ringan-ringan' dengan orang lain pula.

Hanya dengan tawbat nasuha dapat menghalangkan aktiviti mungkar itu dari melepasi alam rumah tangga mereka. Seterusnya, ia akan merebak pula kepada anak-anak mereka, ini kerana benih 'ringan-ringan' dan 'terlanjur' ini akan terus merebak kepada zuriat mereka. Awas..!!

Dalam hal ini, semua suami dan ayah perlu bertindak bagi mengelakkan diri mereka jatuh dalam dayus. Jagalah zuriat anda.

Suami juga patut sekali sekala menyemak hand phone isteri, beg isteri dan lain-lain untuk memastikan tiada yang diragui. Mungkin ada isteri yang curang ini dapat menyembunyikan dosanya, tetapi sepandai-pandai tupai melompat akhirnya akan tertangkap jua. Saya tahu, pasti akan ada wanita yang kata.

"habis, kami ini tak yah check suami kami ke ustaz?"

Jawabnya, perlu juga, cuma topic saya sekarang ni sedang mencerita tanggung jawab suami. Maka perlulah saya fokus kepada tugas suami dulu ye.

Cemburu seorang suami dan ayah adalah wajib bagi mereka demi menjaga maruah dan kehormatan isteri dan anak-anaknya.

Diriwayatkan bagaimana satu peristiwa di zaman Nabi

قَالَ سَعْدُ بْنُ عُبَادَةَ : لَوْ رَأَيْتُ رَجُلاً مَعَ امْرَأَتِي لَضَرَبْتُهُ بِالسّيْفِ غَيْرُ مُصْفِحٍ عَنْهُ ، فَبَلَغَ ذَلِكَ رَسُولَ اللّهِ صلى الله عليه على آله وسلم فَقَالَ : أَتَعْجَبُونَ مِنْ غَيْرَةِ سَعْدٍ ؟ فَوَ الله لأَنَا أَغْيَرُ مِنْهُ ، وَالله أَغْيَرُ مِنّي ، مِنْ أَجْلِ غَيْرَةِ الله حَرّمَ الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَن.

Ertinya : Berkata Ubadah bin Somit r.a : "Jika aku nampak ada lelaki yang sibuk bersama isteriku, nescaya akan ku pukulnya dengan pedangku", maka disampaikan kepada Nabi akan kata-kata Sa'ad tadi, lalu nabi memberi respond : "Adakah kamu kagum dengan sifat cemburu (untuk agama) yang dipunyai oleh Sa'ad ? , Demi Allah, aku lebih kuat cemburu (ambil endah dan benci demi agama) berbandingnya, malah Allah lebih cemburu dariku, kerana kecemburuan Allah itulah maka diharamkan setiap perkara keji yang ternyata dan tersembunyi.. " ( Riwayat Al-Bukhari & Muslim )

Lihat betapa Allah dan RasulNya inginkan para suami dan ayah mempunyai sifat protective kepada ahli keluarga dari melakukan sebarang perkara keji dan mungkar, khasnya zina.

BILA LELAKI MENJADI DAYUS?


Secara mudahnya cuba kita lihat betapa ramainya lelaki akan menjadi DAYUS apabila :-

1) Membiarkan kecantikan aurat, bentuk tubuh isterinya dinikmati oleh lelaki lain sepanjang waktu pejabat (jika bekerja) atau di luar rumah.

2) Membiarkan isterinya balik lewat dari kerja yang tidak diketahui bersama dengan lelaki apa dan siapa, serta apa yang dibuatnya di pejabat dan siapa yang menghantar.

3) Membiarkan aurat isterinya dan anak perempuannya dewasanya terlihat (terselak kain) semasa menaiki motor atau apa jua kenderaan sepanjang yang menyebabkan aurat terlihat.

4) Membiarkan anak perempuannya ber'dating' dengan tunangnya atau teman lelaki bukan mahramnya.

5) Membiarkan anak perempuan berdua-duaan dengan pasangannya di rumah kononnya ibu bapa 'spoting' yang memahami.

6) Menyuruh, mengarahkan dan berbangga dengan anak perempuan dan isteri memakai pakaian yang seksi di luar rumah.

7) Membiarkan anak perempuannya memasuki akademi fantasia, mentor, gang starz dan lain-lain yang sepertinya sehingga mempamerkan kecantikan kepada jutaan manusia bukan mahram.

8) Membiarkan isterinya atau anaknya menjadi pelakon dan berpelukan dengan lelaki lain, kononnya atas dasar seni dan lakonan semata-mata. Adakah semasa berlakon nafsu seorang lelaki di hilangkan?. Tidak sekali-sekali.

9) Membiarkan isteri kerja dan keluar rumah tanpa menutup aurat dengan sempurna.

10) Membiarkan isteri disentuh anggota tubuhnya oleh lelaki lain tanpa sebab yang diiktoraf oleh Islam seperti menyelematkannya dari lemas dan yang sepertinya.

11) Membiarkan isterinya bersalin dengan dibidani oleh doktor lelaki tanpa terdesak dan keperluan yang tiada pilihan.

12) Membawa isteri dan anak perempuan untuk dirawati oleh doktor lelaki sedangkan wujudnya klinik dan hospital yang mempunyai doktor wanita.

13) Membiarkan isteri pergi kerja menumpang dengan teman lelaki sepejabat tanpa sebarang cemburu.

14) Membiarkan isteri kerap berdua-duan dengan pemandu kereta lelaki tanpa sebarang pemerhatian.

Terlalu banyak lagi jika ingin saya coretkan di sini. Kedayusan ini hanya akan sabit kepada lelaki jika semua maksiat yang dilakukan oleh isteri atau anaknya secara terbuka dan diketahui olehnya, adapun jika berlaku secara sulit, suami tidaklah bertanggungjawab dan tidak sabit 'dayus' kepad dirinya.

Mungkin kita akan berkata dalam hati :-

" Jika demikian, ramainya lelaki dayus di kelilingku"

Lebih penting adalah kita melihat, adakah kita sendiri tergolong dalam salah satu yang disebut tadi.

Awas wahai lelaki beriman..jangan kita termasuk dalam golongan yang berdosa besar ini.

Wahai para isteri dan anak-anak perempuan, jika anda sayangkan suami dan bapa anda, janganlah anda memasukkan mereka dalam kategori DAYUS yang tiada ruang untuk ke syurga Allah SWT.

Sayangilah dirimu dan keluargamu. Jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka.

Akhirnya, wahai para suami dan ayah, pertahankan agama isteri dan keluargamu walau terpaksa bermatian kerananya. Nabi SAW bersabda :

من قتل دون أهله فهو شهيد

Ertinya : "Barangsiapa yang mati dibunuh kerana mempertahankan ahli keluarganya, maka ia adalah mati syahid" ( Riwayat Ahmad , Sohih menurut Syeikh Syuaib Arnout)

Sekian

Zaharuddin Abd Rahman

http://www.zaharuddin.net/

17 Julai 2007

December 29, 2007

Mutiara Hikmah Ibn Mas'ud r.huma

1. Bukanlah ilmu itu kemahiran bercerita tetapi ilmu itu takwa kepada Allah s.w.t.

2. Kamu sekarang berada dalam satu zaman di mana hawa nafsu mengikut ilmu. Kelak akan datang kepadamu nanti suatu zaman di mana ilmu mengikut hawa nafsu.

3. Sebaik-baik kaya ialah kaya hati;
sebaik-baik bekal ialah takwa;
seburuk-buruk buta ialah buta hati;
sebesar-besar dosa ialah berdusta;
seburuk-buruk usaha ialah memungut riba';
seburuk-buruk makanan usaha ialah makan harta anak yatim;
siapa memaafkan orang akan dimaafkan Allah;
dan siapa mengampuni orang akan diampuni Allah s.w.t .

Dipetik daripada kitab Himpunan Mutiara Kata Para Bijaksana Untuk Muhasabah Diri oleh Muhammad Baihaqi , Jasmin.


December 28, 2007

PERKARA PERKARA YANG DILAKUKAN BOLEH MENJADI KEPAPAAN

DI DUNIA DAN AKHIRAT

  1. Berdusta dan mengumpat-ngumpat
  2. Banyak tidur
  3. Tidur dengan tidak menutup aurat
  4. Makan sesuatu pada ketika berjunub
  5. Meninggalkan makanan yang tercicir/jatuh serta membazirkannya
  6. Mengeringkan anggota dengan tepi kainnya
  7. Membakar kulit bawang
  8. Menyapu rumah pada malam hari
  9. Membiarkan sampah dalam rumah
  10. Berjalan di hadapan gurunya
  11. Membasuh tangan dengan tanah
  12. Memanggil kedua ibubapa dengan sebutan namanya
  13. Meringan-ringankan sembahyang
  14. Menjahit kain pada badannya
  15. Membuang sarang labah-labah pada rumahnya
  16. Bersegera keluar dari masjid
  17. Berpagi pergi ke pasar/ pekan dan melambatkan kembalinya
  18. Meninggalkan membasuh bekas makanan
  19. Memberi sisa roti kepada fakir miskin
  20. Memadamkan pelita dengan mulut
  21. Menyisir rambut dengan sisir yang patah-patah(rosak
  22. Tidak mendoakan kedua ibubapa
  23. Memakai (mengikat) serban ketika duduk
  24. Memakai seluar berdiri
  25. Bakhil dan mengecilkan belanjanya
  26. Melebih-lebihkan belanja
  27. Membuang dahak/kahak pada ketika qada' hajat (membuang najis)
  28. Barang siapa membanyakkan berpaling-paling pada ketika qada' hajat dibalakan dengan was-was
  29. Membanyakkan berkata-kata pada ketika qada' hajat ditakuti akan diganggu oleh jin/ syaitan
  30. Berlama di tempat qada' hajat mempusakai penyakit hati dan mempusakai penyakit buwasir
  31. Barang siapa yang mengekalkan pandangan kepada najis yang keluar daripadanya dibalakan dengan kuning mukanya
  32. Meludah atas najis yang keluar daripadanya dibalakan dengan kuning giginya.

Dipetik dari Kitab Al-Jawhar Mauhub - muka surat 102

Dikarang oleh Sheikh Ali bin Abd. Rahman Al-Kelantani.

May 31, 2007

Kunci-kunci rezeki

Rezeki merupakan sesuatu ketetapan Allah yang telah ditetapkan sejak azali. Sebagai seorang mukmin kita perlu merujuk kepada Al-Quran dan As-Sunnah berkenaan punca rezeki. Berikut beberapa panduannya:
a. Istighfar dan taubat
b. Taqwa
c. Bertawakkal kepada Allah
d. Beribadah kepada Allah sepenuhnya
e. Melaksanakan haji dengan umrah atau sebaliknya
f. Silaturrahim
g. Berinfaq di jalan Allah
h. Memberi nafkah kepada orang yang sepenuhnya menuntut ilmu syari'at
i. Berbuat baik kepada orang yang lemah
j. Hijrah di jalan Allah

Untuk penjelasan sepenuhnya bacalah buku Dr Fadhl Ilahi keluaran Pustaka Al-Shafa"Kunci-kunci Rezeki Menurut Al-Quran dan As-sunnah".

May 28, 2007

HALAL ATAU HARAM PERNIAGAAN INTERNET

Isu peniagaan internet rancak diperbualkan sekarang. Ada pendapat mengatakan boleh dan ada sebaliknya. Sebagai seorang mukmin kita perlu mengkaji terlebih dahulu. Oleh itu bertanya kepada yang pakar. Bak kata pepatah , "Sesal dahulu pendapatan, sesal kemudian tiada guna".

Sila rujuk laman :
http://www.zaharuddin.net
http://smartbizs.blogspot.com

May 23, 2006

Zakat Pendapatan - Jawatankuasa Syariah Negeri Perak

KEPUTUSAN JAWATANKUASA SYARIAH
NEGERI PERAK TENTANG
ZAKAT ATAS PENDAPATAN(GAJI)

1. TUJUAN.

1.1. Kertas ini dikemukakan untuk menjelaskan keputusan Jawatankuasa Syariah Negeri Perak mengenai zakat atas pendapatan (gaji)

2. LATAR BELAKANG.

2.1. Jawatankuasa Syariah Negeri Perak telah bermesyuarat pada 25 Syaaban 1410 bersamaan 22 Mac 1990 kali ke 113 telah membincang meneliti dan membahas perkara berkenaan .

2.2 Mesyuarat tersebut telah dihadiri oleh ahli-ahli mesyuarat seperti berikut:-
2.2.1 SS Dato’ Seri (Dr ) Hj Harussani bin Haji Zakaria – Pengerusi
2.2.2 SF Tuan Hj Hasbullah bin Hj Ahmad (Kadi Besar )
2.2.3 YDH Toh Paduka Indera Tuan Hj Mohd Saman bin Mohamed
2.2.4 AF Dato’ Abdul Rahman bin Osman
2.2.5 AF Tuan Hj Yahya bin Mohamed
2.2.6 AF Prof Madya Hj Mohd Salleh Hj Ahmad
2.2.7 Tuan Hj Zulkarnain bin Hj Ahmad

3. PERBINCANGAN HUJJAH DAN ALASAN
3.1 Ahli Mesyuarat bersetuju sebulat suara bahawa pendapatan dan gaji termasuk dalam kategori “al mal al mustafad “ .

Zakat gaji dan pekerjaan bebas
Pekerjaan terbahagi kepada dua kumpulan , sekumpulan yang tidak berkaitan dengan kerajaan (bekerja sendiri) seperti profesion doktor , jurutera ,peguam,tukang jahit , tukang kayu dan lain-lain pekerjaan swasta.Sekumpulan lagi ialah pekerjaan yang berkaitan dengan kerajaan seperti institusi –institusi dan syarikat-syarikat samada yang umum atau yang khas di mana pegawainya diberi gaji bulanan . Gaji yang diperolehi oleh orang yang makan gaji dengan kerajaan atau swasta adalah disebut oleh ahli feqh sebagai “al-mal al mustafad” (harta perolehan)

3.2 Ahli Mesyuarat juga bersepakat bahawa salah satu syarat yang perlu untuk dipenuhi dalam pembayaran zakat adalah haul berdasar kepada dalil – dalil di bawah :-

Tidak dikenakan zakat bagi harta yang tidak sempurna haulnya

3.3 Ahli mesyuarat bersependapat bahawa syarat zakat bagi memerlukan haul berdasarkan hadith :-

Sesiapa yang mendapat perolehan harta , tidak dikenakan zakat atas harta perolehannya sehingga sempurna haulnya di sisi Tuhannya.

Ditetapkan dalam mazhab yang empat bahawa “al mal al mustafad “ tidak dikenakan zakat sehinggalah ia mencukupi nisab dan genap haul .Ulama’ selain mazhab Syafi’I mengatakan seluruh harta yang disimpan hendaklah dikeluarkan zakat jika cukup nisab walaupun di saat akhir sebelum habis haul .

3.4 Ahli mesyuarat berpendapat menqiaskan haul zakat pendapatan dengan zakat tanaman berdasarkan ayat serta pada masa yang sama meletakkan kadar zakat 2.5% berdasarkan zakat emas perak adalah

Penentuan zakat memerlukan kepada nas berdasarkan kepada keterangan di bawah :-


Perbincangan dalam penetapan zakat adalah didasari dengan datangnya nas dan tiada ruang untuk menggunakan qias.

Masalah pada menyatakan tiada dikenakan zakat pada buah tin .Berkata Imam Nawawi dalam kitab Raudhah : Tanpa khilaf dan ia termasuk dalam persoalan yang masih samar kerana ia diertiakn seperti buah anggur bahkan lebih dari buah anggur.
Jawapan : Perbahasan dalam zakat tertakluk kepada datangnya nas . Tiada peranan qias di situ dan tidak sabit wajib mengeluarkan zakat pada buah tin.


3.5 Ahli mesyuarat berpendapat zakat memerlukan syarat haul berdasar hujjah berikut :-



Adapun ia merupakan emas dan perak.
Syarat wajib zakat padanya ada lima iaitu Islam , Merdeka, Milik sempurna , cukup nisab dan cukup haul iaitu cukup setahun berdasarkan hadith “ tidak perlu zakat pada harta kacuali sempurna haul “ walaupun hadith ini dahif tetapi telah ditampung oleh athar sahabi yang sahih dari sahabat yang empat serta yang lain-lain.


Al hadith : Daripada Ali RA dalam hadith yang panjang sehingga kata-katanya : Apabila kamu ada 200 dirham dan cukup haul maka zakatnya 5 dirham dan tidak dikenakan zakat ke atas kamu sehingga kamu memiliki 20 dinar dan cukup satu haul maka zakatnya adalah separuh dinar , begitulah kiraan zakat seterusnya.
3.6 Ahli mesyuarat bersetuju bahawa seluruh kitab-kitab ulama’ As Syafiiyyah , Hanabilah , Malik Hanafiah dan jumhur Sahabat dan Tabiien mewajibkan zakat emas , perak, binatang ternakan kerbau , lembu,kambing dan unta dengan cukup nisab dan haul Cuma sebahagian kecil daripada sahabat yang kecil dan tabiien yang berpendapat harta-harta seperti wang ringgit, emas perak,dan binatang ternakan wajib dikeluarkan zakatnya apabila sempurna nisab tanpa mengira haul . Ini adalah pendapat Daud Az Zohiri. Kita diminta oleh Rasulullah SAW untuk berpegang kepada pesanan beginda SAW :



“wajiblah ke atas kamu untuk berpegang dengan sunnahku dan sunnah khulafa’ Ar Rasyidin Al Mahdiyyin dan berpegang teguhlah dengannya seperti kamu menggigitnya dengan geraham kamu”


Ada beberapa kategori harta yang diwajibkan zakat tanpa haul seperti terkandung dalam keterangan di bawah :-

Tidak diambil kira haul itu pada zakat tujuh perkara : tanam-tanaman,buah-buahan , galian , rikaz, fitrah,lebihan untung perniagaan , anak kambing apabila kematian emaknya atau sempurna nisabnya.

3.7 Ahli mesyuarat berpendapat tidak berlaku zakat atas pendapatan atau gaji di zaman Khulafa’ Arrasyidin.

4. KEPUTUSAN JAWATANKUASA SYARIAH

6.1. Mesyuarat Jawatankuasa Syariah Negeri Perak kali ke 113 pada hari Khamis 22hb Mac 1990 bersamaan 25hb Syaaban 1410 bersetuju sebulat pendapat iaitu
?wajib zakat apabila cukup nisab dan haul kerana haul itu adalah merupakan syarat yang diittifaqkan oleh Jumhurul Ulama’ (dalam mazhab yang empat ).





May 7, 2006

Penjelasan Mawlid - Hafiz Firdaus(Protaz)

Semoga penjelasan di atas dan contoh yang disertai dapat membantu kita membezakan antara bid’ah terlarang dan bid’ah hasanah. Khusus juga bagi pihak yang membolehkan sambutan Mawlid agar mereka dapat mengkaji semula penggunaan ayat-ayat tersebut bagi tujuan melahirkan amalan sambutan Mawlid Nabi s.a.w.

Banyak persoalan yang timbul berkenaan sambutan Mawlid Nabi sallallahu ‘alaihi wasallam. Pihak yang membolehkannya berpendapat ia bukanlah bid’ah. Malah mereka telah menggunakan beberapa ayat al-Qur’an yang menerangkan kemuliaan Nabi s.a.w. sebagai dalil untuk membolehkan sambutan Mawlid.

Pendapat mereka ini akan kita bahas didahului dengan kaedah yang berkaitan dengannya disertai contoh bagi membantu kefahaman:

Kaedah Pertama:

Bid’ah bererti sesuatu perkara yang baru.

Apabila baginda Nabi s.a.w. bersabda "Setiap bid’ah adalah menyesatkan dan setiap kesesatan itu berada di dalam neraka", bererti hal bid’ah itu meliputi semua
perkara baru dalam dunia umat Islam ini adalah merupakan satu kesalahan/larangan. Ini adalah kerana sabda baginda di atas bersifat mutlak dan apa yang mutlak hendaklah difahami secara mutlak melainkan wujudnya dalil lain yang membataskannya kepada batasan tertentu.

Di sini pembatas kemutlakan hadis di atas ialah hadis lain dalam Sahih Muslim di mana merujuk kepada proses persenyawaan antara sesama pokok kurma, baginda Nabi bersabda:
“Kalian lebih mengetahui tentang urusan dunia kalian”

Dalam ketika lain baginda bersabda:

“Sesungguhnya aku hanya manusia, apabila aku memerintahkan kalian berkenaan agama maka berpeganglah kalian dengannya dan apabila aku memerintahkan kalian sesuatu dari pandangan ku maka aku hanyalah seorang manusia.”

Dua hadis ini diletakkan oleh Imam Muslim dalam subjek:

“Bab Kewajipan Mengikuti Rasulullah dalam urusan agama dan bebas mengikut fikiran sendiri dalam urusan lain.”

Oleh itu jika manusia mereka cipta kereta, komputer, dan apa-apa lain dalam urusan kebiasaan mereka, ia tidak terletak dalam subjek bid’ah. Berbeza jika manusia mencipta sesuatu urusan berkaitan keagamaan seperti Mawlid Nabi, Kenduri tahlil/arwah dan sebagainya. Ia terletak dalam subjek bid’ah. Akan tetapi adakah ia bid’ah terlarang atau bid’ah hasanah ? Kaedah kedua menjelaskannya:

Kaedah Kedua:

Kesempurnaan Islam diwakili oleh apa yang disyari’atkan oleh Allah dan Rasul-Nya serta apa yang tidak disyari’atkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Apa-apa yang tidak disyari’atkan ketika tempoh penurunan wahyu bukanlah bererti pembuat syari’at telah lupa atau lalai tetapi ia bererti hal tersebut memang bukan dimaksudkan sebagai syari’at.

Demikian juga, mengikuti sunnah Nabi s.a.w. bererti mengikuti apa yang baginda lakukan dan meninggalkan apa yang baginda tinggalkan. Tidak berbuatnya Nabi terhadap sesuatu perkara bukanlah bererti baginda lupa atau lalai tetapi ia bererti hal tersebut memang tidak dimaksudkan sebagai satu sunnah.

Sesuatu perkara itu jika ia sedia wujud di zaman turunnya wahyu tetapi Allah dan Rasul-Nya tidak memasukkan perkara tersebut sebagai salah satu daripada syari’at, bererti perkara tersebut memang bukan termasuk syari’at. Mensyari’atkannya bererti ia adalah bid’ah yang terlarang.

Berbeza pula, jika sesuatu perkara itu hanya muncul selepas berakhirnya penurunan wahyu (selepas Nabi s.a.w. wafat) maka hukum perkara itu perlu dirujuk oleh para mujtahid berdasarkan beberapa kaedah usul fiqh (seperti qiyas) sama ada ia termasuk dalam syari’at atau tidak.

Demikian juga, sesuatu perkara itu jika ia sedia wujud di zaman Nabi s.a.w. dan baginda tidak melakukan apa-apa terhadapnya, bererti yang sunnah adalah tidak melakukan apa-apa terhadapnya. Mensunnahkannya hanyalah bererti yang sebaliknya, iaitu bid’ah yang terlarang.

Berbeza dengan sesuatu perkara baru yang hanya muncul selepas kewafatan baginda, maka sunnah yang perlu diperlakukan ke atasnya perlu dirujuk oleh seseorang mujtahid kepada lain-lain sunnah baginda yang sedia ada. Jika ia adalah selari sama ada dari sudut ‘illat atau maqasid maka ia termasuk sunnah, jika tidak ia adalah bid’ah terlarang.

Contoh pertama bagi Kaedah Kedua di atas:

Kecintaan kepada baginda Nabi s.a.w. memang terserlah di zaman turunnya wahyu dan di zaman kehidupan baginda. Para sahabat selalu mengerumuni Nabi, bersalaman dgn Nabi, berselawat kepada nabi, makan sedulang dgn Nabi, menggunakan semula air wudhu’nya dan lain-lain lagi yang mencerminkan kecintaan mereka kepada Muhammad sallallahu ‘alaihi wasallam yang tidak berbelah bahagi.

Ini menunjukkan kecintaan kepada Nabi s.a.w. adalah sesuatu yang sedia wujud di zaman baginda. Namun dalam suasana kewujudan ini Allah dan Rasul-Nya tidak mensyari’atkan perayaan ulang tahun kelahiran Nabi (Mawlid Nabi) sebagai sebahagian daripada syari’at sehinggalah wahyu berhenti dan baginda wafat. Ini bererti perayaan Mawlid bukanlah sebahagian daripada syari’at.

Dalam susunan kata lain, kondisi yang membolehkan perayaan Mawlid disyari’atkan oleh pembuat syari’at telah sedia wujud di zaman wahyu diturunkan. Namun memandangkan pembuat syari’at tidak mensyari’atkannya, bererti ia sememangnya tidak dimaksudkan sebagai syari’at.

Mensyari’atkannya oleh manusia di waktu terkemudian tidak boleh diletakkan sebagai tindakan bid’ah hasanah melainkan ia adalah bid’ah yang terlarang.

Contoh kedua bagi Kaedah Kedua di atas:

Membersihkan gigi adalah antara tuntutan syari’at dan merupakan sunnah baginda Nabi s.a.w. untuk membersihkan gigi dengan kayu siwak. Namun di zaman terkemudian wujud pula berus gigi dan ubat Colgate. Maka adakah penggunaan berus dan ubatnya boleh dianggap sunnah yang menggantikan kayu siwak ?

Berdasarkan Kaedah Kedua yang saya sebut di atas, memandangkan berus gigi dan ubatnya tidak wujud di zaman turunnya wahyu sehinggalah baginda wafat, maka hukumnya hendaklah dirujuk kepada ‘illat dan maqasid sunnah yang asal dalam membersihkan gigi. Jelas bahawa maqasid (tujuan/objektif) menggosok gigi dengan kayu siwak adalah untuk membersihkan gigi dan mengharumkannya. Maka apa sahaja peralatan yang muncul di zaman terkemudian yang mampu mencapai tujuan asal sesuatu sunnah, maka adalah ia menjadi sunnah juga. Justeru menggosok gigi dengan berus dan ubatnya adalah sunnah dan bukannya bid’ah yang terlarang.

Mungkin ada yang bertanya, contoh kedua yang saya sebut di atas adalah sesuatu yang menghampiri kaedah qiyas, namun qiyas hanya dibolehkan berdasarkan ‘illat dan bukannya maqasid. Saya berkata hal ini benar dan merupakan pendapat majoriti ahli usul fiqh. Namun ‘illat hanyalah mewakili sesuatu “sifat yang dengannya dapat dikenal pengaruh sesuatu hukum” yang secara jelas dapat ditangkap oleh manusia. Berkata Ibn Taimiyyah, tidak semua hukum syari’at memiliki ‘illat yang jelas. Akan tetapi di sebalik itu ia memiliki maqasid dan hikmah yang jelas di dalamnya. Maka dengan difahami bahawa konsep dasar keseluruhan hukum-hukum syari’at Islam adalah sesuatu yang berobjektif dan berhikmah demi menjaga kemaslahatan agama, akal, jiwa, maruah dan harta manusia, maka mengaplikasikan qiyas berdasarkan maqasid dan hikmah adalah sesuatu yang selari dengan syari’at dan tidak menyanggahinya. Oleh itu, rumus Ibn Taimiyyah, boleh mengaplikasikan qiyas berdasarkan ‘illat, maqasid dan hikmah. Kecuali dalam hal ibadah antara Allah dan makhluk, di mana qiyas tidak memiliki peranan. Ini adalah kerana qiyas adalah fungsi akal dan akal pula tidak memiliki tempat dalam hal yang melibatkan urusan Allah. Fungsi akal dalam ibadah hanyalah kami dengar dan kami taat.

Contoh ketiga bagi Kaedah Kedua di atas:

Keperluan berdakwah secara efektif memang wujud di zaman turunnya wahyu kerana di waktu itu terdapat ramai orang bukan Islam yang memerlukan dakwah kepada Islam. Di waktu yang sama muzik dan nyanyian juga wujud di ketika itu. Akan tetapi dalam suasana kewujudan ini Allah dan Rasul-Nya tidak mensyari’atkan muzik dan nyanyian sebagai salah satu metode dakwah. Bererti ia pada asalnya memang bukan merupakan sesuatu yang diiktiraf oleh Allah dan Rasul-Nya sebagai kaedah berdakwah.

Apa yang tidak diiktiraf oleh Allah dan Rasul-Nya di zaman tersebut tidak boleh diiktiraf oleh manusia di zaman terkemudian. Oleh itu menggunakan muzik dan nyanyian di zaman terkemudian tidak boleh dimasukkan sebagai salah satu daripada syari’at Islam mahupun dianggap sunnah yang terpuji. Sekalipun manusia dan penalaran akalnya berpendapat ianya baik, namun akal manusia sepandai mana sekalipun kedudukannya tetap dibawah Yang Menciptanya.

Sesuatu yang dicipta tidak boleh menjadi lebih baik daripada Yang Menciptanya.

Justeru apabila Allah & Rasul-Nya tidak mensyari’atkan muzik & nyanyian sebagai kaedah berdakwah, manusia & akalnya tidak boleh menyanggahi syari’at dengan berkata ia termasuk syari’at.

Contoh keempat bagi Kaedah Kedua di atas:

Keperluan berdakwah secara efektif memang wujud di zaman turunnya wahyu akan tetapi kaedah komputer, cdrom dan internet tidak wujud di zaman tersebut. Oleh itu penggunaan IT sebagai kaedah berdakwah di zaman terkemudian hendaklah dikaji berdasarkan lain-lain kaedah usul fiqh. Jelas bahawa tiada yang melarangnya malah memandangkan IT dapat mencapai objektif asal dalam berdakwah, maka ia termasuk sunnah dan bukannya bid’ah yang terlarang.

Kaedah Ketiga:

Generasi awal umat Islam adalah generasi terbaik. Pemahaman dan pengamalan mereka sebagai sekumpulan (jumhur) terhadap nas-nas al-Qur’an dan al-Sunnah adalah yang paling tepat.

Justeru apabila mereka menjadikan sebahagian nas sebagai dalil bagi sesuatu perkara bererti nas tersebut memang dimaksudkan sebagai dalil bagi perkara tersebut dan apabila mereka tidak menjadikan sebahagian nas sebagai dalil bagi sesuatu perkara, bererti nas tersebut memang pada asalnya tidak dimaksudkan untuk dijadikan dalil.

Apabila sesuatu perkara wujud di zaman generasi awal dan generasi terkemudian, akan tetapi generasi awal tidak menggunakan nas yang sedia ada itu sebagai dalil berinteraksi dengan perkara tersebut, bererti nas itu pada asalnya memang tidak dimaksudkan sebagai dalil bagi perkara tersebut. Seandainya generasi terkemudian menggunakan nas itu sebagai dalil bagi berinteraksi dengan perkara tersebut, bererti mereka (generasi terkemudian) telah mengaplikasikannya nas-nas itu secara salah atau tidak tepat.

Tidak menjadikan nas-nas itu sebagai dalil oleh generasi awal membentuk satu ijma’ manakala menjadikan nas-nas itu sebagai dalil oleh generasi terkemudian merupakan pelanggaran ke atas ijma’ generasi awal.

Berbeza halnya dengan sesuatu perkara yang hanya wujud di zaman terkemudian dan ia tidak wujud di zaman awal, maka tidak menjadikan nas-nas itu sebagai dalil oleh generasi awal bukanlah merupakan ijma’ mahupun hujah kerana perkara yang hendak mereka kaitkan dengan nas-nas itu pada sendirinya tidak wujud pada zaman mereka.

Maka dibolehkan generasi terkemudian mengunakan nas-nas itu sebagi dalil bagi perkara yang baru muncul di zaman mereka. Contoh perkara baru muncul ialah suasana hukum angkasawan di angkasa lepas, umat yang bermastautin di planet selain bumi, pengklonan sel manusia dan lain-lain.

Yang dimaksudkan oleh “generasi awal” ialah Nabi s.a.w., para sahabat, tabi’in hinggalah ke para imam yang empat radiallahu ‘anhum.

“Nas” ialah ayat-ayat al-Qur’an dan hadis yang sahih.

“Dalil” ialah penggunaan nas sebagai sumber bagi menjatuhkan hukum, sama ada secara langsung atau tidak langsung (yakni qiyas dan lain-lain).

Contoh Kaedah Ketiga di atas:

Kasih sayang dan kehormatan kepada Nabi s.a.w. adalah suatu perkara yang sedia wujud di kalangan generasi awal dan terkemudian. Generasi sahabat mencintai dan menghormati Nabi s.a.w. kerana pengalaman kehidupan mereka bersama baginda dan berdasarkan ayat-ayat al-Qur’an dan hadis yang menuntut kasih sayang dan kehormatan kepada baginda. Generasi yang tidak menemui Nabi s.a.w. pula secara langsung menyayangi dan menghormati Nabi s.a.w. berdasarkan penghayatan mereka kepada ayat-ayat al-Qur’an dan hadis-hadis baginda.

Namun dalam suasana penghayatan mereka terhadap ayat-ayat dan hadis-hadis tersebut, generasi awal tidak menjadikannya dalil bagi mewujudkan perayaan Mawlid Nabi s.a.w. Mereka memahami dan mengamalkan nas-nas yang menuntut kasih sayang dan kehormatan kepada Nabi s.a.w. sepenuhnya akan tetapi pemahaman dan pengamalan mereka tidak mengarah kepada penciptaan satu perayaan ulang tahun kelahiran baginda.

Maka apabila generasi awal tidak menjadikan nas-nas tersebut sebagai dalil bagi mewujudkan perayaan Mawlid Nabi, bererti nas-nas tersebut pada asalnya memang tidak dimaksudkan sebagai dalil bagi mewujudkan perayaan Mawlid Nabi. Bersatunya seluruh generasi awal dalam hal ini membentuk satu ijma’ yang tidak boleh dipecahkan oleh generasi terkemudian.

Khas merujuk kepada ayat-ayat al-Qur’an yang disenaraikan oleh pihak yang membolehkan sambutan Mawlid, ayat-ayat tersebut dan fungsi penggunaan yang dihajatkan oleh mereka adalah sesuatu yang sudah sedia wujud di kalangan generasi awal. Ayat-ayat al-Qur’an tersebut dan hajat mencintai Nabi serta menghormati kemuliaan serta ketinggian kedudukan baginda adalah sesuatu yang sedia wujud di zaman generasi awal. Akan tetapi memandangkan generasi awal tidak menggunakan ayat-ayat tersebut sebagai dalil untuk melahirkan amalan Mawlid Nabi, bererti ayat-ayat itu pada asalnya memang tidak dimaksudkan sebagai dalil bagi melahirkan amalan Mawlid Nabi.

Menjadikan ayat-ayat tersebut sebagai dalil di masa kini untuk mewujudkan perayaan Mawlid Nabi merupakan tindakan yang salah yang terhasil daripada kefahaman yang salah.

Sekian penjelasan saya. Kaedah-kaedah yang disebut dinukil secara berpisah-pisah daripada kitab karangan Abu Ishaq al-Syatibi (al-Muwafaqat fi Usul al-Syar’iyyah), Ibn Taimiyyah dan Ibn al-Qayyim manakala contoh-contohnya adalah daripada saya. Contoh penggunaan berus gigi dan ubatnya sebagai satu sunnah adalah daripada Imam al-Nawawi dan Yusuf al-Qaradhawi.